Bab. 12 🔞

567 3 0
                                    

Sementara itu, Keira yang berada di rumahnya selalu memikirkan Andre.

Memang dia disuruh jangan menganggu Andre dan Rachel selama seminggu penuh. Tapi mengapa Andre sama sekali tidak mengabarinya? Begitu serukah bersama Rachel? Sampai-sampai dia dilupakan? Padahal selama ini Andre tidak pernah absen mengabari Keira seharipun.

Ini sudah hari ketiga dan Keira sudah tidak tahan. Ia mencoba menghubungi ponsel Andre. Pertama kali tidak terangkat, kedua kalinya baru berhasil.

"Halo, Keira", terdengar suara merdu perempuan. Ternyata Rachel yang mengangkat.

"Halo... Rachel, Andre dimana? Kenapa kamu yang angkat?"

"Oh, Andre sedang mandi, Keira. Nanti biar kusampaikan, ya", ucap Rachel lembut.

Keira mendengarnya jadi sangat cemburu. Rachel sedang bersama Andre di bawah satu atap. Suaranya pun terdengar sangat riang.

"Iya, baiklah. Suruh dia menghubungiku ya nanti, terima kasih, Rachel".

Rachel menaruh ponsel Andre di meja kamar. Andre memang sengaja menyetel di mode silent supaya tidak ada yang menganggu mereka. Hanya saja, kebetulan Rachel melihat ponsel Andre menyala dan tertera nama "Keira" disana. Sempat ragu, tapi akhirnya dia angkat karena takut ada sesuatu yang penting.

Andre tampak masih belum selesai mandi. Rachel ke dapur untuk masak. Mereka sudah menempati apartemen baru yang disiapkan oleh orang tua Rachel.

"Hmm, masak apa ya?"

°°°

Di kamar, Andre yang baru keluar dari kamar mandi segera mencari Rachel. Dirinya sangat terobsesi pada Rachel hingga sama sekali tidak ingin terpisah sedetikpun. Setelah mengenakan kaos dan celana pendek, ia segera keluar kamar mencari istri barunya.

"Disini kau rupanya", Andre memeluk Rachel dari belakang.

Rachel yang sedang memasak pun kaget, "aaah...!"

"Iih, kenapa ngagetin?", Rachel terdengar manja sambil mencubit Andre pelan.

"Hmm, kaget ya? Maaf", Andre menciumi pundak Rachel yang terbuka.

"Mmm...", eluhan Rachel malah membangkitkan gairah Andre. Ia mencium bibir Rachel.

"Ah, sudah, Dre. Aku mau masak", ucap Rachel melepas ciuman Andre.

Tanpa bicara, Andre mematikan kompor sambil mencium bibir Rachel lagi. Sepertinya dia sudah kecanduan. Ia menggendong Rachel dan mendudukkannya di meja makan yang untungnya masih kosong.

Tangannya bergerilya memasuki blouse Rachel dan meremas payudaranya.

"Oouuh", Rachel mendesah.

Tanpa lama, Andre mengangkat blouse Rachel. Terlihat payudaranya yang masih mengenakan bra. Dengan satu tangan ia menaikkan bra Rachel. Terpampanglah kedua payudaranya.

Andre langsung menjilat, menghisap dan memainkannya dengan ganas.

"Ah..ah..ah..", Rachel terus mendesah keenakan. Ia pun membuka blouse dan branya sendiri agar Andre lebih leluasa.

Gigitan terakhir Andre di putingnya berhasil membuatnya orgasme, "oooouuuh...".

Rachel baru bernafas sebentar, Andre langsung membuka hotpants jeans yang Rachel kenakan, juga celana dalamnya.

"Apa masih terasa sakit?", tanya Andre memperhatikan vagina Rachel yang agak merah.

Malam pertama mereka lalui dengan panas, dan besoknya Rachel merasa perih, hingga Andre terpaksa absen menyetubuhi Rachel seharian.

"Sedikit, tapi tidak apa-apa. Aku menyukainya", jawab Rachel sambil tersenyum.

Andre yang mendengar jawaban Rachel jadi menggoda.

"Kau menyukainya? Seperti ini?", satu jari Andre memainkan klitoris Rachel.

"Oh.. oh.. oh, yes!"

Semakin lama jarinya memasuki vagina Rachel.

"Oooh", Rachel merasakan jari Andre di dalamnya. Sedikit sakit tapi terasa nikmat dan hangat.

Second Main LeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang