103 • Datang

8 0 0
                                    

Tieeshara terduduk lemas di atas tempat tidur. "Ngga menjaga diri dari lawan jenis non mahram aja sangat ngga diperkenankan, apalagi sampe pacaran? Mau nikah belum siap, tapi tetep mau deket. Ah elah, dianya aja belum tentu mau sama gue. Lagian ribet banget si urusan orang single yang satu ini?! Eh, satu atau dua orang, ya? Ngga tau ah. Pusing"

Lazhirovan berjalan mendekati Tieeshara. "Kenapa, Tiara?"

Tieeshara menggelengkan kepala lantaran sambil tersenyum. "Ngga apa-apa, Kak"

"Dari tadi Kak Hiro perhatiin kalau Tiara lagi senyam-senyum, terus nanti tiba-tiba gelisah. Kenapa, hm?"

Tieeshara terdiam

"Yaudah, kalau sekarang belum atau ngga mau cerita ngga apa-apa, tapi kalau nanti berubah pikiran, Tiara bisa cerita kapanpun yang Tiara mau"

"Kali ini Tiara ngga ada energi buat cerita. Eum ... Kak Hiro tau ngga?"

"Ngga tau, soalnya belum dikasih tau"

"Ish, Kak Hiro"

Lazhirovan tertawa tipis. "Yaudah, apa?"

"Sebenernya Tiara sering nahan malu tiap kali lagi cerita ke Kak Hiro, terlebih mengenai rasa yang lagi dialami soalnya terlalu receh buat Kak Hiro yang udah lebih dewasa. Bisa jadi, konflik yang Kak Hiro hadapin lebih problematik. Contohnya kayak kisah bersama dengan perempuan itu loh, masih ingetkan? Kak Hiro ngga mungkin lupa"

"Kalau denger cerita dari Tiara justru bikin Kak Hiro nostalgia terhadap masa-masa sewaktu Kak Hiro masih seusia Tiara dulu. Lucu"

"Seneng karena Kak Hiro selalu menghargai dengan ngga pernahnya membandingkan apalagi sampe merendahkan. Kak Hiro selalu menanggapi dengan serius"

"Kak Hiro berusaha untuk menghargai cerita dari siapapun karena bisa jadi cerita yang dianggap sepele bisa berdampak besar. Contohnya kayak waktu itu, mungkin awalnya terkesan masalah kecil aja, di mana Tiara cerita kalau Tiara memiliki rasa terhadap Zigit, Tiara dijauhi teman, sampai dituding melakukan sesuatu yang padahal Tiara ngga melakukannya. Tiara ..."

"Iya, Kak Hiro?"

"Kak Hiro belum sepenuhnya berperan baik sebagai Teman Cerita, terlebih untuk Tiara"

"Kenapa Kak Hiro menilai diri sendiri kayak begitu?"

Lazhirovan menghela napas panjang. "Inget ngga? Kak Hiro pernah minta ke Tiara untuk masuk sekolah terus, kecuali ada masalah yang urgent. Kak Hiro seolah menganggap enteng masalah yang sedang dialami oleh Tiara pada saat itu dengan bilang kalau permasalahan mengenai pertemanan di sekolah merupakan sesuatu hal yang biasa. Bukan cuma Tiara, orang di luar sana kemungkinan hampir pernah mengalami kejadian serupa, termasuk Kak Hiro sendiri yang pernah mengalami. Kecuali kalau udah parah banget, baru Kak Hiro kasih pilihan terkait mau pindah sekolah atau ngga. Kak Hiro nyesel udah bilang begitu, andai Kak Hiro lebih aware, mungkin Tiara ngga pernah diperlakukan buruk oleh teman-teman, terlebih lewat perantara Gansal. Sekalipun udah mau lulus, seharusnya demi keselamatan Tiara, Kak Hiro harus tetep memilih untuk memindahkan Tiara ke sekolah lain," sesal Lazhirovan

Tieeshara menggenggam tangan Lazhirovan. "Qadarullah, Kak. Masalah tersebut Tiara anggap kalau seolah Allah lagi mengingakan kepada Tiara bahwa selogis dan sebijak apapun Kak Hiro dalam menghadapi suatu kasus, Kak Hiro tetep seorang manusia yang pasti punya kadar untuk salah, lain halnya dengan Allah selaku Tuhan yang memang sebagai Dzat Yang Maha Sempurna termasuk Dzat Yang Ngga Pernah Salah. Jangan karena ngerasa satu kali salah dalam bertindak, Kak Hiro jadi lupa terhadap segala hal baik yang selama ini Kak Hiro kasih ke Tiara. Kak Hiro tetep jadi Superhero yang Allah utus untuk menawarkan jasa sebagai Teman Cerita"

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang