09

5.4K 81 0
                                    

Dara memilih pergi, dia mencoba hidup semestinya dia mau bersama Juan, kakaknya. Walau Juan masih ringan tangan padanya, dia tak ingin pergi darinya. Dia memiliki alasan untuk itu, karena hanya Juan keluarga satu-satunya. Dulu Juan kakak yang perhatian, sampai dia mengenal dunia hitam, dia menjadi kasar pada adiknya.

Pyarrr

Suara piring jatuh membuat Dara menutup telinganya, dia sangat takut dengan suara keras ataupun seseorang bersikap kasar padanya, luka hatinya menimpulkan trauma.

Seseorang tak sengaja menjatuhkan piring, membuat Dara tampak ketakutan dengan suara itu. Dia sedang di tempat kerjanya, beberapa hari ini dia menyibukkan diri dengan bekerja.

"Kau tidak apa-apa, Dar?"

"Akhh!" Teriak Dara saat temannya itu coba untuk menanyakan kondisinya. Dia seperti ketakutan saat temannya hanya ingin bertanya.

Dara menangis, dia menutup telinganya karena ketakutan. Bayangan di mana kakaknya sering memukulinya terlintas dalam benak gadis dengan tubuh ringkih itu.

"Dara, sebenarnya ada apa denganmu? Kau seperti ketakutan tadi. Apa kau merasa lebih baik sekarang?" tanya teman Dara.

"Ya, aku sudah tidak apa-apa. Maafkan aku," jawab Dara, dia tidak mau mengatakan apa yang mengganggu dirinya.

Setelah bekerja, Dara segera pulang. Hujan turun begitu lebat, namun dia membiarkan tubuhnya basah kuyup. Ketika baru di depan rumah, tampak ada beberapa motor yang terparkir di sana, langkahnya terhenti saat dia tau teman kakaknya ada di rumah. Dara memilih untuk bersembunyi daripada menjadi bulan-bulanan kakaknya.

Dara memilih berjalan ke depan gang rumahnya. Di sana ada sebuah tempat yang biasa digunakan untuk tongkrongan. Dara duduk di sana, walau hujan masih mengenai kakinya, tapi dia tidak peduli. Dia duduk terdiam dengan pikiran yang terus mengingat apa yang sering dia rasakan beberapa waktu ini.

"Bukankah kau adik Juan. Kenapa di sini?" Suara seorang pria terdengar di telinga Dara yang tertunduk menatap kakinya yang terkena air hujan.

"Ayo aku antar pulang. Hujan deras seperti ini jangan sendiri di sini," ucapnya sambil turun dari motor dan berjalan ke arah Dara yang sudah berdiri.

Dara hanya diam, dia tidak ingin berurusan dengan teman kakaknya itu. Dia berjalan pergi, namun lengannya segera ditarik, membuat Dara lebih dekat dengan tubuh teman kakaknya itu. Bau alkohol tercium dari bibirnya, Dara berusaha untuk melepaskan tubuhnya dari pria itu.

"Tubuhmu begitu menggoda. Lihatlah, hujan membuat tubuh bagian dalam terlihat," ucapnya sambil berusaha menerobos tangan Dara yang menutupi dadanya.

"Jangan lancang!" Bentak Dara marah. Dia mendorong tubuh pria itu dan berjalan pergi.

"Tunggu! Aku hanya ingin bermain denganmu. Jangan jual mahal seperti itu." Menggunakan motornya, pria itu mengejar Dara yang berlari di bawa guyuran air hujan untuk menghindari pria itu.

Karena kondisi malam dan juga hujan yang turun begitu deras, tidak ada siapapun di sepanjang jalan rumah Dara. Dia tidak pergi ke rumahnya, karena tidak akan baik. Dara pergi entah ke mana tujuannya, dia terus berlari.

Pria itu berhasil membuat Dara berhenti saat dia terjatuh. Dengan motor yang masih menyalah, pria itu mengarahkan motornya pada Dara yang tak sanggup lagi berlari. Air matanya tak terlihat karena air hujan yang jatuh.

"Kau mau ke mana?" Pria itu berjalan menghampiri Dara yang masih di bawah, kakinya begitu lemas. Dia ketakutan, dia ingin menghindari pria di hadapannya itu.

"Apa maumu? Jangan dekati aku!" Tegas Dara.

Pria itu sudah memegang dagu Dara dan lebih dekat. "Kau harus memuaskanku. Kakakmu akan suka jika aku memberinya uang saat aku bercinta denganmu. Wajah cantikmu ini sayang jika hanya aku biarkan." Dengan kejam, pria itu menjambak rambut Dara. Dia menyeretnya ke sebuah pos tak jauh dari tempat mereka.

Tanpa rasa ampun, pria itu terus menyeret Dara dengan menjambaknya. Tangis bahkan teriakan Dara tak bisa membuat pria itu sadar. Dia terus saja menyeretnya.

"Tidak. Jangan lukai, aku mohon," tutur Dara dengan tangis yang tak kunjung berhenti.

Srakkk

Suara robekan kemeja kerja yang Dara kenakan terdengar bagai petir yang menyambar. Pria itu membuat Dara bertelanjang dada dengan satu tarikan. Usaha Dara untuk menyembunyikan bagian atas miliknya gagal, pria itu menatap dada Dara dengan nafsu yang tampak jelas di matanya.

"Lihatlah kau begitu menggoda," ucap pria itu.

"Aku mohon jangan," tutur Dara.

"Kau itu tidak perawan lagi, kenapa harus takut. Milikku tidak kalah besar dari milik Yuda, tenanglah."

Saat akan mulai mencumbu dadanya, Dara menendang pria itu sampai dia terjungkal ke selokan yang ada di samping pos itu. Dara menarik kemeja miliknya yang sudah sobek dan berlari pergi. Membiarkan pria itu terjatuh ke selokan, entah dia baik-baik saja atau tidak. Dara hanya ingin kabur darinya.

Dengan satu sepatu yang masih dia kenakan, dia terus berjalan tanpa arah. Kemeja miliknya memang sobek, tapi Dara kenakan untuk menutupi dadanya. Dia masih saja menangis. Hampir saja dia dilecehkan lagi oleh teman kakaknya.

"Dara, kau mau ke mana?" tanya seseorang dengan motor menghampiri dirinya. Dara berlari, dia takut juga teman kakaknya yang lain datang dan ingin membawanya.

"Dara, tunggu!" Teriak pengguna motor itu pada Dara yang masih berlari darinya.

"Jangan paksa aku. Pergilah!" Bentak Dara dengan langkah kaki yang terus berlari untuk menghindari pria itu.

"Dara!"

Dara tersandung dan terjatuh kembali, kali ini dia pingsan karena keningnya terbentur oleh aspal.

"Dara, bangunlah," ucap pria yang mengejarnya dengan motor itu.

"Jangan ... aku mohon ... jangan," ucap Dara lirih dan setelahnya dia benar-benar tidak sadarkan diri.

***

Dara terbaring dengan kening yang terbalut oleh plester. Dia tampak pucat dan lututnya terluka karena terjatuh. Seseorang membawanya untuk menyelamatkan Dara yang tampak tidak baik-baik saja.

"Bagaimana kau becus menjaganya. Bawa dia padaku, aku ingin dia menanggung apa yang sudah dia lakukan pada Dara."

Terdengar di telinga Dara saat dia mulai sadar, pandangannya masih kabur, tapi dia melihat ada seseorang yang berdiri di hadapannya. Suaranya terdengar sedang marah, tapi tidak begitu jelas dia itu.

"Akh--" rintihan Dara membuat seseorang di hadapannya itu berjalan menghampiri Dara yang masih belum sepenuhnya sadar.

"Apa terasa sangat sakit?" tanyanya.

"Jangan lukai aku. Tolong lepaskan aku." Suara Dara begitu lirih, membuat orang yang ada du sampingnya itu lebih dekat dengan bibirnya.

"Tidak ada yang akan melukaimu, tenanglah." Dara masih saja berusaha memberontak saat orang di sampingnya itu memegang lengannya.

"Tidak ... aku tidak mau. Tolong lepaskan, aku hanya ingin pulang," ucap Dara lagi.

Dara berusaha untuk bangun, dia melepaskan begitu saja infus yang menancap di lengannya. "Tidak. Aku mohon jangan," ujar Dara dengan derai air mata.

"Tidak ada yang akan melukaimu. Lihatlah, aku di sini bersamamu," ucapnya dengan tangan Dara yang dia pegang untuk menenangkannya.

"Kau--" Tatapan Dara tampak terkejut melihat seseorang yang ada di depannya.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang