"Rumah Ustadzah Humairah di bagian mana, Tir?" tanya Johan yang terakhir keluar dari dalam mobil
"Rumahnya masuk ke dalam area pesantren. Yaudah kita langsung ke dalem aja"
Di tengah perjalanan, Tieeshara dan keluarga berpas-pasan dengan Hadi dan Humairah yang hendak pulang ke rumah
"Ustadz Hadi, Ustadzah Humairah?" sapa Tieeshara
"Loh Tiara, masyaallah"
Tieeshara mencium punggung tangan Humairah lalu menoleh ke arah Hadi yang sambil mendekatkan kedua telapak tangan
"Ustadzah, seperti yang Tiara sampaikan sebelumnya kalau Tiara dan keluarga mau bersilaturahmi," kata Tieeshara lalu mengenalkan keluarganya kepada Hadi dan Humairah
Secara bergantian, seluruh anggota keluarga Tieeshara saling berkenalan dengan Hadi dan Humairah
"Mari, rumah kami ngga jauh dari sini"
"Aduh maaf, seharusnya kami menemui kalian di asrama pesantren, ya? Bukan di rumah pribadi"
"Loh ngga apa, biasanya memang ada beberapa orangtua dari calon santri yang datang ke rumah, termasuk orangtua dari teman kecilnya Tiara, yaitu Zigit. Mari silakan masuk." Sesampainya di pekarangan rumah Hadi dan Humairah, si pemilik rumah langsung mempersilakan Tieeshara beserta keluarga untuk masuk
Kesan pertama kali tatkala Johan, Shirin, Lazhirovan, Dion, dan Raditya masuk ke dalam kediaman milik Hadi dan Humairah sama halnya seperti Tieeshara kala itu
Rumah sederhana namun sangat nyaman untuk dihuni. Deretan lemari kaca berwarna putih hingga semua kitab yang terpajang dapat terlihat oleh mata terlebih mencium harum bukhur yang memenuhi seisi ruang
Humairah masuk ke ruang dapur untuk membuatkan minum dan mengambil beberapa cemilan. Rasa tidak enak hati mulai keluarga Tieeshara rasakan
Selepas basa-basi, Shirin mulai memasuki ke dalam topik pembicaraan yang sedari awal memang itulah tujuannya untuk datang ke tempat ini
"Masyaallah, dengan senang hati kami akan membimbing Tiara," jawab Humairah tanpa merasa keberatan. "Kami sangat berterimakasih kepada Ibu, Bapak, beserta Kakak-kakak karena telah mempercayai kami untuk membimbing Tiara"
"Justru seharusnya kami yang sangat berterimakasih kepada Ustadz dan Ustadzah, terimakasih karena sudah lebih dulu membimbing Tiara perihal ilmu agama yang lebih dalam, mungkin kalian bisa melihat sendiri proses hingga perubahan yang ada di dalam dirinya"
Di sela obrolan, tiba-tiba ada anak dari Hadi dan Humairah yang mengetuk serta memberi salam. Kedatangannya sangat disambut hangat oleh orangtua beserta tamu
"Haqqon, sini, Nak," pinta Humairah kepada seorang anak laki-laki agar segera bergabung
Haqqon menuruti, namun sebelum duduk, ia mencium punggung tangan Johan dan bersalaman dengan Lazhirovan, Dion, dan Raditya. Sedangkan dengan Shirin dan Tieeshara, ia hanya mengedekapkan tangan di dada
"Nah ini putra sulung kami yang bernama Haqqon, atas izin Allah dialah yang pertama kali bertemu dan membawa Tiara kepada kami"
"Ya Allah, ini Haqqon yang pernah Tiara ceritakan kepada kami? Masyaallah ..." kagum Shirin melihat perawakan serta penampilan Haqqon yang mengenakan gamis berwarna hitam
Haqqon hanya tersenyum sambil menunduk
Lazhirovan yang duduk tepat di sebelah Tieeshara ikut tersenyum seraya meledeknya dengan menyenggol lengan perempuan tersebut. "Ekhem, oh ... ternyata ini laki-laki yang pernah kamu ceritain sewaktu kita video call waktu itu?" bisik Lazhirovan dengan respon yang sama seperti Shirin
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...