Lazhirovan mencoba untuk memejamkan mata, namun hasilnya nihil karena dirinya masih memikirkan perkataan Johan
Lazhirovan pergi ke kamar Tieeshara dan ternyata pemilik kamar telah tertidur pulas tanpa mengunci pintu seperti biasa
Lazhirovan berjalan mendekat ke arah tempat tidur untuk duduk dan membelai rambut sang Adik. "Tir, seandainya Tiara tau kalau Kakak marah bukan berarti ngga sayang, tapi karena Kakak ngga mau kalau Tiara sampe ngga bisa berlaku sopan sama orang tua Tiara sendiri. Kakak juga sebenernya ngga mau kalau harus tinggal berjauhan sama Tiara, tapi Kakak ngga punya pilihan lain selain nurutin kemauan Papah"
Sebelum beranjak pergi, terlebih dahulu Lazhirovan mengecup kening Tieeshara
Lazhirovan pergi ke luar kamar untuk menghubungi Johan. "Assalamu'alaikum, Pah"
"Waalaikumsalam"
"Pah, maaf kalau Hiro ganggu jam istirahat Papah"
"Ngga ganggu kok. Kenapa, Ro?"
"Kalau boleh Hiro minta perpanjangan waktu, Hiro masih mau tinggal bareng Tieeshara"
"Kamu disuruh Tieeshara, ya?"
"Ngga, Pah. Tieeshara udah tidur, ini Hiro sendiri yang mau. Gimana, boleh?"
"Ngga bisa. Keputusan Papah udah bulat. Seharusnya kamu bujuk Tieeshara buat nurut, bukan malah minta Papah untuk memperlambat waktu!"
Johan pun memutuskan sambungan sepihak
"Kenapa? Kenapa lagi-lagi Hiro harus berjauhan sama Adik perempuan Hiro?" lirih Lazhirovan
Keesokan paginya, Tieeshara tidak memperdulikan Lazhirovan yang belum keluar kamar karena biasanya laki-laki itu pasti sudah turun lebih awal. Alhasil Dion, Raditya, dan Tieeshara hanya sarapan bertiga tanpa adanya Lazhirovan. Ingin bertanya tetapi Tieeshara masih kesal prihal tadi malam
"Makannya jangan lama, nanti keburu telat. Yaudah Kak Dio berangkat dulu. Assalamu'alaikum," pamit Dion
"Waalaikumsalam"
Kini tinggal Raditya dan Tieeshara, namun tidak lama kemudian, giliran Raditya yang pamit pergi ke kampus
Tieeshara menyalakan ponsel untuk sekedar melihat jam, sudah hampir jam segini, tetapi Lazhirovan masih belum keluar kamar. Akhirnya Tieeshara memutuskan untuk pergi ke kamarnya
Tok, tok, tok. "Kak Hiro," panggil Tieeshara dari luar kamar
"Masuk aja, ngga dikunci"
Tieeshara menurut lalu membuka pintu secara perlahan
"Kak Hiro ngga kerja?"
"Ngga dulu"
"Kenapa, sakit?" Tieeshara mendekat ke arah kasur
"Iya"
"Kalau gitu Tiara mau iz—"
Lazhirovan langsung memotong karena tau apa yang akan Tieeshara katakan. "Ngga ada izin-izinan, Tiara harus sekolah"
Tieeshara seakan sudah tidak memperdulikan kejadian tadi malam, sehingga dirinya ingin menemani Lazhirovan di rumah
"Tapi, Kak"
"Udah sana berangkat, nanti keburu telat"
"Ng—"
"Gimana Kakak ngga mau marah? Tiara sendiri aja ngga mau nurut"
"Yaudah iya, Tiara nurut"
"Nanti pulang ngaji, langsung masukin barang-barang Tiara ke koper, ya?"
Tieeshara membulatkan mata secara sempurna. "Ma— maksud Kak Hiro? Tiara bilang Tiara mau nurut kok, iya mau nurut buat sekolah. Terus kenapa Kak Hiro ngusir Tiara? Kak Hiro mau biarin Tiara pergi dari rumah lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...