97

329 18 0
                                    

"Ada apa?" tanya Yudanta ketika Kale dan Brian berhasil membuatnya bangun. Dengan suara serak dan mata yang berat untuk terbuka, Yudanta berjalan turun. Membiarkan Dara tidur bersama Alana.

"Apa kau sudah gila. Anak buah yang kau perintahkan tertangkap. Bukankah dengan jelas kau tau jika itu hanya jebakan saja. Pihak polisi mendatangi basecamp kita sekarang," jelas Brian yang memang mengetahui langsung apa yang terjadi di kediaman Kaito.

"Kenapa kalian tampak panik. Memangnya apa yang aku lakukan? Apa anak buah itu menyebutkan namaku?" Yudanta duduk dengan tenang. Menjawab apa yang Brian jelaskan juga dengan santai. Seakan berita yang Brian katakan tidaklah penting.

"Pastinya. Jika tidak, kenapa mereka ke rumah kakekmu," sahut Kale. Setelah mendengar penjelasan Brian apa yang terjadi, Kale ikut panik. Bagaimana jiks Yudanta benar tertangkap karena masuk dalam perangkap polisi.

"Kalian tau ini pukul berapa? Aku berusaha untuk tidur setelah Dara memintaku istirahat. Sekarang malah kalian--"

"Kau terlihat santai sekali. Apa yang sebenarnya kau rencanakan?" tanya Kale. Dia melihat Yudanta yang tak khawatir sama sekali.

"Kepalaku sedang sakit. Haruskah aku heboh seperti kalian. Jika memang aku bersalah, mereka pasti datang mencariku. Sudahlah, apa yang kita tutupi juga pada akhirnya akan terungkap. Setidaknya pastikan kebenaran yang kalian dengar. Pergi ke rumah Kakek sekarang dan pastikan apa yang mereka cari di sana," tutur Yudanta.

Dia benar-benar seperti tidak peduli. Dia memilih pergi setelah mengatakan itu pada Kale dan juga Brian yang menatapnya heran. Ada rasa kesal, tapi juga bingung. Jika Yudanta saja santai, kenapa mereka yang sangat bingung.

Seperti permintaan Yudanta, setelah memastikan keadaan di kediaman Kaito aman, mereka segera pergi untuk mencari informasi. Karena masih ada pihak polisi yang berjaga di rumah Kaito, mereka berdua tidak bisa masuk.

"Apa yang terjadi di dalam?" tanya Kale pada salah satu anak buah yang berhasil kabur dari kediaman Kaito.

"Polisi datang dan mencari pemimpin genk mafia ini," jelasnya.

"Yuda begitu tenang saat Polisi benar mencarinya," gerutu Brian. Dia masih kesal dengan sikap Yudanta yang tampak santai mendengar kabar buruk ini.

"Tuan Yuda? Bukan beliau yang dicari, melainkan Tuan Galih. Mereka berpikir Tuan Galih yang menjadi pemimpin genk Mafia ini," ucap anak buah itu.

Kale dan Brian saling menatap terkejut. Bagaimana bisa polisi mencari Galih saat jelas-jelas Yudanta lah yang menjadi penanggung jawab atas perintahnya pada orang yang tertangkap itu.

"Lalu? Apa yang lain tidak menjelaskan jika Tuan Yuda yang memimpin genk ini?" tanya Brian.

"Seperti yang Tuan Leo katakan, kita hanya harus tunduk pada perintah Tuan Yuda," ujarnya.

"Perintah apa?" tanya Kale.

"Perintah jika Tuan Galih yang harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan," ucapnya lagi. Seperti kematian Kaito yang tak wajar.

"Siapa yang tau rencana ini?" Bahkan mereka berdua tidak tau dengan apa yang direncanakan Yudanta kali ini.

"Semua yang ada di kediaman Tuan Kaito. Lebih detailnya, kalian bisa tanyakan pads Tuan Leo. Beliau akan menjelaskannya sendiri. Itu yang dia katakan saat kalian bertanya," tuturnya.

"Kenapa dengan Yuda. Apa kita tak penting lagi untuknya. Dia bahkan merencanakan ini semua sendiri," gerutu Brian.

"Sudahlah, kita hanya harus bertanya padanya. Sebaiknya kau pergi. Lindungi dirimu, pastikan yang lain tetap dengan rencana Tuan Yuda." Kale sedikit lega walau agak bingung dengan rencana Yudanta. Kenapa dia tidak mengatakan apapun padanya ataupun Brian.

Yudanta memerintahkan salah satu anak buahnya menjalankan rencana yang dia berikan pada Dilla, dan berujung tertangkapnya anak buah itu. Polisi mengusut dan menangkap Galih sebagai dalang dari semua itu. Genk mafia yang polisi cari itu ternyata Galih yang menjadi pemimpinnya. Walau kenyataannya Galih hanya sebagai kambing hitam, atas rencana Yudanta.

Dia ingin menunjuk Galih sebagai dalang saat dia juga yang membebaskannya. Dan rencana itu berhasil dia lakukan dengan lancar. Sekarang Galih menjadi incaran polisi karena menjadi otak kejahatan yang direncanakan Yudanta dan Leo.

***

"Akh!!!" Teriakan Galih mengisi seisi ruangan. Dia meluapkan kekesalannya saat berita itu sampai di telinganya.

Baru saja dia menikmati apa yang Yudanta berikan, tetapi dia malah kembali dicari Polisi. Entah apa masalahnya, tapi anak buah suruhan Yudanta ada bersamanya. Dia yang terus memberi Yudanta kabar tentang rencana Galih.

"Dia menyeretku kembali agar menanggung ini semua. Anak kurang ajar itu tega menjadikanku kambing hitam," tegas Galih dengan nada marah.

"Sebaiknya Anda segera menemui anak itu dan buat perhitungan sudah membuat Anda seperti sekarang," jelas Icad, orang yang menjadi mata-mata Yudanta.

"Bagaimana bisa saat aku sedang dicari oleh Polisi. Apa kau ingin aku mati di tangan Polisi sekarang?" Dengan tatapan tajam, Galih mengatakan itu pada Icad.

Karena masalah yang terjadi, Galih harus bersembunyi. Dia tidak mau masuk ke dalam perangkap Yudanta begitu dalam. Dia memilih untuk pergi dari dan bersembunyi. Tanpa dia sadari orang yang bersamanya, orang suruhan Yudanta.

***

Di rumah Yudanta, kepanikan terjadi saat Yudanta yang begitu tenang dalam tidurnya merintih kesakitan hingga membuatny dibawa ke rumah sakit. Dia memuntahkan darah segar, dan mengotori tangan Dara yang membantu suaminya.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Dok?" tanya Dara. Walau dia masih takut karena beberapa saat lalu suaminya merintih kesakitan.

"Racun dengan dosis besar akan membuat henti jantung. Beruntunglah, jika Tuan Yuda memuntahkan itu walau lebih banyak darah karena lambungnya tak sanggup menerima racun itu," jelas sang dokter.

"Racun? Bagaimana bisa?" Dara menatap tak percaya. Bagaimana bisa saat beberapa hari ini suaminya hanya terbaring lemah di kamar.

"Sepertinya racun itu tidak berefek secara langsung. Bertahap sampai Tuan Yuda tak sanggup lagi dan mengalami luka pada lambungnya," ujar Dokter itu.

Dara semakin bingung. Bagaimana bisa ada racun di tubuh Yudanta saat dia tak ke mana-mana beberapa hari ini.

"Kita akan tanyakan pada pasien setelah sadar. Beliau masih begitu lemah sekarang," tutur sang dokter.

Setelah mendengar penjelasan Dokter, Dara berjalan ke tempat di mana Yudanta dirawat. Wajah pucat pasih sang suaminya itu membuat seisi rumah khawatir.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Mas?" tanya Dara dengan derai air mata.

"Maaf-kan aku. Aku hanya ingin bertemu kakakmu, ta-pi dia sepertinya meracuniku," tutur Yudanta lirih dengan terbata-batah.

"Juan?" Dara menatap terkejut apa yang Yudanta katakan. Benarkah Juan meracuninya.

"Ya, beberapa hari lalu aku bertemu dengannya bersama Kale dan Brian. Aku hanya ingin meminta bantuan saja, tapi dia malah--" Batuk membuat Yudanta menghentikan ucapannya. Dada dan perutnya terasa sakit. Belum lagi tenggorokan yang memuntahkan banyak darah.

"Kau yakin dengan apa yang kau katakan, Yuda?" tanya Kale.

"Kau anggap aku bercanda sekarang saat nyawaku menjadi taruhannya?" Sorot mata Yudanta begitu menusuk saat pertanyaan Kale dilontarkan.

"Aku hanya berpikir kau merencanakan sesuatu yang tidak kita tau. Apa kau ingin mengorbankan dirimu untuk melawan Galih? Dan tentang ini, apa ini juga rencanamu saat aku dengan jelas tidak melihat Juan memberimu apapun," sahut Kale.

Senyum tersungging dibibir Yudanta. Walau tak begitu jelas, tapi dia tampak senang temannya itu tau rencananya. Apa dia pikir ini semua candaan untuknnya? "Buat laporan atas tindakan Juan, kau akan tau nanti jawabannya," sahut Yudanta.

"Sebenarnya apa arti semua ini, Mas. Apa mencelakai dirimu menjadi tujuanmu sekarang?" Dara sudah berderai air mata saat mendengar penjelasan suaminya.

***

Lanjut gak?

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang