Yudanta dan Brian sampai di sebuah Bar yang katanya sedang ada Anggun di sana. Sejak kemarin dia dicari oleh mereka tapi tak ketemu. Salah satu orang suruhan Yudanta melihatnya masuk ke Bar tadi saat menemui temannya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Brian saat melihat langkah kaki Yudanta terhenti sambil berpegangan pada dinding. Dia juga memejamkam mata seakan menahan sesuatu.
"Aku tidak apa-apa." Yudanta kembali melanjutkan langkahnya untuk masuk dan mencari di mana Anggun berada.
Jujur saja kepalanya terasa sakit sejak bangun tadi, tapi dia tak ingin membuat Brian khawatir saat mereka sedang mencari Anggun. Dia coba biarkan, dia harus memastikan apa yang anak buahnya katakan.
Seseorang menghampiri Yudanta dan membisikkan sesuatu. Melihat Yudanta datang, mereka tampak tertunduk sopan. Siapa yang tidak kenal Yudanta Wijaya.
"Kau sudah pastikan, jika itu dia?" tanya Yudanta. Suara musik membuat mereka bicara lebih dekat.
"Dia aman di dalam sana, seperti yang Bos mau," jawabnya.
Yudanta mendorong pintu ruangan di mana katanya ada Anggun di dalamnya. Ruangan yang minim menerangan tidak begitu jelas terlihat siapa yang sedang duduk di sana.
"Anggun--" panggilan Brian membuat wanita yang sejak kemarin mereka cari menatap bersamaan Yudanta menyalakan penerang ruangan.
"Apa kau minum? Bukankah kau sedang hamil. Kenapa kau minum?" Brian duduk di samping Anggun yang masih diam menatap tak suka melihat mereka datang.
"Untuk apa kau di sini?" tanya Anggun yang mengalihkan pandangannya dari Brian.
"Aku mencarimu. Apa kau tidak menggugurkannya?" Brian menatap perut Anggun, memastikan jika Anggun tidak melakukan hal bodoh semacam itu.
"Apa kau datang untuk memastikan itu?" Kali ini Anggun menatap tajam. Dia tidak menyangka jika Brian datang untuk memastikan itu.
"Bisakah kita pulang. Jangan berdebat di sini." Yudanta yang sejak tadi berdiri di ambang pintu sambil menatap mereka berdua.
"Kalian saja pergilah, aku masih ingin di sini," jawab Anggun. Dia menuangkan minuman keras pada gelas yang ada di depannya dan saat akan meneguk minuman itu, Brian mengambilnya. Tidak membiarkan Anggun meneguknya.
"Apa kau tidak ingat ada janin di perutmu itu," sahut Brian. Raut wajah khawatir Brian tergambar jelas, dia juga menyesali apa yang dikatakan sebelumnya. Namun, semua itu bukan untuk meninggalkan Anggun. Hanya ada keraguan yang dia juga bingung harus berbuat apa saat 2 wanita tang dekat dengannya hamil.
"Bukankah kau tak ingin bayi ini. Lebih baik dia tiada, untuk apa kau melarangku, harusnya kau senang." Dari jawaban Anggun, dia seakan membiarkan jika kehamilannya itu tiada.
"Sampai kapanpun kau tidak ingin memiliki status yang jelas denganku. Tapi memang begitulah kau. Setidaknya aku senasib dengan wanita yang kau hamili itu. Kau juga menyuruhnya menggugurkan kandungannya. Pria macam apa kau ini." Brian menatap terkejut dengan apa yang Anggun katakan.
"Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya. Kau percaya dengan wanita itu daripada diriku?" tanya Brian.
"Bagaimana aku bisa percaya padamu saat kenyataan berbanding terbalik dengan apa yang kau katakan. Sebaiknya kalian pergi, aku tidak mau melihat kalian di sini." Tak ingin terus berdebat, Anggun meminta mereka pergi.
"Apa yang Dilla katakan padamu? Apa dia bilang menggugurkan kandungannya?" tanya Yudanta.
"Dia bahkan menunjukkan dia sedang kesakitan ulah pria brengsek seperti Brian. Aku kira mengenalnya lama akan mengerti dan memahami seperti apa dia. Nyatanya, dia tetaplah sama. Aku memang tidak bisa merubah seseorang saat itu memang sudah menjadi wataknya. Di sini aku yang bodoh," sahut Anggun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Budak Nafsu (Ketua Gangster)
Romance⭐️ jangan lupa Budayakan Follow dulu sebelum baca🥰 13/10/2023