90 • Satu Persatu Pergi

11 1 0
                                    

Perempuan yang dimaksud menunjukkan jadi telunjuk ke arah diri sendiri kemudian direspon dengan anggukkan kepala oleh Tieeshara. Perempuan tersebut berjalan mendekat untuk menghampiri

"Iy— iya"

"Kalian udah saling kenalkan?" tanya Tieeshara kepada Haqqon dan Shasha

Tieeshara mendapat sorotan tajam dari Shahsa

"Cuma tau wajah, tapi ngga tau nama bahkan belum kenal," jawab Haqqon sebagai perwakilan

"Yaudah Haqqon, kenalin ini temen baru gue di asrama, namanya Shasha yang suka shy-shy cat. Dia udah satu tahun loh di sini, lebih dulu dari gue"

"Tiara!" sahut Shahsa lalu Haqqon berkata, "Masyaallah ... Salam kenal, ya"

"Mumpung ketemu di sini, jadi sekalian gue cuma sekedar memperkenalkan kalian, ngga berniat untuk membantu memberi target untuk syaitan lohh"

"Maksud kamu?" heran Haqqon

"Ah, ngga kok. Sekarang kalian baru sekedar memperkenalkan nama, nah kalau merasa cocok kalian bisa saling memperkenalkan satu sama lain lebih dari itu yang bukan hanya sekedar melibatkan kedua belah pihak, melainkan juga kerabat tertentu, dilanjut jalur halal, dan sah deh." Setelah berkata demikian, tangan kiri Tieeshara meraih snacks dan notebook, sedangkan tangan kanan menarik lengan Shasha untuk mengajak pergi menjauh

"Tiara, aku malu tau," ucap Shasha setelah genggaman tangan Tieeshara terlepas

"Di sini banyak santriwati yang mengagumi Haqqon, soal fisik ngga perlu ditanya; terus dia anak dari si pemilik beserta pemimpin pesantren; penghafal Al-Qur'an dengan suara yang indah; mentaati perintah Allah salah satunya dengan cara menjaga diri dari perempuan yang bukan mahram; udah gitu di usia mudanya sekarang, dia udah mengajar, coba deh pikir, anak orang aja dibimbing lantas gimana dengan pasangan halal beserta anaknya kelak? Huh, lagi-lagi gue lupa, sebanyak apapun perempuan yang suka dia, kalau ternyata ngga berjodoh, yaa ngga akan bisa"

"Terus maksudnya, kamu mau jomplangin aku ke dia?"

"Yaa, mungkin. Tieeshara mengangkat kedua bahu. "Ngga tau deh"

"Ngga perlu"

"Halah, nanti nangis kalau dia diambil sama perempuan lain"

"Bukan gitu, setau aku kalau dia itu udah punya pasangan halal"

Seolah mendengar petir di siang bolong, seketika itu juga Tieeshara membulatkan kelopak mata secara sempurna. "HAH, DEMI APAAA??!!!!"

"Suutttt, tolong kecilin volume suara kamu, ngga liat banyak santri yang lagi menghafal Al-Qur'an?"

"Gue shock! Jangan menyebarkan berita hoax deh, yaa"

"Ngga tau juga, aku dengar-dengar dari santri di sini"

"Beritanya belum akurat tuh"

"Akurat atau ngga, aku tetep ngga mau berharap lebih kepada beliau. Di sini niat aku cuma mau menghafal Al-Qur'an, belum tau mau melanjutkan untuk mengambil paket belajar yang lain atau ngga. Mengagumi merupakan sesuatu yang ngga bisa aku hindari, tapi aku mau berusaha untuk ngga terlarut dari perasaan tersebut dengan cara membiarkan tanpa memberi asupan. Bagaimanapun hasilnya nanti, entah rasa yang semakin meninggi ataupun pergi, seenggaknya kalaupun benar bahwa beliau udah memiliki pasangan halal, aku tetap pada komitmen untuk ngga menjadi alasan rusaknya rumah tangga mereka. Lagi pula, aku sangat percaya bahwa laki-laki tersebut cukup pandai dalam menjaga diri"

TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang