23

3.3K 68 0
                                        

Jangan lupa follow!!!
Happy Reading
.
.

Dara langsung berjalan ke kamar, dia urung untuk pergi keluar karena Yudanta membentaknya. Tak lama diikuti Yudanta yang masuk dan berlari mengikuti Dara.

"Ada apa dengan mereka?" tanya Kale pada Anggun yang hanya mengangkat bahunya menjawab pertanyaan Kale.

Di dalam kamar, terlihat Dara yang kesal. Dia melemparkan tas ke atas tempat tidur. Melihat itu, Yudanta segera menghampiri Dara yang ada di balkon.

"Maaf, aku tidak sengaja membentakmu. Aku hanya ingin mengantarkanmu, kita keluar sekarang? Aku akan menemanimu," bujuk Yudanta pada Dara yang hanya diam.

Dara menyeka air mata kasar saat Yudanta ada di sampingnya. Dia merasa kesal, dan enggan bicara pada Yudanta. Saat sedang membujuk Dara, ponsel Yudanta berdering. Awalnya dia enggan untuk menjawabnya, namun ponselnya kembali berdering.

"Ya, katakan," jawab Yudanta dengan mata yang tak lepas menatap Dara.

"Kau serius?" tanya Yudanta. Dia tampak fokus dengan panggilan di ponselnya sekarang. Seperti kabar yang dia dapat begitu penting.

"Tidak bisakah kau urus itu sendiri? Aku sedang tidak bisa pergi. Ibu negera sedang merajuk." Dara melirik tajam saat Yudanta bilang dirinya sedang merajuk.

"Baiklah, aku akan datang, tapi tidak akan lama. Aku tidak mau tau, aku harus segera pulang, jika aku ingin hidup," ujar Yudanta.

"Sudahlah, aku berangkat sekarang." Selesai bicara melalui sambungan telepon, Yudanta coba untuk membujuk Dara lagi. Namun, sebelum dia bicara dia malah mendapatkan lirikan tajam.

"Pergilah, aku akan diam di rumah seperti kemauanmu," pungkas Dara pada Yudanta yang merasa serba salah.

"Maafkan aku," ujar Yudanta.

Dara tidak peduli, dia memalingkan wajahnya saat Yudanta akan mencium keningnya. Yudanta hanya menghela nafas, dia tidak bisa membujuk Dara sekarang, dia harus pergi karena seseorang membutuhkannya.

Dara tidak pernah tau, pekerjaan apa yang Yudanta lakukan selain menjadi ketua genk motor. Dia begitu menutupi apa yang dikerjakan, seperti kata Anggun yang tidak pernah tau pekerjaan ketua genk nya.

"Apa dia menceritakan sesuatu padamu? Kenapa bersikap dingin padaku? Apa kau mengatakan sesuatu?" tanya Yudanta pada Anggun sebelum mereka pergi berdua. Meninggalkan Kale yang ada di rumah menemani Dara.

"Tidak ada. Kau saja mungkin yang merasa berbeda. Dia tadi tidak apa-apa sebelum kau datang. Apa jangan-jangan kembali ke setelan awal, membencimu," jawab Anggun.

"Aku pikir kau juga aneh. Sudahlah, sebaiknya aku pergi." Yudanta kemudian pergi menggunakan motor kesayangannya di susul Anggun yang menggunakan motor.

Di balkon kamar, Dara terus memantau mereka berdua. Dara semakin kesal saat mereka pergi bersama. Lucu memang, tapi dia saja merasa bingung.

"Kau jadi ingin pergi?" tanya Kale yang sudah ada di belakang Dara.

"Tidak. Dia melarangku pergi," jawab Dara malas.

"Dia memperbolehkanmu, asal aku yang antar. Mau aku antar sekarang?" tanya Kale.

"Dia masih bekerja, tapi boleh antar aku ke tempat lain?" Dara hanya beralasan saja untuk ke rumah teman, padahal dia hanya ingin menghindari Yudanta.

"Ke mana?"

"Bisakah antar aku ke rumah Kak Juan? Ada yang ingin aku ambil, tapi jika Kak Juan di rumah tidak jadi," ucap Dara. Padahal Yudanta melarangnya pergi ke rumah kakaknya.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang