Bab. 46

240 3 0
                                    

"Ah, mmm, ooh, ooh". Keira serasa terbang ke langit ke tujuh. Tubuhnya benar-benar dipermainkan oleh Raja.

"Ooooh", desah Keira yang mencapai klimaks.

Tak berapa lama, Raja menyusul.

"Aaaagh", teriakan Raja mengakhiri permainan ini.

"Hah, hah, hah", mereka berdua kelelahan.

Raja masih menindih tubuh Keira.

Keira segera mendorong Raja agar bangkit dan segera mengecek ponselnya. Ada tiga panggilan tak terjawab dari Andre dan pesan-pesan singkat.

"Sayang, gimana kuliahnya?"

"Sayang, lagi ngapain?"

"Aku meeting bentar ya"

"Kamu lagi ngapain?"

"Sayang, kamu ketiduran ya?"

Membaca pesan-pesan dari Andre membuat Keira merasa bersalah. Ia jadi menangis lagi.

Raja yang sudah memakai pakaiannya mendekati dan memeluk Keira. Tapi Keira memberontak.

"Dasar brengsek, jangan sentuh gue! Gimana kalau Andre sampe tahu ini? Emang tujuan lu biar gue putus sama dia kan?!", teriak Keira sambil menangis.

"Hei, hei, Keira. Tenang ya. Everything is gonna be okay", hibur Raja.

"Pertama, tadi kita mau sama mau. Jadi bukan salah gue sepenuhnya, oke", lanjut Raja.

Keira semakin menangis mendengar kata-kata Raja, karena ucapannya memang benar. Kenapa dirinya sangat murahan?

"Kedua, cowok lu ga bakal tahu. Selama kita berdua bungkam".

"Ketiga, gue nggak ada niat misahin lu dari Andre. Gue emang sempat kesal ngeliat lu dan dia lengket banget, tapi gue turut bahagia kok".

Keira tidak tahu harus merespon apa.

Melihat Keira sudah agak tenang, Raja kembali mendekat.

"Jangan khawatir dan nggak usah terlalu dipikirin, Keira. Hari ini biar gue dan lu aja yang tahu", ucap Raja sambil mengelus kepala Keira.

"Gue pulang dulu ya. Gue janji setelah ini gue nggak akan ganggu lu lagi".

Raja menunggu respon Keira tapi tidak ada. Walau agak sedih, tapi Raja tetap berjalan keluar.

"Jangan lupa kunci pintu setelah gue pergi. Selamat tinggal, Keira".

Second Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang