120. Hancurnya Pondasi Hubungan

23 3 1
                                    

"Sudah kuduga kamu akan melakukan ini."

"Om Alby," reflek Devi terkejut.

Sontak Devi langsung menyembunyikan kopernya di belakang tubuhnya namun terlambat karena Alby lebih dulu merebut koper itu darinya dan membuang koper Devi ke lantai dengan keras.

"Baru semalam kau berjanji padaku tidak akan meninggalkanku tapi sekarang kau sudah ingin mengingkari janjimu?" tanya Alby tajam. "Sebenarnya apa maksudmu? Kau ingin mempermainkanku ya?" lanjut Alby.

"Tidak, bukan seperti itu-"

"Lalu seperti apa?!!" potong Alby emosi.

Melihat raut wajah Alby yang dipenuhi amarah membuat lidah Devi terasa kelu untuk mengeluarkan sepatah kata. Alby terlihat lebih menyeramkan dari pada saat ia marah karena Devi pergi ke kota tanpa sepengetahuan Alby. Bahkan Alby yang biasanya menggunakan 'aku-kamu' pun kini memakai 'kau' untuk menyebutnya, itu tandanya Alby benar-benar marah padanya.

"Om aku, aku bisa memberimu alasan," ujar Devi pada akhirnya.

"Apa itu kebohongan lagi?"

"Tidak, ini bukan kebohongan."

"Dev kalau dipikir-pikir selama ini bukankah kau tidak pernah jujur padaku? Bukankah kita sepakat untuk saling terbuka dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama? Tapi apa yang kau lakukan? Pernahkah kau membicarakan masalahmu padaku? Tidak kan? Lalu bagaimana aku bisa percaya kalau alasanmu ini bukan suatu kebohongan?"

Devi terdiam. Apa yang diucapkan Alby memang kenyataannya. Selama ini Devi hanya menyimpan masalahnya sendirian dan berbuat semaunya tanpa memikirkan perasaan Alby. Bukankah sebelumnya Devi sepakat dengan Alby untuk berbagi semuanya? Tapi Devi tidak ingin membebani Alby dengan masalahnya. Devi tidak mau Alby terseret dalam karma yang diciptakan oleh ayahnya, itu alasan kenapa Devi tidak mau bercerita pada Alby.

"Aku ingin memberitahu om Alby tapi aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Karena om Alby tidak ada hubungannya dengan karma yang kujalani, selain itu aku takut om Alby membenciku," lanjut Devi berlinang air mata.

"Lalu pikirmu dengan kau pergi dariku secara sembunyi-sembunyi seperti ini tidak akan membuatku membencimu?" tanya Alby yang lagi-lagi membuat Devi terdiam.

"Tapi setidaknya aku tidak mendengar om Alby membenciku secara langsung," cicit Devi yang masih dapat didengar oleh Alby.

"Kalau alasanmu tentang kematian Icha yang disebabkan oleh ayahmu, aku sudah tahu."

Deg!

Devi menatap Alby terkejut. Alby tahu darimana?

"Aku tahu semuanya."

"Lalu kenapa om Alby tidak mengatakannya padaku? Kenapa om Alby berbohong tentang kematian Icha?"

"Karena aku tahu jika aku mengatakannya padamu kau pasti akan merasa bersalah padaku!"

"Tentu saja aku merasa bersalah karena itu ayahku om! Ayahku adalah akar dari penderitaan yang om Alby terima. Harusnya om Alby bahagia dengan Icha namun om Alby harus kehilangannya karena ayahku membunuhnya. Tidakkah om Alby memiliki sedikit rasa benci akan hal itu?"

"Aku membencinya tapi aku sadar kau tidak ada hubungannya dengan itu. Kau juga korban dari kejahatan ayahmu sendiri Dev dan berapa kali aku harus memberitahumu jika kau tidak perlu menanggung dosa-dosa ayahmu?! Karma yang kau sebutkan tadi hanyalah penyakit yang kau buat sendiri bukan karma dari ayahmu. Sekarang coba kau pikir, untuk apa kau menanggung karma padahal bukan kau yang berbuat dosa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang