"Sini cobain, mau aku ambilin piring?" tawar Kyra
"Ngga tertarik"
Shirin menimpali. "Cobain dulu, Tiara ..." Akhirnya Shirinlah yang mengambilkan piring lalu menaruh beberapa tusuk sate taichan yang nanti akan diberikan kepada Tieeshara. "Sini kamu duduk"
Tieeshara menuruti. Satu tusuk sate sudah ia ambil dan rasakan
"Gimana? Enakkan?"
Tieeshara kembali meletakkan sate ke atas piring padahal baru memakan sedikit. "Ngga enak"
Mendengar penilaian Tieeshara, membuat Dion menatapnya sebentar lalu menunduk
Tieeshara mengetahui hal tersebut tentu membuatnya merasa tidak enak hati
Lazhirovan yang memang duduk tepat di samping kanan Dion, sempat mendekatkan diri ke telinganya kemudian berbisik. "Hubungan lo sama Tiara lagi ngga baik-baik aja, makanya respon dia terhadap masakan yang bakal lo jual kayak begitu. Percaya sama gue, ini enak dan kalau kalian lagi baik-baik aja, Tiara bakal jadi salah satu orang yang berada di garda terdepan untuk dukung lo"
"Serius, Kak. Sate yang gue bikin enak ngga?"
"Asli enak, kalau ada rasa yang kurang gue bakal bilang, ya kali gue bohongin sesuatu yang bakal dijual cuma demi nyenengin lo doang?"
"Ada yang kurang," kata Raditya menimpali yang memang duduk tepat di samping kiri Dion alhasil ia juga mendengar percakapan antara Kakak pertama dan kedua
"Apaaa???"
"Kurang mie. Gue saranin untuk karbonya jangan cuma ada nasi, melainkan juga mie. Jadi nanti customer bisa pilih mau pake nasi atau mie"
"Boleh-boleh. Ternyata makanan kesukaan lo bisa jadi tambahan ide jualan, Dit"
"Yoi. Tapi kalau dari segi rasa ngga ada yang kurang. Untuk kematengannya pas atau ngga overcookedlah, rasanya juga meresap sampe ke akar-akar, apalagi untuk taichan kulitnya, beeh top! 1000/100," puji Raditya dengan bersemangat
"Widiih iya nih, tadi gue dibantu sama Kyra," kata Dion yang sudah memasang senyuman manis sebelum pada akhirnya menoleh ke arah Kyra yang sedang menyantap sate. "Kyra"
"Iya, Kak?"
"Makasih, ya"
"Sama-sama, Kak. Makasih juga udah percayain Kyra untuk bantu Kak Dio"
"Papah jadi ikutan bangga sama kamu. Lulus sekolah tetep lanjut ambil jurusan tata bogakan?"
"Iya dong, Pah"
"Sip," kata Johan seraya memberikan acuan jempol
Tieeshara berdiri dari kursi yang diduduki untuk kembali pergi ke kamar
"Tunggu Tieeshara," cegah Johan
Seketika Tieeshara memberhentikan langkah kemudian menoleh ke arah sumber suara. "Apa?"
"Jadi hafalan Al Qur'an sama Ustadzah Humairah?"
"Jadi"
"Nanti sore kita pergi ke sana bareng-bareng, ya? Mau silaturahmi atau kata lain mau mengamanahkan kamu kepada Ustadzah tersebut sekaligus mau minta izin untuk mengadakan acara syukuran"
"Acara syukuran buat apa?"
"Acara syukuran untuk salah satu anak kebanggaan Papah yang memilih untuk menjadi penghafal Al-Qur'an dan bukanya usaha Kakak kamu, Dio"
Tieeshara kembali melanjutkan perjalanan menuju ke kamar, di sana ia kembali membuka ponsel. Tieeshara pikir, ia lebih sering meluangkan waktu dengan benda tersebut dibanding yang lain. "Bentar-bentar, katanya mau jadi seorang hafidzah diwaktu yang dekat ini, tapi kenapa jarang pegang Al Qur'an? Yaa minimal untuk memperlancar bacaan biar nanti tinggal menghafal," katanya kepada diri sendiri
Tieeshara meletakkan ponsel di atas nakas, mengambi air wudhu, mengenakan mukenah, dan mulai membuka Al Qur'an yang sudah diambilnya itu. "Ya Allah, sesuka-sukanya Tiara membaca suatu karya salah satunya adalah novel, maka lebih sukakanlah Tiara untuk membaca firmanMu. Lancarkan Tiara untuk membaca dengan benar, menghafal, mempelajari tafsir, mengamalkan ke dalam kehidupan sehari-hari, kalau perlu sampai mengajarkannya. Tiara mau menjadikan Al Qur'an sebagai sebaik-baiknya bacaan. Sungguh, kisah yang Allah tuang ke dalam Al Qur'an jauh lebih baik dibanding kisah yang dituang oleh manusia dalam bentuk tulisan apapun"
Tieeshara mulai membaca salah satu surah yang dimulai dengan bacaan basmallah hingga selesailah di waktu adzan ashar berkumandang
Tieeshara kembali meletakkan Al Qur'an ke tempat semula yang kemudian melaksanakan shalat ashar
"Tiara," panggil seseorang dari arah luar kamar
"Iya?"
"Udah siap?"
"Baru selesai shalat tinggal siap-siap aja"
"Mama tunggu di lantai bawah"
Tidak memakan waktu lama untuk Tieeshara mempersiapkan diri, setelah memberi sedikit polesan lip tint agar bibir terlihat lebih fresh, ia mengambil tas selempang yang telah disiapkan serta keluar dari kamar untuk pergi ke lantai bawah. Di sana terlihat bahwa semua anggota keluarga sudah berkumpul untuk menunggu
Semua mata seolah tertuju kepada perempuan yang mengenakan pakaian abaya berwarna light rose dengan perpaduan warna putih disertai dengan jilbab pashmina yang senada
"Kenapa pada ngeliatin Tiara sampe berbinar kayak gitu? Eum ... Tiara tau, Tiara terlalu cantik ya dipandangan kalian?"
Raditya langsung mengalihkan pandangan dan berdiri. "Udah siap semuakan? Yaudah yuk jalan sekarang, keburu kesorean, males banget dengerin orang yang punya tingkat kepedean yang tinggi"
"Gengsinya Kak Radit kumat nih. Yaudahlah kalau ngga suka, Tiara mau ganti jadi pakaian kayak dulu aja"
Tieeshara memutar tubuh berniat untuk kembali ke kamar untuk mengganti pakaian, namun belum saja melangkahkan kaki, terasa ada seseorang yang menggenggam jari jemari
Mengetahui siapa yang melakukan hal tersebut, Tieeshara hanya bisa memutar bola matanya dengan malas
"Kenapa lagi si? Tadi minta cepetan, yaudah biarin Tiara ganti pakaian sekarang"
"Ngga"
"Ngga apa si?!"
"Ngga boleh ganti pakaian apalagi sampe berpenampilan kayak dulu. Kalau udah menutup aurat tapi masih pengen dibilang cantik, berarti ada yang salah dari salah satu fungsi hijab itu sendiri. Tir, justru karena kamu cantik makanya Kakak mau kalau kamu menutupi kecantikan dan juga keindahan tubuh biar ngga ada non mahram yang bisa ngeliat itu. Kalau perlu pake niqab sekalian"
"Huh, sabar. Pelan-pelan. Oh ya, tapikan di sini mahram Tiara semua, jadi ngga papa dong kalau Tiara pengen dipuji sama kalian?"
"Supaya kamu belajar untuk ngga haus akan pujian"
Belum sempat Raditya menjawab, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari arah luar
"Siapa yang pesen driver online?"
"Tieeshara yang pesen, Pah"
"Loh buat apa? Kita pergi naik mobil pribadi aja. Sebagain naik mobil Papah, sebagian lagi naik mobil Kak Hiro"
"Tadi Tieeshara pesenin untuk Kyra pulang"
"Kyra pulangnya nanti, sekarang mau ikut kita dulu," bantah Johan
"Duh ngga usah rame-rame, udah kayak mau kemana aja, ngga enak juga sama Ustadzah Humairah. Sana pulang, Kyr. Gue udah pesenin driver online buat lo"
Kyra berdiri yang memang sudah bersiap dengan perlengkapan termasuk tasnya. Walaupun niat awal bersiap-siap untuk ikut pergi bersama, namun dirinya lebih memilih untuk membatalkan dan bersiap untuk pulang ke rumah sebagai bentuk menuruti permintaan Tieeshara. "Papah, Mama Shirin, Kakak-Kakak semua, dan juga kamu Tiara, Kyra pamit pulang duluan, ya. Makasih udah undang ke sini," pamit Kyra
———
Jadikan Al Qur'an sebagai sebaik-baik bacaan dan jangan lupa untuk membacanya 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
TIEESHARA
Ficção AdolescenteAku telah kehilangan cahaya bintang dari seorang laki-laki bernama Starlight. Ah tidak, bagaimana bisa aku merasa kehilangan? Memilikinya saja tidak pernah, namun apakah kehilangan hanya mengenai pasangan? Lantas bagaimana walau hanya sekedar bertem...