45 • Mengantar Tieeshara

18 3 0
                                    

Dalam hati Dion juga berkata. Aku mau kita putus, bukan karena ngga sayang, Rai

Di waktu yang bersamaan, air mata Dion keluar dari pelupuk mata. Dion menggigit bibir bawah agar suara tangisan tidak mengganggu tidur Tieeshara. Dion mengembalikan ponsel ke tempat semula lalu semakin mengeratkan pelukan

Hari demi hari Tieeshara lalui, hingga akhirnya semesta benar-benar akan membawa Tieeshara pada hari dimana dirinya diharuskan untuk pergi ke rumah sang Papah

"Dadaah semua, malam ini Tiara terakhir tidur di sini." Tieeshara melambaikan tangan kepada semua barang yang berada di dalam kamar kemudian tangan perempuan itu beralih memegang dagu. "Eum ... Tapi ngga tau deh, siapa tau nanti Tiara tidur di sini lagi"

Melihat pintu kamar belum tertutup rapat, membuat Lazhirovan mengintip dari celah pintu. "Tiara"

"Iya. Sini masuk, Kak"

"Kenapa baru masukin barang-barang ke koper sekarang? Bukannya Kak Hiro udah bilang untuk siapin dari jauh-jauh hari?"

"Hehehe," cengir Tieeshara

"Tir"

"Hm?"

"Kayaknya seneng banget mau pindah ke rumah Papah?"

"Lebih tepatnya seneng karena Kak Hiro udah ngga sakit. Tiara pernah bilang, Tiara lebih pilih cepet-cepet ke rumah Papah daripada harus ngeliat Kak Hiro sakit"

Keesokan harinya, Tieeshara merasa bahwa pagi ini akan menjadi hari terakhir untuk bisa sarapan bersama dengan ketiga Kakak-Kakaknya. Mungkin perasaan Tieeshara saja yang terlalu berlebih karena walaupun kenyataan membenarkan, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa dirinya masih dapat seperti ini di lain waktu, entah kapan

Bukan hanya Tieeshara yang sudah siap, melainkan Lazhirovan dan Dion yang akan mengantarkan Tieeshara untuk pergi

"Kenapa Kak Radit ngga bisa ikut anter Tiara?"

"Ada kelas tambahan," jawab Raditya seadanya yang masih terfokus pada makanan di hadapannya, tanpa menoleh ke arah Tieeshara

Tieeshara mencibirkan bibir bawah, hal tersebut membuat Lazhirovan dan Dion menatap dengan iba. "Masih ada Kak Hiro sama Kak Dio," tenang Lazhirovan

"Tiara udah kenyang." Tieeshara mendorong kursi lalu bangkit dari tempat duduk kemudian tangannya meraih koper dan menariknya. "Tiara tunggu di depan aja"

"Kakak macam apa lo? Ngga bisa jaga perasaan Adek sendiri," kesal Dion kepada Raditya

"Emang kenyatannya begitu, kalau ngga ada kelas tambahan juga gue bisa ikut"

"Lo pikir gue ngga? Gue udah masuk semester akhir, tapi gue tetep luangin waktu buat Tiara"

"Terus maksud lo, gue harus bolos?" Raditya menatap ke arah Dion dengan mimik wajah datarnya

Tanpa aba-aba, Dion segera memindahkan makanan yang ada di atas piring Tieeshara ke dalam kotak bekal untuk ia berikan kepada perempuan itu karena tau jika Tieeshara baru memakannya sedikit. Lantas Dion segera bergegas menyusul Tieeshara yang sedang menunggu di depan rumah

"Gue paham, Dit. Udah ngga papa, lo tetep fokus kuliah aja, biar gue sama Dio yang anter Tiara," tutur Lazhirovan memaklumi

"Yaa seengganya bilang apa kek, ngga bisa bedain sama hari-hari biasanya," ucap Dion seraya mengambil sepatu yang jaraknya tidak jauh dari ruang makan, otomatis Dion masih mendengar percakapan antara Lazhirovan dan Raditya

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang