73 • Dia lagi?

11 1 0
                                    

Selepas Dion turun dari atas podium, pembawa acara kembali kembali membuka suara. "Terimakasih kepada Ustadz Hadi dan Dion yang telah memberikan sambutan. Acara berikutnya akan dilanjutkan dengan lantunan bacaan ayat suci Al Qur’an yang akan dibawakan oleh saudara Muhammed Ulul Azmi Haqqon Thaahir, waktu dan tempat kami persilakan"

Suara gemuruh beserta tepukan tangan terdengar di sesisi aula

Baru memulai membaca, jantung Tieeshara sudah bedetak lebih kencang dari biasanya. Akhirnya keluarga gue menyaksikan suara yang biasa didenger tiap kali gue dateng ke sini. Eum ... Kalau Zigit lagi baca Al Qur'an terlebih lagi beneran jadi seorang Hafidz, mungkin suaranya ngga kalah bagus, selagi dari dulu gue tau banget gimana dia kalau lagi beribadah menurut kepercayaannya saat itu

صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ

Acara demi acara terus berjalan, ceramah dari seorang Kyai atas rekomendasi dari Hadi, shalawat oleh tim hadroh, dan penutup. Acara tidak selesai begitu saja, Dion memperkenankan kepada semua para hadirin untuk menyantap berbagai macam menu yang akan ditawarkan ketika nanti usaha mulai dibuka

Johan, Shirin, Lazhirovan, Dion, Raditya, Tieeshara, Kyra, Hadi, dan Humairah berkumpul

"Mama, Papah, Ustadz, Ustadzah, dan semua, makasih ya udah bantu Dio untuk membantu acara hari ini"

"Sama-sama, sayang ... Mama bangga sama Dio," jawab Shirin sebagai perwakilan. "Oh ya, ngomong-ngomong, tadi Mama sekilas ngeliat ada Zigit, Zigit beneran udah resmi mondok di sini?"

Humairah tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut. "Masih dalam tahap penyesuaian diri, nanti insyaallah ketika sudah lulus SMA baru mulai masuk pesantren, niatnya mau sambil kuliah"

"Masyaallah ... Sebelum pulang, kita mampir ke rumah Zigit dulu kali, ya? Udah lama ngga ketemu, apalagi sama Bunda Yerisha," tawar Shirin kepada mantan suami beserta anak-anaknya. "Kalian maukan?"

"Iya, boleh"

Mata Dion tidak sengaja menatap ke arah  seorang laki-laki yang memakai baju seragam yang sama dengan santri lainnya, ia menyipitkan mata untuk memastikan apakah penglihatan salah atau tidak, bukan hanya itu, ia juga berjalan pelan mendekat ke arah orang tersebut, ia memegang bahu dan pandangannya bertemu, berapa terkejutnya ketika melihat siapa yang kini sedang berada di hadapannya

"Bangs—" Dion menepis tangannya sendiri dari area bahu orang tersebut serta menahan lisan dari berkata yang tidak baik"

"Lo ngapain ada di sini?!"

Johan, Shirin, Lazhirovan, Raditya, Tieeshara, Hadi, dan Humairah berlari menghampiri Dion

Baru saja Dion ingin melayangkan tinjuan tepat mengenai rahang orang tersebut, orang tersebut sudah lebih dulu menangkis

Johan dan Lazhirovan menjauhkan tubuh Dion

"Jangan ribut di sini, Dio!" titah Lazhirovan

"LO NGAPAIN ADA DI SINI, HAH?" teriak Dion masih dengan orang yang sama

Hadi yang merasa kebingungan langsung melontarkan pertanyaan. "Ma— maaf sebelumnya, ini ada apa, ya? Dia bernama Gansal, dia baru saja masuk ke pondok ini"

"Dari sekian banyak pondok pesantren, kenapa harus di sini?"

"Mungkin karena di sini area yang dekat dari pemukiman kalian," jawab Hadi masih belum dapat dipastikan terkait tentang bukti kebenaran

"Mending dia yang harus cabut dari atau Tiara yang membatalkan rencana untuk menghafal Al Qur'an di tempat ini?"

"Kak, jangan kayak gitu dong! Tiara tetep mau menghafal Al Qur'an di sini"

"Kenapa? Kamu mau menghafal Al Qur'an di sini karena waktu itu Kak Dio mau nikah, nah terus sekarang udah batal, jadi Kak Dio mau kalau kamu balik ke rencana awal untuk menghafal Al Qur'an di tempat lain"

Tieeshara menggelengkan kepala dengan pelan. "Tiara takut kalau labil kayak gini terus nantinya Papah jadi berubah pikiran lagi. Please, Kak. Di sini tempat santriwan dan santriwati dipisah kok, jadi kemungkinan besar Tiara ngga bakal ketemu sama Gansal, ngga mungkin juga dia bakal jahatin Tiara, Tiara yakin kalau tempat ini aman karena adanya penjagaan yang lumayan cukup ketat apalagi kalau Tiara pulang pergi, ngga bener-bener tinggal walaupun sementara"

Dion berjalan beberapa langkah, kembali mendekatkan diri ke arah Gansal

"Berani lo ngedeketin apalagi sampe berlaku buruk ke Adek gue, gue ngga bakal segan-segan untuk anter lo ke neraka"

"Dio, udah Dio," cegah Johan

"DIA YANG HAMPIR MERENGKUT KEPERAWATAN ADEK DIO, PAH," marah Dion seraya menunjuk ke arah Gansal hingga terlihat nadi di sekeliling leher. "KALAU AJA PADA SAAT ITU TIARA NGGA MEMBERONTAK DAN KABUR, MUNGKIN SEKARANG NASIPNYA HAMPIR SAMA KAYAK RAINA. DIO NGGA BAKAL RELA KALAU HAL ITU SAMPE TERJADI. DIO BERSUMPAH ATAS NAMA ALLAH, KALAU ADA MANUSIA BIADAB YANG BERANI BERBUAT BURUK KEPADANYA, TANGAN DIO SENDIRI YANG AKAN MENGHABISI DIA"

Mata serta hidung Tieeshara mulai memerah menahan tangis, tubuhnya juga terasa sangat bergetar

Dion menoleh ke arah Tieeshara dan langsung memeluk tubuh mungilnya. Mulut Dion berbisik di telinga Tieeshara. "Sorry ... Sebenernya kebelakangan ini Kak Dio berjaga jarak ke Tiara cuma karena acting doang supaya Kak Dio lebih leluasa untuk punya waktu sama Kyra. Alasannya yaa karena dia merupakan orang yang bantu Kak Dio untuk urusan bisnis"

Mendengar nama perempuan itu disebut, Tieeshara langsung melepas pelukan. "Bilangnya ngga suka kalau ada orang yang berlaku buruk ke Tiara, tapi sendirinya malah berlaku kayak gitu"

"Waktu itu keadaan Kak Dio bener-bener lagi ngga stabil, Tir. Maaf kalau keterlaluan"

"Semarah apapun tolong jangan keterlaluan, Kak. Aneh banget, ngga suka orang lain berlaku buruk tapi sendirinya malah begitu. Tiara ngga mau berharap sama siapapun, sepelindung-pelindungnya Kakak, tetep Allah sebaik-baik Dzat Yang Maha Melindungi"

"Terus sekarang gimana? Kakinya masih sakit?"

"Udah ngga, tapi rasa sakit di hati masih terus membekas. Terus kenapa harus Kyra yang bantu Kak Dio? Kenapa bukan orang yang udah berprofesi sebagai chef aja?"

"Do'ain biar dikasih rezeki yang lebih"

"Mending kita pamit pulang sekarang aja, mau mampir ke rumah Zigit dulukan? Ngga enak juga sama Kak Hiro, nanti diem-diem overthinking muncul yang bisa ngebuat GERDnya kambuh"

Tieeshara mendekat kepada Lazhirovan. "Kak Hiro sorry, ya ... Pokoknya selama Tiara menghafal Al Qur'an di sini Tiara pasti baik-baik aja, jangan pikir macem-macem, tepis rasa cemas setiap kali lagi dateng"

"Ustadz, Ustadzah, kami titip Tiara, tolong bimbing dia dengan baik," pinta Lazhirovan kepada Hadi dan Humairah

***

Pesan untuk diriku serta kamu

Ingin berkonsisten serta berkomitmen kepada diri agar dapat menulis serta mengunggahnya, namun sangat disayangkan karena tugas kuliah yang tidak kunjung selesai, padahal masih tergolong menjadi mahasiswa baru. Ah tidak, itu hanya persekian persen, mungkin terkadang aku sendiri yang belum pandai untuk memanfaatkan waktu, alasannya yaa karena "ingin beristirahat." Entah alasan tersebut pentas untuk dijadikan alasan atau tidak

Oh iya, bulan Juni-Juli 2023 aku mulai mengikut UAS, mohon do'anya untuk setiap kemudahan terutama dalam ujian tersebut hingga mendapat hasil yang memuaskan

Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca di tengah kesibukan, mohon untuk menunggu karyaku selalu

Salam kasih,

Agisah Anna

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang