101 • Janji kepada Assyabiya

4 0 0
                                    

"Kali ini aku ngga kasih izin," tolak Raditya

"Tap—"

"Udah dulu, ya. Aku matiin telepon. Udah malem, jadi sekarang waktunya kamu istirahat, aku pulangnya besok. Assalamu'alaikum"

Raditya segera mematikan sambungan telepon secara sepihak dan kembali meletakkan ponsel di atas sofa

"Jangan karena gara-gara ini kalian jadi ribut, ya," tutur Lazhirovan

"Iya, Kak. Aman"

Tieeshara bangun dari tidur lantaran  mengucek mata

"Kok bangun?" tegur Dion

"Tiara keberisikan," jawab Tieeshara dengan mengeluarkan suara serak khas orang yang baru bangun tidur

"Mau ikut makan?"

Tieeshara menggelengkan kepala pelan

"Yaudah tidur lagi, besok bangun pagi"

"Ehem, besok Tiara ada kelas pagi"

"Besok pulang"

Seketika Tieeshara membulatkan mata secara sempurna. "Ngga mau!!!"

"Ngga usah ngeyel"

"Kalian udah sewa kos ini selama setahun"

"Uang bisa dicari lagi, tapi Adik perempuannya Kak Dio yang kayak kamu cuma ada satu di dunia ini. Yaa walaupun bagi Kak Dio kalau cari uang bukan sesuatu yang mudah, tapi apapun akan dilakuin demi Tiara, selagi dengan cara yang halal"

"Kak Dio, please. Banyak alasan yang bikin Tiara ngga mau pulang, termasuk ngga maunya Tiara kalau harus mengulangi kuliah dari awal"

"Kak Dio janji ngga nuntut Tiara untuk cepet-cepet lulus bahkan ngga bakal marah atas dasar itu, jadi ngga apa-apa kalau harus ngulang perkuliahan lagi, yang penting Kak Dio bisa pantau secara langsung sehingga bisa memastikan bahwa keadaan Tiara baik-baik aja"

"Di sini juga keadaan Tiara bakal baik-baik aja kok"

"Ngga ada yang bisa jamin untuk itu"

"Dengan Tiara pulang juga ngga ada yang bisa jamin"

"Seenggaknya bisa meminimalisir"

Tieeshara merebahkan tubuh membelakangi ketiga Kakak-Kakaknya dan menarik selimut menutupi seluruh tubuh. "Pokoknya Tiara ngga mau pulang!"

Dion meletakkan piring di meja untuk ikut naik ke atas tempat tidur, ia duduk di belakang punggung Tieeshara dengan sedikit membungkukkan tubuh, mengelus pergelangan tangan, lalu membisikkan sesuatu ke telinganya. "Kak Hiro, Kak Dio, dan Kak Radit udah terlalu sayang sama Tiara. Ngga relanya kami kalau ada laki-laki lain yang dengan mudahkan menyentuh ataupun menggores Tiara, maka kami mau mengupayakan untuk terus menjaga. Jadi tolong nurut"

Di pagi harinya, Tieeshara tidak menggubris paksaan dari Kakak-Kakaknya. Ia telah siap untuk pergi ke kampus dengan mengenakan phasmina berwarna merah muda dengan gaya menutup dada, blouse dengan warna yang serupa, beserta rok dan sepatu yang memiliki ciri berupa hak balok dengan ketinggian 3,5-4 cm berwarna putih. Ia meraih laptop yang berada di dalam nakas samping tempat tidur kemudian memasukkannya ke dalam ransel yang berwarna merah muda pula

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang