15

3.9K 66 1
                                    

"Kau memerlukan sesuatu?" tanya Anggun yang sudah datang beberapa waktu lalu.

Tentang foto tadi, mungkin saja Dara salah mengingatnya, karena itu sudah beberapa tahun yang lalu. Mobil yang membuat orang tuanya kecelakaan dan meninggal di tempat.

"Boleh aku bertanya?" tanyanya.

"Katakan saja, tapi jika kau bertanya ke mana Yudanta pergi, aku tidak tau," jawab Anggun. Padahal memang itu yang ingin dia tanyakan darinya.

"Bagaimana kau tidak tau, bukankah kau bagian dari genk nya," sahut Dara.

"Asal kau tau. Tidak semua tau tentang apa yang Yudanta lakukan, apalagi jika itu berurusan dengan kakeknya. Dia menutup rapat hal itu, yang aku tau dia ketua genk motor, karena aku juga kenal Yudanta dari kekasihku, itu saja," jelas Anggun. Dia memang wnaita satu-satunya yang Yudanta percayai, karena kekasihnya menjadi kaki tangannya.

"Siapa memangnya?" tanya Dara.

"Aku pikir kau banyak ingin tau sekarang," jawab Anggun.

"Kalau kau enggan menjawabnya, tidak perlu kau jawab, aku bisa tanyakan langsung pada Yuda." Dara menjawab ketus apa yang Anggun katakan. Dia hanya ingin tau saja, apa salahnya untuk itu.

"Tenanglah, aku hanya bercanda. Brian itu pacarku. Walau aku kekasihnya, tapi urusan pekerjaan tidak kita libatkan dalam hubunganku dengannya," jelas Anggun. Dia wanita cantik dan sexy. Dari beberapa kali Dara bertemu dengannya, dia tampak menggoda. Dia pikir Anggun hanya pelampias nafsu Yudanta saja, nyatanya dia bagian dari Yudanta.

"Apa Yuda seperti ini sebelumnya? Maksudku apa--"

"Dia berbeda di hadapanmu. Kau tau, dia menunggumu sampai kakakmu menawarkan dirimu menjadi taruhan. Segila apa diriku, aku tidak akan menggantikan adikku pada harta yang tidak seberapa," sahut Anggun.

Memang sekejam itu Juan, tapi bagaimanapun kejamnya Juan, dia tetap kakaknya. Dia hanya sedang tersesat saja sekarang.

"Kau mau ke mana?" tanya Anggun saat melihat Dara yang sudah rapi akan keluar.

"Aku ingin bekerja. Sudah beberapa hari aku tidak bekerja," jawab Dara.

"Aku ikut denganmu," jawabnya sambil berjalan keluar.

Di luar, Dara hanya termenung saat Anggun ingin dia masuk ke mobilnya. Bagaimana dia bisa bekerja dengan mobil mewah itu, tidak, Dara memilih untuk pergi begitu saja.

"Aku akan mengantarkanmu, cepat masuk," ajak Anggun pada Dara.

"Tidak. Aku ingin berangkat sendiri saja." Tak lama ojek online yang dia pesan sampai depan gerbang rumah Yudanta. Dia segera naik dan berangkat bekerja.

Anggun yang memang harus menemani Dara, dia mengikuti Dara menggunakan mobil. Dia tidak peduli jika Dara akan menolaknya. Tugasnya dari Yudanta untuk menjaganya.

Sesampainya di tempat Dara bekerja, dia malah kena marah karena tidak masuk kerja beberapa hari. Atasannya habis-habisan memarahinya karena kesalahannya, tapi ini semua bukan kemauannya sendiri, masalah yang datang padanya karena Juan.

Dara tertunduk menangis mendengar perkataan atasannya, dia bahkan dianggap buruk saat selalu saja memiliki luka lebam di wajahnya. Dara hanya tidak mau mengatakan, jika itu ulah Juan. Dia hanya mendengarkannya tanpa membantah.

"Sebaiknya kau resign dari pekerjaanmu, jika kau terus seperti ini. Aku tidak mau kau menjadi contoh tidak baik oleh karyawan yang lain. Aku akui kerjamu bagus, tapi absensimu terlalu banyak. Aku tidak bisa metolerasi itu lagi," ujar atasan Dara.

"Maafkan saya. Tapi, bisakah sekali ini saja beri saya kesempatan. Saya berjanji tidak akan seenaknya sendiri," ucap Dara dengan memohon dimaafkan, namun peraturan tetaplah harus atasannya lakukan. Ini sudah terlalu sering untuk Dara, jadi mau tidak mau, Dara harus mundur dari pekerjaannya.

Dengan mata merah, Dara keluar dari ruang atasannya. Sudah ada temannya di sana, dia langsung memeluk Dara yang kembali menangis dalam pelukan temannya.

"Tidak apa-apa. Aku bisa mencari kerja di tempat lain. Kau baik-baik di sini. Kenapa seperti perpisahan seperti ini." Dara menyeka air matanya dan tersenyum karena merasa lucu.

"Aku akan main ke rumahmu nanti. Aku akan bantu untuk cari pekerjaan baru untukmu, jangan menangis lagi." Temannya itu menyeka air mata Dara yang kembali tersenyum. Dia coba untuk menerima apa yang atasannya buat, karena ini juga kesalahannya.

Dara kemudian berpamintan pada teman-temannya di sana. Selama 2 tahun bekerja di sana, Dara merasa tempat aman adalah di pekerjaannya. Dia akan sangat menikmati pekerjaannya, saat tubuhnya penuh lebam karena kakaknya.

Sebenarnya berat, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa kalau atasannya yang mau. Dengan langkah kaki berat, Dara melangkah meninggalkan tempat kerjanya dengan berat hati.

"Ada apa? Apa mereka mengganggumu?" Ucapan Anggun membuat Dara menoleh ke arah samping, sudah ada Anggun di sana. Dia berjalan mendekati Dara.

Seperti namanya, Anggun begitu cantik, siapa yang tidak akan menatapnya. Dia menjadi pusat perhatian para lelaki.

"Aku di pecat," jawab Dara.

"Di pecat? Haruskah aku bilang pada atasanmu jika kau sedang sakit kemarin," sahut Anggun.

"Tidak perlu. Aku hanya ingin pergi dari sini. Bisakah kau mengantarkanku," pinta Dara.

"Ke mana?" tanya Anggun.

"Entahlah ke mana saja. Aku pun bingung harus melakukan apa sekarang. Ini hal yang aku sukai, bekerja dan melupakan masalah yang aku alami." Dara kembali berkaca-kaca mengatakannya.

"Baiklah, saat kita sedang bersedih. Para wanita akan senang dengan shopping. Kita berangkat sekarang?" tanya Anggun.

"Tapi aku--" Dara ragu. Haruskah dia mau menuruti apa yang Anggun mau, bukankah dia akan mengajaknya ke tempat yang tidak dia sanggupi.

"Sudahlah, ayo pergi. Kita habiskah uang Yudanta," ajak Anggun. Dia berjalan menuju mobilnya yang terparkir di ikuti Dara.

"Tunggu. Apa yang kau katakan tadi?" Dara menghentikan Anggun.

"Kita belanja, aku ingin kau jauh lebih dari sekarang. Kita buat Yudanta kaget dengan perubahanmu," ujar Anggun.

"Tapi aku tidak mau, aku--"

"Tenanglah, kau tidak perlu sungkan. Dia sendiri yang memberiku black card miliknya untuk membelanjakanmu. Sebaiknya kita pergi sebelum Yudanta pulang." Anggun menarik lengan Dara pelan agar dia masuk ke mobil.

Mereka berdua kemudian pergi, Anggun ingin merubah penampilan Dara jauh lebih cantik dari sekarang. Setidaknya, hal ini akan mengurangi kesedihannya. Harinya berat, dan sekarang saatnya Dara menikmati hidupnya bersama Yudanta yang begitu mencintainya.

Pria seperti Yudanta bisa tunduk dengan wanita seperti Darpuspita. Dan itu yang membuat Dara merasa aneh. Dia kalah jauh dengan Anggun yang sangat cantik dan sexy. Tapi, Yudanta malah memilihnya, wanita polos seperti Dara hanya mengerti tentang bertahan hidup.

"Kenapa kita ke sini?" tanya Dara saat Anggun mengajaknya masuk ke sebuah salon.

"Sudah ikuti saja. Aku janji kalau Yudanta akan semakin mencintaimu saat melihat penampilan barumu. Tidak akan mencolok, sederhana saja, aku berjanji," jelas Anggun.

"Padahal aku yang belum merasakan hal itu. Bagaimana aku bisa menyukai orang yang membuatku trauma?" tanya Dara yang menatap Anggun dengan rasa bersalahnya.

"Aku yakin kau akan cepat menyukainya. Karena dia pria yang berbeda. Kau beruntung dicintai oleh pria seperti Yudanta Wijaya," sahut Anggun.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang