"HATI-HATI, WOY! KALAU MAU CARI MATI JANGAN DI SINI, BIKIN MACET AJA," omel salah satu pengendara
Beberapa orang turut membantu Tieeshara untuk berdiri
"TIARA." Posisi Dion telah semakin mendekat
Begitu menyadari hal tersebut, Tieeshara mencoba untuk kembali berlari, namun gagal karena Dion telah meraih tangannya. "APA-APAAN SI, HAH? NGGA LIAT KALAU INI JALANAN?" bentak Dion di tengah keramaian
Dion berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu Tieeshara dan segera mengajak perempuan itu untuk kembali masuk ke dalam mobil
Dion membawa mobil Tieeshara untuk menuju pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Dion menarik tubuh Tieeshara dan memasukkannya ke dalam kamar tamu yang letakkan berada di lantai bawah untuk menguncikannya. Serta tidak lupa untuk mengambil ponsel milik Tieeshara
"KAK DIO, BUKAIN!" jerit Tieeshara dari dalam kamar
"KAK DIO JAHAT"
"TIARA UDAH NGGA SAYANG KAK DIO"
"KAK DIO UDAH BUKAN KAKAKNYA TIARA LAGI"
"CK, BUKAIN BODOH!"
Dion membuka pintu dengan cara mendobrak, alhasil jatung Tieeshara mendadak berdetak lebih kencang. "Ngomong apaan tadi? Hah?"
Tieeshara diam tidak berani menatap wajah Dion. "Ayo ngomong lagi! Kak Dio mau denger"
"Budek anjing," gumam Tieeshara yang masih terdengar oleh telinga Dion. "NGOMONG YANG KENCENG!"
Tieeshara terperanjat
"Mulutnya minta ditampar kali, ya?"
Sungguh, semarah-marahnya Dion kepada Tieeshara, Tieeshara tidak pernah mendapat perlakukan fisik dari Dion
Dion kembali mengunci pintu dan sudah tidak memperdulikan teriakkan Tieeshara. Dion mengambil barang yang tertinggal dan kembali pergi ke kampus. Namun sebelum itu, dirinya pergi menggunakan kendaraan umum untuk mengambil mobil yang tadi dibiarkan terparkir di tepi jalan
"KAYAK SENDIRINYA NGGA PERNAH NGOMONG KASAR AJA"
Selama Dion menguncikan Tieeshara di dalam kamar tamu, Tieeshara hanya diam tidak melakukan apapun. Untung saja tadi pagi, dirinya baru berhalangan. Jadi, tidak shalat
"Biasanya Tiara kuat seharian ngga makan, tapi kali ini laper banget"
Sampai akhirnya Tieeshara mendengar suara deruan motor. Tieeshara yakin bahwa itu pasti suara motor yang dikendarai oleh Raditya karena sepertinya laki-laki itu baru saja pulang kuliah. Tieeshara baru akan memanggil nama laki-laki tersebut saat Tieeshara sudah mendengar suara pintu rumah di buka. "KAK RADIT, TOLONGIN TIARA. TIARA LAGI DI KAMAR TAMU"
Raditya berjalan mendekat ke ruang yang telah Tieeshara sebutkan, tapi ketika Raditya memegang knop pintu, ternyata Raditya baru tau jika ruang itu telah dikunci dari luar oleh seseorang
"Tiara?"
"Iya, Kak. Tiara ngga bisa keluar, soalnya tadi pagi Kak Dio kunciin Tiara"
"Kenapa bisa sampe dikunciin? Emang kamu ngga sekolah?"
Karena pintu belum dibuka, alhasil Tieeshara dan Raditya berkomunikasi di tempat yang berbeda. Tieeshara yang masih berada di dalam kamar, sedangkan Raditya berada di luarnya. "Iya. Justru karena Tiara ngga mau sekolah, makanya dikunciin"
"Yaudah tunggu sebentar, Kak Radit mau cari sesuatu dulu"
"Buat apaaa?"
"Buat coba buka pintunya"
Kunci cadangan telah dibawa juga oleh Dion, tapi begitu Raditya ingin mencari benda yang akan digunakan untuk membuka pintu, ternyata Dion telah datang
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
"Lagi cari apaan, Dit?"
Raditya belum sempat mencari alasan karena Tieeshara sudah kembali memanggilnya. "Kak Radit, cepetan"
"Mau buka pintu kamar tamu?" tebak Dion. "Biarin aja dulu, nanti gue yang buka," sambung Dion seraya berjalan ke arah dapur untuk melatakkan sebuah kemasan yang diduga adalah makanan yang baru saja Dion beli dan sampai akhirnya Dion naik ke lantai dua untuk pergi ke kamarnya
Raditya tidak melanggar perintah Dion, tetapi Raditya tetap menunggu di sofa ruang tamu yang jaraknya tidak jauh dari tempat dimana Tieeshara berada
"Kak Radit, Tiara mohon, tolong bukain ..." lirih Tieeshara
Maaf, Tir batin Raditya
"Kak Radit boleh kok diemin Tiara terus, tapi untuk kali ini tolongin Tiara. Tiara mau keluar, laper, seharian belum makan nih. Eh udah deh, tapi cuma sarapan doang"
Baru saja Raditya ingin berdiri, namun seketika niatnya langsung dibatalkan, karena dirinya telah melihat Dion yang baru saja ingin menuruni anak tangga sambil membawa tote bag di genggamannya
Dion pergi ke dapur untuk mengambil nasi dan lauk pauk yang telah dibelinya sepulang dari kampus, setelah itu barulah Dion masuk ke dalam kamar tamu
Dion mendapati Tieeshara yang sedang duduk di lantai sambil menyenderkan punggung ke tempat tidur. Dion menaruh tote bag di atas nakas lalu berjongkok agar dapat mensejajarkan posisinya dengan Tieeshara
Raditya melihat kejadian tersebut dari sela pintu kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut
"Tiara," tegur Dion dengan pelan seraya mengelus puncak kepala Tieeshara. "Emang ngga dingin duduk di lantai?
Tieeshara diam tidak menjawab
"Sekarang makan dulu, ya? Kak Dio udah beli ini, Kak Dio suapin deh"
Tieeshara memang sangat butuh asupan, tapi dirinya merasa gengsi untuk memakan makanan yang telah Dion bawa. "Ngga mau"
"Tadi Kak Dio denger kamu bilang laper ke Kak Radit, nah untungnya tadi Kak Dio sempet beli ini"
"Tapi Tiara ngga mau makan dari makanan yang udah Kak Dio beli"
"Masih marah sama Kak Dio, ya? Yaudah maaf deh. Tir, Kak Dio udah pernah bilangkan? Kak Dio marah, karena ini bukti sayangnya Kak Dio ke kamu. Walaupun Kak Dio tau, mungkin marahnya Kak Dio kali ini udah berlebihan"
"Tuh tau"
"Kak Dio juga udah bisa nebak alasan kamu ngga mau sekolah. Tadi pas di kampus, Kak Dio udah cek handphone kamu. Tapi kenapa? Itukan grup angkatan SMP, jadi seharusnya si ngga ada sangkut pautnya sama SMK"
"Kenzi, Kalin, sama ada beberapa temen SMP Tiara yang sekarang masih satu kelas"
Tieeshara tidak menjelaskan secara rinci prihal perlakuan yang Kenzi beri kepadanya, karena tidak ingin jika Dion sampai melakukan hal yang tidak diduga
"Tiara"
"Hm?"
"Jangan jadiin itu sebagai alasan untuk ngga sekolah. Jangan campurin masalah pendidikan sama hal lain. Tujuan utama kamu ke sekolah niatnya buat belajar. Yaudah sekarang makan, ya?"
Satu suapan Dion beri kepada Tieeshara dan Tieeshara mulai membuka mulut
"Pinter," puji Dion. "Sebagai permintaan maaf, tadi Kak Dio juga udah beli banyak jajanan"
Dion meraih tote bag yang tadi diletakkan di atas nakas lalu mendekatkan benda tersebut yang berisi berbagai macam snack kepada Tieeshara
"Kak Dio, maaf juga, ya. Tadi pagi Tiara ngga nurut sampe ngomong yang ngga-ngga"
Dion tidak membalas, dirinya hanya mengecup kening Tieeshara
"Oh, ya. Kak Dio, jangan bilang kejadian tadi ke Kak Hiro. Biar Tiara sendiri aja yang bilang, tapi ngga sekarang, masa pulang kerja langsung diceritain kayak gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Teen FictionAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...