Bab. 21

214 4 0
                                    

Perasaan Keira campur aduk mendengar kabar Rachel sudah hamil. Antara kaget, sedih, iri, marah, lega.

Kehamilan Rachel membuat Keira harus menerima kenyataan bahwa mereka sudah menjadi keluarga.

"Mamaaa...!", panggil Kayla yang mendatangi Keira untuk mengajak main.

"Sayang...!", balas Keira sambil memeluk Kayla.

"Kayla mau jadi kakak nggak?", tanya Keira.

"Jadi kakak?"

"Iya, nanti Kayla punya adik bayi, mau?"

Mata Kayla menjadi berbinar-binar, "mau, mauu...!!"

Keira tersenyum. Memang dari dulu ia ingin memberi Kayla seorang adik. Walau kali ini tidak berasal dari rahimnya sendiri.

Berpikir begitu membuat Keira sedih. Terlebih... Andre terlihat sangat bahagia setelah mengetahui kabar Rachel hamil.

Flashback

"Apa, kamu hamil?", tanya Andre

"Iya, Dre. Pagi ini aku tespack dan hasilnya dua garis", jawab Rachel ceria.

"Kalau begitu hari ini kita ke dokter saja untuk memastikan. Aku akan menjemputmu nanti".

"Baiklah. Kita cek bersama".

Setelah Andre menutup telefon, Keira langsung bertanya, "Rachel hamil?"

"Iya. Nanti kita mau cek ke dokter".

"Memangnya... selama ini kau tidak tahu? Maksudku... seharusnya dia mual dan muntah-muntahkan?", tanya Keira agak cemburu.

"...Aku juga heran. Selama ini tidak ada tanda-tanda dia sakit. Bahkan semalam...", Andre menghentikan ucapannya, hampir saja dia menceritakan sesi bercintanya dengan Rachel.

Keira terlihat sebal, karena dia terlanjur tahu maksud Andre.

Andre pura-pura melihat arlojinya, "Aku berangkat ke kantor dulu ya".

Andre pergi setelah mencium kening Keira. Begitu senangnya Andre, hingga sikapnya pada Keira pun menghangat.

Bahagia yang didapatkan bukan dari Keira, tapi perempuan lain.

°°°

Di rumah sakit.

"Hamil, nih. Positif sudah 5 minggu. Selamat ya!", ucap dokter kandungan yang mereka kunjungi.

Wajah Rachel berseri-seri mendengarnya. Begitu juga Andre, tapi Andre kesal setengah mati karena dokternya pria muda, dari awal melihat Rachel saja, dokternya sudah terlihat melotot dan mesum.

"Tapi kenapa saya tidak merasakan apa-apa ya, dok? Maksudnya mual atau muntah gitu?", tanya Rachel.

Dokternya pun tersenyum dan menjelaskan dengan lembut, "kehamilan tiap wanita berbeda-beda, Rachel. Ada yang merasa tidak enak badan ketika trimester pertama, ada juga yang tidak merasakan apa-apa. Tapi itu tidak berpengaruh sama sekali ke janin, jadi jangan khawatir".

"Oh, begitu ya, dok", balas Rachel sambil melirik Andre yang diam saja dari tadi.

Andre sedang memandang dengan curiga pada dokternya yang terkesan terlalu lembut seperti menggoda pada Rachel.

Sedangkan si dokter terlalu fokus ke Rachel hingga tidak sadar sedang diamati Andre.

"Ini saya beri vitamin dan penguat kandungan", ucap si dokter sambil menulis-nulis di mejanya.

"Saya boleh menggaulinya kan, dok?", tanya Andre tiba-tiba.

Pertanyaannya penuh nada tekanan dan sarkasme untuk si dokter. Andre tersenyum sinis menunjukkan kepemilikannya secara langsung. Rachel memelototi Andre tidak percaya.

Si dokter tampak terkejut, namun dengan cepat kembali tenang, "oh, iya tentu saja boleh. Memang dalam beberapa kasus dilarang berhubungan intim pada awal-awal kehamilan. Tapi sepertinya kondisi kehamilan ibu ini bagus dan sehat. Jadi ya silakan saja".

Dokter mulai memanggilnya dengan "ibu". Bagus! Pikir Andre. Dia mulai tahu batasan.

Begitu selesai, Andre dan Rachel langsung berdebat.

"Aku ingin ganti dokter", ucap Andre.

"Kamu sudah gila?", tanya Rachel.

"Aku tidak menyangka kau sangat posesif", ucap Rachel.

Walau begitu, Rachel suka dicemburui seperti ini. Andre terlihat semakin tampan sekaligus lucu.

"Apa kau tidak lihat dokter itu menyukaimu?", tanya Andre.

"Tidak, dia hanya berusaha ramah pada semua pasien termasuk aku".

Betapa naifnya Rachel! Andre tidak sudi ke dokter itu lagi.

"Pokoknya aku ingin dokter lain, kalau bisa yang wanita saja", tegas Andre.

Astaga, suaminya seperti anak kecil. Rachel pun mengalah, "baiklah, baiklah, suamiku yang posesif. Nanti aku cari yang lain ya".

Andre tersenyum kembali dan mencium bibir Rachel.

"Tinggallah bersamaku, Rachel. Aku ingin menjagamu dan anak kita".

"Apa? Lalu bagaimana dengan Keira? Dia setuju?", tanya Rachel.

Jujur saja, Rachel senang jika harus serumah dengan Andre. Lelah dirinya hampir tiga bulan hidup terpisah dengan suami sendiri. Ia kesepian.

"Aku akan bicara dengannya", jawab Andre.

"Kurasa itu bukan ide bagus, Dre. Bagaimana dengan kondisinya nanti?", tanya Rachel.

"Biar aku yang urus, kau jangan khawatir".

"Baiklah, tapi tolong janji padaku jangan memaksanya ya".

"Iya".

Second Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang