23 • Indah bagi Kedua Alat Indera

40 5 0
                                    

"Mampir sebentar ke supermarket," pinta Dion kepada Lazhirovan begitu mengingat janjinya kepada Tieeshara karena telah menyetujui Dion untuk membawa kucing milik Raina. "Gue lupa punya janji mau beliin semua yang Tiara suka. Tapi dianya tidur, ngga tega mau bangunin. Jadi, gue beliin jajanan aja, abis apaan lagi yang dia suka selain jajanan?"

Beberapa hari setelah pergi ke rumah Raina, tepatnya di waktu petang sebelum memulai mengaji, Tieeshara sempat menyaksikan dua orang laki-laki yang sedang melantunkan shalawat dengan suara indah yang dapat mendamaikan suasana hati

Mereka dikelilingi oleh anak-anak yang diperkirakan masih duduk di bangku kelas 5-6 Sekolah Dasar

Tieeshara membuka tas untuk mengambil ponsel, Tieeshara berniat untuk mendokumentasikan kejadian ini dengan cara memvideokannya

Di tengah aksi tersebut, Humairah datang dan duduk tepat di samping kanan Tieeshara. Tieeshara yang tersadar langsung mempause dan mematikan ponsel. "Hehehe, Ustadzah," kikuk Tieeshara dan mencium punggung tangan Humairah

"Tiara"

"Iya?"

"Pas kamu liat mereka, apa yang terlintas dipikiran kamu?"

Tieeshara kembali menoleh ke arah kedua laki-laki tersebut. Keduanya sama-sama memiliki suara dengan ciri khas masing-masing. Namun, faktor yang membedakan keduanya adalah bahwa salah satu dari mereka ada yang masih melihat teks, sedangkan yang satunya lagi sudah hafal dalam melantunkan bacaan shalawat

"Ngga tau, Ustadzah. Intinya Tiara kagum"

"Kagum sama apanya nih? Kagum sama suara atau orangnya?"

Lagi-lagi Tieeshara tertawa kikuk, tidak tau harus menjawab apa karena bagi Tieeshara, dua-duanya sama-sama indah bagi alat indera pendengar juga penglihatan. "Tiara salah ya karena udah kagum sama mereka?"

"Ngga kok. Ngga ada yang salah kalau kamu kagum sama suaranya karena Ustadzah juga mengakui kalau suara mereka emang sama-sama bagus, bahkan yang bilang kayak gitu bukan cuma kita loh, santri-santri di sini juga punya pendapat yang sama dan ngga ada yang salah juga kalau kamu kagum sama fisiknya karena yang namanya mengganggumi lawan jenis adalah hal yang wajar. Yang ngga wajar itu kalau kamu melakukan hal yang bisa mendatangkan murka Allah atas dasar kagum tersebut"

"Iya, Ustadzah. Eum ... Ustadzah, Tiara pengen banget punya pasangan yang shalih tapi emang laki-laki yang shalih mau punya pasangan kayak Tiara?"

"Sebentar, sebelum Ustadzah jawab pertanyaan kamu, Ustadzah mau kasih saran dulu. Saran Ustadzah, jangan langsung menilai seseorang dari luarnya aja tapi ngga ada salahnya juga si buat berbaik sangka, kalaupun perasangka kamu salah, seenggaknya bisa jadi do'a"

Tieeshara menautkan kedua alis. "Maksud Ustadzah?"

"Misalnya kamu kagum sama kedua laki-laki tersebut, Zigit juga Haqqon karena penampilan mereka yang mendukung tapi kalau ternyata mereka ngga seshalih yang kamu kira gimana? Yaa emang ngga ada salahnya juga buat berbaik sangka, kalaupun perasangka kamu salah, seenggaknya bisa jadi do'a buat mereka"

"Misalnya kamu kagum sama kedua laki-laki tersebut, Zigit juga Haqqon karena penampilan mereka yang mendukung tapi kalau ternyata mereka ngga seshalih yang kamu kira gimana? Yaa emang ngga ada salahnya juga buat berbaik sangka, kalaupun perasangka...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TIEESHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang