10

5.6K 94 0
                                    

"Kau mau ke mana?" tanya seorang pria tampan dengan lesung pipi, mata tajam dan dagu lancip membuatnya terlihat sempurna. Wanita pasti luluh saat menatapnya.

"Bukan urusanmu," jawab Dara, dia berjalan turun tangga dengan bertelanjang kaki, tidak peduli pada pria yang sedang mengkhawatirkannya.

"Hati-hati." Dia langsung menangkap tubuh Dara saat tubuhnya masih terasa lemas akan terjatuh.

Sejenak mata mereka saling menatap, Dara yang begitu dekat dengan pria yang membantunya itu bahkan bisa merasakan deru nafasnya. Namun, tak bertahan lama, dia segera mendorong tubuh pria itu dan berdiri dengan kakinya sendiri.

"Sudah begitu malam. Tinggallah di sini, hujan juga belum reda," jelas pria yang tak lain Yudanta.

"Kenapa kau membantuku?" tanya Dara ketus.

"Kale yang membawamu kemari. Untuk malam ini diamlah di sini saja," jelas Yuda yang terus mencoba membujuk Dara untuk tetap tinggal.

Berapa bulan belakangan ini mereka tidak bertemu, Yuda menepati janjinya, walau begitu dia tetap menjaga Dara dari jauh. Karena kondisi sedang hujan, Yuda kecolongan saat salah satu teman Juan mengganggu Dara, sampai hampir melecehkannya.

Saat sampai di depan pintu terdengar suara petir menyambar, membuat Dara ketakutan dan memeluk Yuda yang ada di belakangnya. Tubuhnya bahkan gemetar mendengar suara petir menyambar begitu keras. Ketakutan yang Dara rasakan membuat dirinya memeluk tubuh Yuda.

"Jangan pergi. Aku mohon," ucap Dara ketika Yuda ingin Dara melepaskan pelukannya. Dia semakin mempererat pelukannya, tanpa peduli jika sebelumnya Dara menolak Yuda.

"Sebaiknya kau istirahat di kamar." Yuda menggendong Dara dengan gaya brigde style. Dengan Dara yang langsung menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Yuda.

Kale yang memang di sana hanya menatap Yuda membawa Dara ke kamarnya. Dia paham betul temannya itu sangat khawatir dengan kondisi Dara, apalagi Yuda begitu marah saat mendengar Dara hampir dilecehkan.

Perlahan Yuda membaringkan tubuh Dara di atas tempat tidurnya. Saat baru akan pergi, Dara menarik lengan Yuda dan kembali memeluknya ketika petir kembali menggelegar.

"Jangan pergi, aku mohon," tutur Dara. Dengan posisi Yuda berdiri dan Dara duduk, mereka sejenak terdiam. Yuda tidak mengatakan apapun saat Dara memeluknya. Dia hanya merasa bersalah membiarkan Dara melalui ketakutannya seorang diri.

"Maafkan aku," ucap Dara dengan posisi yang sama.

"Sebaiknya kau berbaring. Aku akan menemanimu di sini." Sikap Dara berubah saat dia ketakutan. Dia lupa jika sebelumnya ingin pergi karena berada di rumah Yuda.

Dengan posisi meringkuk, Dara menggenggam erat tangan Yuda yang duduk di sampingnya. Matanya terpejam, walau tidak tidur. Dia benar-benar merasa ketakutan sekarang.

"Yudanta, aku--" Belum menyelesaikan ucapannya, Yuda melarang Kale untuk masuk. Dia menggelang pelan agar Kale tidak mengganggunya sekarang.

Melihat teman atau Bosnya memberikan tanda, Kale segera pergi dan menutup pintu perlahan.

Malam itu akan menjadi malam panjang untuk Dara melawan rasa takutnya. Dia memang tidak sekali mendapatkan perlakuan buruk dari kakaknya, tapi ini sudah keterlaluan. Bagaimana tidak, teman Juan ingin melecehkan Dara tanpa rasa malu.

Tidak dibenarkan jika dia melakukan itu dalam kondisi mabuk atau tidak. Hal itu membuat Yuda geram. Dia ingin membalas perlakuan orang yang ingin melecehkan Dara tadi.

***

Paginya, Dara membuka mata perlahan. Matahari sudah keluar dari peradabannya ketika dia baru bangun dari tidurnya. Dara menatap ke arah tangan seseorang yang tidak dia lepaskan sejak semalam, bahkan pemilik tangan itu tertidur di lantai saat Dara berbaring dengan nyaman di atas tempat tidurnya.

Dara menatap pria yang ada di hadapannya itu. Dia teringat akan sikap kasarnya pada Yuda yang masih saja berusaha bersikap baik padanya. Tanpa Dara sadari pria itu tampak begitu tampan, namun bukan itu yang menjadi fokus Dara, tapi dia memikirkan kesungguhan Yuda padanya. Setiap kejadian yang dia alami beberapa waktu kemarin membuatnya sadar, jika Yuda memang yang membantunya. Meski kenyataannya Yudanta yang merenggut hal yang berharga darinya.

Ketika sedang menatap pria yang ada di bawahnya, perlahan Yuda menggerakan tubuhnya, melihat itu Dara langsung memejamkan matanya. Dia pikir, Yuda akan bangun, dan benar saja. Dia membuka mata dan menatap Dara yang terbaring di tempat tidur dengan tangan yang masih digenggam.

"Maafkan aku," tutur Yuda lirih. Perlahan Yuda melepaskan tangan Dara, dan ingin beranjak dari tempatnya.

"Kenapa kau mau menemaniku saat aku terus menolak kebaikanmu?" Pertanyaan Dara membuat Yuda yang baru berdiri menatapnya lagi.

"Bukankah aku sudah katakan ingin bertanggung jawab dan melakukan apa yang kau mau. Apa itu salah?" tanya Yuda.

"Salah saat kau terus membuat dirimu terluka karenaku. Apa aku masih gadis taruhanmu?" Dara kali ini duduk dan menatap Yuda yang juga menatapnya.

"Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku menganggapmu tunanganku. Bukankah kau sudah tau itu?" Yuda berjongkok di depan Dara yang masih menatapnya.

"Kau memiliki rencana agar Juan memberikanku sebagai jaminan. Apa benar begitu?" tanya Dara.

"Ya, karena aku menyukaimu. Itu alasan aku tidak ingin menyerah darimu saat kau terus menolakku," jelas Yuda. Kesempatan yang baik untuk Yuda mengatakan perasaan yang sebenarnya setelah dia harus menahan diri karena kemauan Dara yang tak ingin bertemu dengannya.

Dara diam mendengar jawaban Yuda, yang tidak masuk di akal Dara. Karena pikirnya, dia tidak mengenal Yudanta sebelumnya. Bagaimana dia bisa menyukai seseorang yang baru dia temui.

"Aku pikir kita bisa menjadi sepasang kekasih seperti keinginan ku, melindungimu dari Juan," imbuh Yuda.

"Aku pikir tidak mungkin kau menyukaiku. Kau hanya merasa kasihan padaku. Bukankah kau menghancurkan diriku. Itu sebabnya kau melakukan ini," elak Dara yang tidak percaya dengan penuturan Yuda.

"Aku tidak pernah melepaskan apa yang sudah aku dapatkan. Apalagi itu hal yang berarti. Walau kita di pertemukan dengan cara Juan menjadikanmu taruhan dan aku merenggut kesucianmu, tapi sebelum itu aku sudah mengenal siapa Darapuspita, gadis polos yang selalu menjadi pelampiasan Juan. Apa kau tidak ingat, sebelumnya kita pernah bertemu saat aku bersama kakakmu, itu awal pertama aku melihat seseorang yang membuat hatiku berdebar. Dan itu kau," jelas Yuda.

Jadi, selama ini Yuda memang sudah mengenal Dara sebelum Juan menjadikan adiknya sendiri taruhan. Jika Yuda menang, dia mendapatkan Dara, dan keberuntungan memihak Yuda waktu itu. Walau dia juga yang merenggut keperawanan Dara, tapi dia menyesali hal itu. Kondisi mabuk membuatnya hilang akal, dan melakukan kebodohan yang tak termaafkan.

Yuda bersikap lebih hangat pada Dara, padahal dia terkenal dingin dan tegas pada anggota genk lainnya. Tidak ada yang berani melawannya, karena apa yang dia lakukan sekarang sudah menjadi garis turun temurun dari kakeknya. Dia yang mengenalkan dunia hitam itu, walau akhirnya dia juga yang membuat kakeknya menyesal karena menjadikan Yuda sosok yang dingin.

"Bukankah aku berjanji untuk membuatmu jatuh cinta padaku? Tapi jika itu kau perbolehkan," tungkas Yuda.

"Jika kau bisa membuatku jatuh hati, aku milikmu sepenuhnya." Dara mendekat dan melingkarkan tangannya ke leher Yuda, kemudian langsung mencium bibir Yuda begitu saja

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang