57 • Mencoba Bundir

29 2 0
                                    

Beberapa detik setelah Tieeshara mengatakan seperti itu, Tieeshara langsung tertawa terbahak-bahak

"Aduuh, sakit perut. Ternyata hidup gue terlalu banyak drama, yaa?" tawa Tieeshara sambil memegang perut. "Gue tau kok, gue masih sadar, kalau bunuh diri bukan hal yang bisa dibenarkan. Walaupun masih banyak yang kurang, cita-cita tertinggi gue tetep masih pengen masuk ke surga, bukan ke neraka"

"Terus tadi?"

"Gue cuma mau bohong-bohongin keluarga gue, abisnya gue kesel. Gue tau si, itu juga ngga bener karena udah menghalalkan segala cara cuma untuk dapetin apa yang gue mau, tapi sekarang gue malah bingung mau mengekspresikan kayak gimana, lucu tapi kasian juga"

"Becandaan kamu ngga lucu, hal kayak gitu bukan untuk dibecandain"

"Terus lo ngapain di sini?"

"Saya liat kamu naik ke atas sini, terus pas saya cek, ternyata bener. Yang bikin saya narik kamu ke belakang, saya ngga tega ngeliat mereka kalau sampai kamu berbuat seperti itu"

"Haqqon, lagi-lagi lo udah nyelamatin gue. Makasih, ya, tapi beneran deh, gue ngga ada niat buat bunuh diri. Pikiran gue masih normal, selebay-lebaynya gue, gue masih bisa membedakan, mana yang baik dan yang ngga. Yaa walaupun sering berbuat salah, hehe"

 Yaa walaupun sering berbuat salah, hehe"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mohammed Ulul Azmi Haqqon Thaahir


"Tiara, jangan balik ke sikap awal, sikap dimana kamu belum belajar agama. Walaupun saya ngga tau, gimana versi kamu dimasa lalu"

Tieeshara menunduk dan beristighfar. Tieeshara juga meremas ponsel dengan sangat kuat, seketika dirinya teringat pesan Baaqir. "Tir, jangan pernah berhenti untuk menuju surgaNya." Tetapi memang benar bahwa Tieeshara tidak berniat seperti itu

"Gue masih berpegang teguh sama syariat Islam yang udah gue pelajarin selama ngaji di sini. Kalau untuk urusan keluarga, bukan berarti gue mau balik ke sikap awal, ini cuma salah satu bentuk kebeluman gue dalam berubah menjadi lebih baik. Perlahan, gue juga manusia, yang ngga pernah terlepas dari dosa"

"Minta maaf ke keluarga kamu, apalagi udah sampe bikin Ibu kamu nangis karena saking khawatirnya"

"Iya, Haqqon. Insyaallah"

"Yaudah. Yuk, turun!" ajak Haqqon yang telah berjalan lebih dulu

"Terjun?"

Haqqon membalikkan tubuh. "Ck, Tiara ..."

"Hehehe, becanda kok"

Haqqon hanya merespon dengan gelengan kepala

Gue tau, kalau keimanan seseorang pasti ada masa naik dan turunnya. Disaat nanti iman gue bener-bener lagi menurun, gue pasti bakal butuh sama seseorang yang bisa membantu gue untuk kembali menaikkan keimanan. Ya, gue harap, salah satunya adalah laki-laki yang nanti bakal menjadi imam gue, tapi siapa? Frans? Setalah berkata di dalam hati, Tieeshara langsung menggelengkan kepala. Masih ada laki-laki yang mungkin ilmu agamanya jauh lebih tinggi, tapi kenapa harus dia yang baru masuk dan mempelajari ilmu agama Islam? Contohnya kayak Haqqon atau Baaqir gitu. Udahlah, masih jauh juga. Siapa tau nanti Allah makin kasih petunjuk buat Frans, sehingga ilmu agama Frans ngga kalah tinggi dari mereka yang terlahir menjadi seorang muslim, tapi lagi-lagi yang jadi masalah, emang jodoh gue udah pasti Frans? Ngga tau deh pusing, lanjutnya

Haqqon mengajak Tieeshara untuk pergi ke sebuah pesantren tempat dirinya menimba ilmu. Sambil menunggu Humairah, Tieeshara kembali membuka ponsel dan mendapati banyak pesan masuk yang dilihat dari notifikasi, Tieeshara juga sempat membalas pesan tersebut kepada keluarga yang telah dibuat khawatir oleh dirinya

: Tieeshara Tusalwa
Tiara baik-baik aja, Tiara masih hidup. Maaf udah bikin khawatir

Dan dua pesan yang dibedakan hanya untuk Shirin dan Raditya

: Tieeshara Tusalwa
Mama Tiara yang paling caanntiikkkk, Tiara ngga bunuh diri kok, Tiara juga masih hidup. Maaf udah bikin Mama khawatir, jangan nangis lagi. Minta ridhanya, yaa. Loveee u

Tieeshara merenung, Tieeshara sangat ingin menjadi perempuan yang shalihah. Namun, Tieeshara menyadari bahwa sebelum dirinya menjadi perempuan yang shalihah untuk pasangan halal, seharusnya Tieeshara harus lebih dulu menjadi anak yang shalihah untuk orangtua, dan juga Adik yang shalihah untuk ketiga Kakak-Kakaknya

: Tieeshara Tusalwa
Kak Radit, Kak Radit khawatir lagi, yaa? Seneng banget liat Kak Radit khawatirin Tiara. Kak Radit ngga mau kehilangan Tiarakan? Hayoo ngaku! Kak Radit sendiri loh yang bilang untuk jangan pergi, tapi, Kak. Tiara tetep makhluk hidup yang nanti bakal pergi. Mungkin ngga sekarang, tapi hal itu pasti terjadi. Siapapun nanti yang ditakdirin untuk pergi duluan, semoga kita bisa ketemu lagi di surgaNya. Sayang Kak Radit karena Allah

Tieeshara menyertakan foto yang nanti akan dikirimkan kepada Raditya. Tieeshara berpose sambil mengangkat kedua jari kiri yang dibentuk seperti setengah hati

Kali ini, tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapat balasan dari Raditya. Raditya juga mengirim sebuah foto yang sama seperti Tieeshara, berpose sambil mengangkat kedua jari telunjuk dan tengah yang dibentuk seperti setengah hati, tapi bedanya jika Raditya menggunakan tangan kanan

Raditya Al Musawa :
Setiap makhluk hidup emang bakal pergi, tapi ngga dengan cara bunuh diri

: Tieeshara Tusalwa
Iya, Kak. Semoga kita panjang umur dalam keadaan iman islam, yang dimana umur kita bisa dipake untuk hal yang bermanfaat. Kalaupun udah waktunya pergi, semoga kita bisa pergi dalam keadaan baik

Setelah membalas pesan, Tieeshara membuka casing ponsel untuk mengambil dan membaca pesan dari Baaqir yang selama ini selalu disimpan

Tieeshara juga membuka galeri untuk melihat foto dirinya bersama dengan Baaqir dan Sarwendah

"Baaqir ... Lo apa kabar? Kita baru pisah beberapa hari, tapi kok rasanya lama banget? Oh, iya. Haq-" Tieeshara teringat kejadian beberapa bulan yang lalu, ketika dirinya habis bertukar kabar dengan Lazhirovan di mobil, Tieeshara sempat melihat Haqqon sedang berjalan berdampingan bersama dengan Baaqir. Baru saja Tieeshara menoleh untuk bertanya mengenai, apakah selama ini Haqqon kenal dengan Baaqir atau tidak, Humairah telah lebih dulu datang. Alhasil gagalah niat awal untuk bertanya

Sepulang dari bertemu Humairah, Tieeshara langsung kembali pulang ke rumah Kakak-Kakaknya, lagi pula di sana juga masih ada Johan, Agnesia, dan Kyra yang sengaja Tieeshara pinta untuk jangan pulang terlebih dahulu. Ralat, lebih tepatnya hanya Johan, jika Agnesia dan Kyra ingin pulang terlebih dahulu, Tieeshara tidak peduli, toh nanti Tieeshara hanya ingin pergi bersama dengan Johan, Shirin, Lazhirovan, Dion, dan Raditya saja

"Ayo, Pah. Cepetan siap-siap, nanti keburu sore nih, kita cuma punya waktu dari sekarang sampe besok, selagi hari libur tinggal besok doang. Hari Senin Tieeshara udah mau masuk sekolah"

"Iya-iya," jawab Johan seraya melipat kerah kemeja

"Semua kebutuhan kamu udah aku masukin," kata Agnesia yang telah selesai memasukan barang-barang milik Johan ke dalam tas

"Kamu ngga papa kalau harus berdua sama Kyra di sini?"

"Ngga papa, Mas"

Setelah mendapat jawaban dari Agnesia yang diiringi dengan seulas senyum, Johan langsung mengecup keningnya

Tieeshara yang melihat adegan tersebut hanya bisa berucap di dalam hati. Kira-kira, dulu sebelum Papah Johan pisah dari Mama Shirin, Papah memperlakukan Mama Shirin dengan sama seperti Papah memperlakukan Mama Agnes ngga, ya?

***

Mohammed Ulul Azmi Haqqon Thaahir / Haqqon
×
Mohammed Difa Haqqon / Difa
Instagram : @mhmdifahaqqon_

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang