Bab. 71

155 3 0
                                    

Rachel segera mengeluarkan koper dan memindahkan pakaian-pakaiannya dari lemari ke dalam koper sambil menangis. Ia akan pergi dari rumah ini. Sekarang ia sadar menjadi istri kedua Andre adalah sebuah kesalahan.

Rachel menyuruh pengasuhnya menaruh koper dalam mobil. Ia langsung pergi tanpa pamit membawa Reynald dan anak yang dikandungnya.

Andre hanya melihatnya dari jendela. Entah kenapa ia malah membiarkan Rachel pergi.

"Andre".

Andre sangat mengenal suara itu tanpa perlu menoleh. Keira.

Andre tidak membalas sapaannya, ia masih belum sanggup melihat Keira.

"Rachel kenapa?", tanya Keira pelan.

Keira mendengar keributan dari dalam kamar dan ketika keluar ia melihat Rachel pergi membawa Reynald sambil menangis. Pasti ada yang tidak beres.

Hening. Andre tidak menjawab pertanyaan Keira.

Keira jadi bingung harus bagaimana. Sejak hari itu, ia diperlakukan dingin oleh Andre. Kadang mereka masih makan di meja bersama. Namun Andre mendiamkannya. Ketika pergi kerja pun Andre mencium kepalanya sekilas hanya untuk formalitas di depan anak-anak. Namun Andre tidak sekalipun memandangnya.

"Andre, kumohon. Jangan mendiamkanku lagi", pinta Keira mulai menangis. Akhirnya Andre menoleh, terlihat sorot matanya yang putus asa sekaligus kecewa.

"Lalu kau mau aku bagaimana, Keira? Berlaku seolah semua baik-baik saja padahal kenyataannya tidak".

"Aku... aku ingin kita kembali seperti dulu, Andre. Saat kita bertiga tinggal bersama. Kau, aku, Kayla. Aku sangat merindukan masa-masa itu". Dimana Keira menjadi satu-satunya wanita yang dicintai Andre. Ketika cinta Andre belum terbagi. Ketika mereka saling memiliki satu sama lain.

"Kalau begitu, selamat! Impianmu terkabul! Rachel sudah pergi. Tidak ada lagi yang menganggu kita", sindir Andre.

"Bukan itu maksudku...", Keira mulai menangis lagi. Entah harus bagaimana menjelaskan agar Andre mengerti.

Andre yang tidak tahan mendengar Keira menangis langsung mengambil kunci mobilnya dan pergi. Ia belum siap bicara dengan Keira dalam keadaan emosi seperti ini.

°°°

Andre menyetir mobilnya tanpa tujuan. Ia ingin sendirian dan butuh waktu berpikir.

Andre berputar-putar hingga hari mulai gelap. Ia berhenti di suatu bar. Setidaknya minum bisa membuat luka di hatinya pergi sejenak.

"Ada martini?", tanya Andre.

"Tentu saja, bos", jawab seorang bartender pria. Ia segera membuatkan martini untuk Andre.

Andre minum perlahan-lahan untuk menghabiskan waktu. Karena ia tidak ingin pulang. Terlalu berat rasanya melihat Keira dan Kayla di rumah.

Semakin malam keadaan bar semakin ramai. Andre mulai merasa mabuk. Saat itu ada seorang wanita yang tertarik dan mendekatinya. Wanita itu sudah memperhatikan Andre yang tampan sejak tadi.

"Sudah cukup minumnya, anda sudah mulai mabuk, pak", ucap wanita itu sambil tersenyum menggoda pada Andre.

Andre memperhatikan wanita itu. Cantik, kulitnya putih dan mulus. Mengenakan gaun seksi yang memperlihatkan belahan dadanya yang besar. Benar-benar kombinasi mematikan. Ia pasti wanita penghibur, pikir Andre.

"Sebaiknya anda menginap disini malam ini. Kalau berminat, bisa saya antar ke kamar", tawar wanita itu sambil menyodorkan tangannya.

Seperti terhipnotis, Andre juga menyodorkan tangannya hingga sekarang ia dituntun wanita itu ke lantai dua bar. Tidak salahnya menginap disini malam ini, pikir Andre.

Second Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang