02

24.2K 204 0
                                    

"Ampun, Kak. Tolong jangan pukuli Dara lagi. Tolong ampuni Dara, Kak." Tangisannya tidak membuat seseorang yang memukulnya berhenti menganiaya seorang wanita dengan tubuh ringkih yang ada di bawahnya.

Entah sudah berapa lama dia mendapatkan perlakukan buruk dari kakaknya, yang pasti, wajah cantiknya sudah penuh dengan luka, belum lagi tubuh bagian lainnya juga sudah membiru akibat pukulan yang kakaknya lakukan.

"Kau membuatku malu! Kau membuatku rugi," teriak sang kakak pada adiknya yang sudah terkulai lemas. Tangisannya saja tidak kakaknya dengan, bagaimana dia peduli jika adiknya itu sudah babak belur di tangannya.

"Aku ingin sekali membunuhmu. Ha!!" Bentak Juan kakak dari gadis yang tak berdaya itu.

Namanya Darapuspita, seorang gadis yang baru berusia 22 tahun. Dia seorang pekerja keras, saat dirinya harus merelakan pendidikannya karena Juan yang menjadi keluarga satu-satunya tidak membiarkannya melanjutkan pendidikan setelah orang tua mereka meninggal dengan cara yang tragis.

Hidup serba kekurangan setelah orang tua mereka meninggal, membuat Dara harus bekerja sangat keras, namun sesulit apa dia berjuang untuk hidupnya, dia tidak pernah menjual diri. Sampai suatu malam, Juan membuatnya harus menanggung malu, saat kakaknya itu menjual Dara pada pria hidung belang. Hobinya kumpul dengan teman gank nya, membuat Juan butuh uang untuk foya-foya dan Dara menjadi korbannya.

Saat Dara harus memuaskan orang yang sudah membayar Juan dengan memberikan tubuh adiknya, Dara melarikan diri. Tidak mau harus menjual diri demi kakaknya itu. Tidak jarang Januar mempiaskan kekesalannya pada Dara yang tidak bisa pergi darinya.

"Kau lupa dengan janjimu?" tanya seorang yang sedang duduk di hadapan Juan sambil menghisap rokok di sela jarinya.

"Tidak. Aku akan memberikan adikku saat aku kalah," jawabnya, dia kembali menjadikan Dara sebagai alat. Kali ini dia bertaruh pada ketua genk motor yang menjadi lawan genk nya sejak lama. Ini masalah kekuasaan yang kebetulan harus Juan dapatkan dari orang di hadapannya.

"Baiklah. Saat aku menang darimu. Adikmu yang akan menjadi milikmu," jawabnya, seakan dia tau tentang adik Juan.

"Apapun untukmu."

Mereka kemudian berkelahi di atas ring di saksikan beberapa anggota yang lain. Sebut saja namanya Yudanta Wijaya, dia ketua genk motor yang memiliki sikap dingin. Namun, dari sikap dinginya, dia terlihat tampan dan menawan. Dia memiliki wibawa, itu alasan membuatnya menjadi pemimpin genk motor sampai detik ini.

"Aku akan tagih apa yang menjadi hak ku," ucap Yuda pada Juan yang sudah terkapar. Walau dia gagah saat menghajar adiknya, dia tetap saja kalah dengan Yuda.

Juan harus mengakui kekalahannya, dia segera pulang dan menemui Dara yang sedang terlelap setelah merasakan rasa sakit yang teramat di tubuhnya. Meski tau adiknya sedang tidak baik, Juan tetap membawa adiknya itu dengan paksa.

"Kakak, kita mau ke mana? Aku harus bekerja pagi nanti, aku--"

"Bayar atas apa yang kau perbuat. Kali ini kau tidak akan bisa pergi darinya, aku pastikan itu!" tegas Juan dengan adiknya duduk di belakang motor yang dia tunggangi.

"Aku bisa saja pergi dengan meloncat, jika Kakak tidak mengatakan akan ke mana kita," ancaman Dara tidak Juan gubris sama sekali.

"Bahkan mayatmu akan tetap aku bawa padanya, saat kau mau atau tidak, apa peduliku? Yang penting kau itu pergi bersamaku, dan tidak melakukan kesalahan yang sama lagi," jelas Juan.

Dara mengurungkan niatnya untuk loncat dari motor Juan. Dengan motor yang dia dapat dari taruhan, Juan membonceng adiknya ke tempat di mana ketua genk menunggunya.

"Apa dia?" tanya Yuda yang menatap Dara dan kakaknya berdiri hadapannya.

"Ya, aku bisa memiliki motor itu, kau memilikinya. Dia milikmu." Juan mendorong Dara pada Yuda yang langsung memegangi gadis menyedihkan itu.

Yuda segera membawa Dara ke kamar yang tidak terlalu besar, tapi tampak nyaman. Dia mengunci pintu dari dalam dan melemparkan asal kunci itu. Dara yang merasa takut hanya berdiam diri di dekat pintu, melihat Yuda yang berbaring sambil menyalakan pemantik rokok.

"Kau mau?" tanya Yuda sambil menyodorkan rokok pada Dara yang menggeleng pelan.

"Apa yang ingin Anda lakukan?" Usia mereka hanya berbeda 5 tahun, tapi Dara begitu sopan padanya, atau bisa dibilang Daras sedang ketakutan.

"Apa kakakmu itu tidak menjelaskan apa yang membuatmu ke sini?" tanya Yuda. Kali ini dia berjalan mendekati Dara yang masih di tempat yang sama. Dia terus menatap di balik wajah lebam itu, ada kecantikan yang tertutupi. Gadis lugu seperti Dara, sangat Yuda sukai. Akan ada sensasi tersendiri saat mengajaknya bercinta, itu pikirnya.

"Apa ini ulah kakakmu?" tanya Yuda. Dia menyentuh wajah Dara yang langsung menampiknya.

"Heh, tenanglah. Asal kau tau, kakakmu sudah menjualmu padaku, jadi tugasmu sekarang memuaskan nafsuku," ujar Yuda dengan tubuh yang semakin mendekat, dia bahkan membuat punggung Dara menyentuh pintu.

"Tidak, aku--"

"Kenapa aku harus mendengarkanmu. Kemarilah, jika kau tidak ingin aku bersikap kasar padamu," tegas Yuda sambil mengajak Dara ke tempat tidur.

Yuda menarik lengan Dara kasar, tidak peduli dengan luka yang ada di tubuh gadis itu. Otaknya tidak bisa lagi berpikir dengan benar saat dia melihat gadis cantik di hadapannya ini sudah mengambil hati dipertemuan pertama kalinya.

"Aku mohon jangan nodai saya," isak Dara, tapi Yuda tidak menghiraukannya.

"Kau ingin membuka bajumu sendiri atau aku yang membukanya," ucap Yuda tanpa ingin merespon ucapan Dara.

"Tidak, aku tidak mau melakukan itu, jangan lakukan itu padaku." Dara langsung menyilakan kedua tangannya ke dadanya.

"Aku katakan padamu. Aku tidak butuh bertanya padamu." Yuda berbisik lirih pada Dara yang sudah menangis mendapatkan perlakuan yang tidak dia inginkan.

Yuda menarik baju yang Dara kenakan, dia tidak peduli Dara menolaknya. "Kau akan semakin kesakitan saat kau melawan, nikmati saja tanpa melawan, aku akan bermain dengan halus jika kau menurut padaku," tutur Yuda.

"Aku tidak mau!" Bentak Dara.

"Oh, tenanglah sayang. Aku akan bermain dengan halus padamu, aku berjanji," sahut Yuda. Dia menarik dagu Dara dan mencium bibir Dara yang sebelumnya sudah dinikmati oleh bandot tua kenalan Yuda.

Tubuhnya mengeliat menolak perlakuan Yuda, namun Yuda semakin membuatnya tidak bisa melawan saat hasrat menguasai dirinya.

"Aku mulai sekarang, jangan berteriak, karena akan percuma saja untukmu, tidak akan ada yang membantumu," jelas Yuda saat tubuh Dara sudah telanjang bulat dengan tangis yang masih keluar dari mulutnya.

"Akh ... sakit!" Pekik Dara saat benda keras milik Yuda memasuki lubang miliknya dengan kasar.

"Aku bilang jangan terlalu melawan, kau akan menerima akibatnya saat kau melawanku," ujar Yuda tanpa rasa bersalah. Dia tampan dengan rambut model mullet itu sedang bercinta dengan budak nafsu yang dia dapat dari pria bodoh seperti Juan.

"Akhh, sakit!" Terikan dan juga rintihan terdengar menyakitkan, namun tidak menghentikan Yuda untuk menikmati tubuh peraw*n gadis munggil seperti Dara.

Di ⭐️ (like) juga dong ^_^
Terima kasih 🥰

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang