07

6.9K 87 1
                                    

Dara sedang menatap Yuda yang hanya diam bersandar merasakan tubuhnya yang lemas. Beberapa saat lalu mereka berdebat, sampai Dara memaksanya untuk kembali ke mobil. Dan setelah di mobil, mereka malah hanya diam.

"Apa yang kau mau sekarang? Katakan kau ingin aku melakukan apa lagi?" tanya Yuda dengan posisi yang masih sama, bersandar dengan memejamkan mata.

"Ahhh!!" Teriak Dara meluapkan kekesalannya. Dia tidak bisa rela saat Yuda mengambil kesuciannya, dia begitu dendam pada Yuda yang berjanji untuk bertanggung jawab.

Yuda hanya diam membiarkan Dara meluapkan emosinya. Dia sadar jika apa yang Dara rasakan begitu mengganggunya.

"Bisa kau jemput aku? Tubuhku tidak akan baik jika aku memaksanya. Aku sedang di kantor polisi," ujar Yuda dengan seseorang di sambungan teleponnya.

"Kenapa kau di sana?" tanyanya.

"Sudah, datanglah. Aku tidak bisa menahannya lagi, kau harus segera datang," jawab Yuda.

Yuda bersandar dengan mata terpejam, melupakan Dara yang terus menangis di sampingnya. Rasa sakit menguasai dirinya, bahkan tubuhnya perlahan melorot ke samping tidak dia rasakan. Yuda benar-benar tidak kuat lagi dengan rasa sakitnya.

Dara menatap ke arah Yuda yang terkulai tak berdaya, menghapus kasar air matanya dan menatap panik pada Yuda yang tak sadarkan diri.

"Hei ... apa kau bisa mendengarku?" Dara menepuk pelan pipi Yuda. Kepanikan dia rasakan saat Yuda tidak menyaut apa panggilannya.

"Yudanta--" panggil Dara pada Yuda yang tak kunjung membuka mata.

Dara segera keluar dan membuka pintu kemudi untuk meminta bantuan. Seorang polisi yang melihatnya segera membantu Dara untuk membawa Yuda ke rumah sakit terdekat, karena di tidak sadarkan diri.

"Tensi darahnya begitu rendah," ucap seorang Dokter pada perawat. Dara ada di sana, melihat Yuda yang sedang diperiksa.

"Dia terluka di bahu kirinya. Dia sempat mengalami pendarahaan sampai memerlukan kantong darah," jelas Dara dengan suara bergetar karena takut.

Dengan penjelasan Dara, mereka langsung memasangkan donor darah yang Yuda butuhkan. Kondisiny benar-benar tidak baik, tapi Dara memintanya untuk pergi.

Di luar ruang UGD, Dara terduduk di ruang tunggu dengan perasaan bersalah. Dia memegang barang Yuda yang ada di sakunya, perawat memberikan padanya.

"Halo--" sapa Dara saat menjawab telepon masuk ponsel Yuda.

"Kau sedang di mana? Aku di depan kantor polisi," jawab orang dari balik sambungan telepon.

"Yuda ada di rumah sakit Internasiol," jawabnya dengan suara bergetar dan lirih.

"Apa ini Dara? Apa terjadi sesuatu?"

Bukannya menjawab Dara menutup sambungan teleponnya. Dia menangisi kebodohannya. Karena dia, Yuda mengalami kesulitan seperti ini. Sikap kasarnya pada Yuda tidak dibalas sedikitpun, walau Dara merasa itu keterlaluan.

"Dara?" tanya seseorang yang datang dengan 3 orang lainnya.

Dara yang sejak tadi hanya duduk di depan sambil menyembunyikan kepalanya di sela lututnya, tidak berani untuk masuk menemui Yuda yang ada di dalam.

"Dia di dalam," jawab Dara tanpa menunggu mereka bertanya.

"Kau mau ke mana?" tanya salah satu dari mereka saat melihat Dara yang berdiri dan berjalan melewati mereka.

Dara tidak menjawab, dia hanya berjalan pergi begitu saja. Saat mereka akan mengikuti Dara, seorang perawat keluar dan mencari keluarga Yuda. Mereka bertiga langsung masuk tanpa peduli dengan Dara yang berjalan pergi.

"Kau membuatku takut. Aku pikir masalah kemarin menyeretmu ke kantor polisi, bagaimana bisa kau pingsan di mobil seperti itu, kalau kau tau kondisimu sedang tidak baik, jangan memaksakan diri," ujar salah satu teman Yuda yang sedang memarahi temannya.

"Kau hanya akan membuat kepala bertambah sakit," jawab Yuda. Dia menatap ke sekitar, melihat keberadaan Dara.

"Apa yang kau cari?" tanya Brian pada Yuda.

"Apa kalian tidak melihat Dara?" tanya Yuda.

"Dia tadi pergi, dia tidak menjawab mau ke mana. Dia pergi begitu saja," jawab Kale.

"Dan kalian membiarkannya?" tanya Yuda. Dia berusaha untuk bangun dari brankar rumah sakit dan turun.

"Kau mau ke mana?" tanya Kale saat melihat Yuda melepaskan alat medis di tubuhnya.

"Mencari Dara. Kenapa kau tidak menghalanginya untuk pergi." Yuda tidak peduli jika temannya menatap khawatir karena dia memaksakan diri. Yuda hanya ingin pergi mencari Dara.

Sejak tadi, Yuda tidak melihatnya sampai dia meminta perawat untuk memanggilkan Dara yang ada di luar. Namun, yang masuk malah ketiga temannya. Yuda langsung takut sesuatu menimpa Dara saat dia dibiarkan sendiri.

"Yud, kau tidak bisa memaksakan dirimu. Kau harus segera ke rumah sakit," bujuk Brian.

Yuda mencari kesekitar rumah sakit, tapi tak menemukan Dara di manapun. Entah ke mana perginya Dara, rasa takut menghantui Yuda. Dia takut Dara melakukan hal bodoh lagi.

"Apa Dara ada bersamamu?" tanya Yuda dari balik sambungan telepon.

"Tidak. Untuk apa dia denganku," jawab Juan yang langsung mematikan sambungan teleponnya.

Yuda tidak banyak bicara, dia hanya fokus mencari Dara yang entah pergi ke mana. Padahal baru saja dia keluar rumah sakit, tapi dia sudah tidak ada di sana. Itu sebabnya Yuda mencarinya keluar rumah sakit dan berbagi tugas dengan ketiga temannya. Dia ditemani Brian untuk mencari Dara menggunakan mobil Yuda.

"Kenapa kau begitu khawatir dengan gadis itu. Kau tidak seperti biasa, begitu berharganya dia di matamu," ucap Brian. Dia fokus mengemudi dan Yuda fokus dengan jalanan. Matanya terus mencari keberadaan Dara.

"Bukankah aku pernah menceritakan dia padamu," jawab Yuda.

"Aku pikir kau memang sengaja meminta adikanya menjadi taruhan pada Juan," imbuh Brian. Namun, Yuda tidak menjawab, dia hanya fokus menatap jalanan.

Jam menunjukan pukul 11 malam, tapi Yuda tidak menemukan Dara di mananpun. Di rumah Dara juga tidak ada. Entah ke mana perginya, Yuda hanya berharap jika Dara baik-baik saja.

"Kenapa jam segini macet. Ada apa di sana?" gerutu Brian saat ada kemacetan panjang di sisi jalan.

Yuda yang awalnya menyandarkan tubuhnya, coba untuk keluar, dia berjalan perlahan membiarkan Brian yang memanggilnya.

"Ada apa?" tanya Yuda pada salah satu orang di pinggir jalan.

"Ada yang berusaha bunuh diri di perlintasan kereta api di sana. Dia membuat banyak orang kesusahan dengan kebodohannya," jelas orang itu.

"Laki-laki atau perempuan?" tanya Yuda.

"Seorang gadis. Dia bahkan menyelakain lengannya. Sepertinya orang tidak waras." Mendengar itu, Yuda segera berjalan ke tempat orang itu maksud. Dia tidak bisa pergi ke sana menggunakan mobil, dia berjalan kaki walau bahu kirinya terasa sangat sakit.

Terlihat ada beberapa orang yang mencoba untuk menghentikan seorang gadis yang coba untuk bunuh diri di atas perlintasan kereta api. Kemacetan memanjang karena banyak orang yang ingin membantu ataupun melihat seorang yang terlihat di jembatan penyebrangan yang bawahnya ada perlintasan kereta api. Dia seperti menunggu kereta api berjalan, dan dia akan menjatuhkan dirinya.

"Nona, turunlah," bujuk seseorang yang terdengar di telinga Yuda.

Dia menatap seseorang itu dengan seksama dan segera menghampiri gadis itu, agar terlihat jelas karena gadis itu memunggungi dari arahnya.

"Akh!!" Teriakan banyak orang membuat Yuda berlari ke tempat gadis itu, dia tidak peduli jika harus menerombol pada orang-orang yang melihat gadis itu. Sudah banyak orang di jembatan penyebarangan, tapi tidak ada yang berhasil membujuk gadis itu.

"Dara!!" Panggil Yuda saat dia dengan mata kepalanya sendiri melihat Dara lebih dekat.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang