99 • Pandangan Sulung

9 0 0
                                    

Raditya tertawa puas kemudian membawa Tieeshara masuk ke dalam dekapan. "Kak Radit sama Biya mau menunda, menunda bukan berarti ngga mau"

Tieeshara refleks menenggakkan kepala. "Alasannya karena Tiara? Walaupun belum sepenuhnya menerima Biya, tapi Tiara egois, yaa?"

"Tuhkan, tadi kamu ngatain Kak Radit kegeeran, padahal kenyataannya kamu sendiri yang begitu. Siapa juga yang rela menunda dengan alasan karena kamu?"

"Ish, terus alasannya kenapa? Kak Raditkan udah punya pekerjaan dan penghasilan sesuai sama apa yang tadi udah Kak Radit bilang"

"Alasan menunda karena Kak Radit sama Biya mau fokus menyelesaikan tugas akhir di masa perkuliahan sampai nanti kami dinyatakan lulus"

"Eum ... Buat Tiara ini termasuk kabar baik atau buruk, ya?"

"Astagfirullah. Oh, ya. Yaudah ayo pulang"

Mata Tieeshara terbelalak ketika kembali mendengar ajakan tersebut lantaran menarik tubuh dari dekapan Raditya. "Yaahh Kak Radit, kenapa masih inget ajakan itu lagi?"

"Ingetlah. Sekalian mau jawab pikiran abstrak Tiara tadi. Maksud Kak Radit minta Tiara untuk ikut pulang adalah kalau Tiara ngga perlu lagi merantau dan ngekos sendiri. Tiara juga ngga tinggal di apartemen, lagian mentang-mentang mikir begitu sampai beranggapan untuk tidur sekamar bertiga karena kamar apartemen milik Kak Radit cuma ada satu. Tiara tetep tinggal bareng Kak Hiro dan Kak Dio, kalian tidur masing-masing kayak biasa"

"Tiara masih mau di sini"

"Emang ngga kangen rumah dan tinggal bareng Kak Hiro sama Kak Dio?"

"Kangeennn, kangeeen bangeettt malah. Kangen rumah, termasuk kamar warna pink yang super gemassshh. Tinggal di kos ini ngga boleh merevisi dekorasi. Selain itu juga kangen sama penghuni rumah. Contohnya kayak kangen kumpul bareng, ada Kak Hiro, Kak Dio, Kak Radit, dan Tiara. Ditambah adanya kehadiran Papah Johan dan Mama Shirin. Biasanya kalau ngga bisa bobo atau kebangun tengah malem, Tiara suka shalat tahajud dulu, terus setelah itu minta temenin Kak Hiro atau Kak Dio, kalau Kak Radit mana mau temenin Tiara. Selama ngekos ngga bisa minta temenin salah satu dari mereka, jadi kadang cuma nangis," seru Tieeshara

"Cengeng"

"Nah berhubung Tiara sadar diri, makanya mau mengikhtiarkan untuk mandiri dengan cara merantau, tapi Kak Radit malah minta Tiara untuk pulang. Kak Radit ngga percaya banget kalau Tiara bisa jaga diri"

Satu pesan notifikasi masuk, Tieeshara dan Raditya sama-sama menoleh ke arah ponsel yang masih berada di genggaman tangan Raditya. Raditya memberikan ponsel tersebut kepada sang pemilik. Setelah Tieeshara meraih ponsel dari genggaman laki-laki tersebut, ia segera membaca lalu menyampaikan kepadanya

Mata Tieeshara mengikuti pergerakan diri Raditya yang beralih ke sofa untuk merebahkan tubuh. "Terus gimana? Kak Radit jadi makan ngga?"

"Udah ngga napsu"

"Kalau gitu boboan di kasur aja, seprenya warna pinkk"

"Ngga"

"Iiiii, Tiara mau deket Kak Radit, di sofa ngga muat kalau boboan berdua, jadi di kasur aja"

"Kak Raditnya ngga mau," tolak Raditya

"Ngga mau boboan di kasur? Kenapa? Apa karena seprenya warna pink? Padahal lucu lohh"

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang