"Turunlah," bujuk Yuda pada Dara yang masih berdiri dengan air mata yang terus berlinang. Dia menatap ke arah Yuda tanpa berbicara apapun.
Sudah berapa kali Dara coba mengakhiri hidupnya, dia tidak bisa menerima apa yang sudah terjadi padanya. Demi kepuasan kakaknya, dia dijadikam taruhan oleh Juan. Padahal, Yuda meminta maaf dan mau bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Seperti kali ini, dia tidak memperdulikan kondisinya untuk mencari wanita yang merubahnya beberapa hari ini.
Yuda berjalan perlahan lebih dekat dengan Dara yang hanya diam. Tatapannya kosong, dia tidak tau lagi harus melakukan apa saat harapannya hilang begitu saja.
"Kita pulang. Aku berjanji akan melakukan apa yang kau mau, tapi turun dari sana. Kau akan terjatuh nanti." Yuda terus membujuk Dara yang menggeleng pelan ke arah pria yang berjalan padanya.
Yuda melepaskan sling untuk menggendong tangannya begitu saja, dia coba naik ke tempat yang sama dengan Dara. "Diam di sana. Jika kau jatuh, aku tidak akan memaafkan diriku. Katakan saja apa yang harus aku lakukan agar kau tidak melakukan hal bodoh semacam ini," ujar Yuda, fokusnya hanya pada Dara yang masih saja diam seribu bahas.
"Aku ... hampir membunuhmu," tuturnya lirih.
"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu bicara. Bisa kita turun dulu, kita bicara berdua," sahut Yuda. Yang lain menatap khawatir mereka berdua yang ada di jembatan penyebrangan.
"Pergilah, aku hanya akan membunuhmu. Aku tidak berguna lagi, aku tidak mau hidup lagi, ini berat untukku." Suara Dara lebih keras dari sebelumnya. Walau di sela-sela tangisnya.
"Aku tidak akan pergi. Aku tidak akan melepaskanmu," jawan Yuda.
Dara tersenyum mendengar ucapan Yuda. "Aku bukan budak nafsumu. Aku tidak mau terus dipukul oleh Kakak, aku juga tidak ingat apa yang sudah kau lakukan," jelas Dara.
"Tapi tidak dengan cara seperti ini. Ayo kita turun sekarang." Disaat Yuda sedang membujuk Dara, di belakang ada Brian yang berusaha untuk menangkap tubuh Dara tanpa disadari.
"Kenapa kau begitu peduli padaku? Saat kau juga yang menghancurku!" teriak Dara.
"Aku minta maaf untuk itu. Aku akan menjagamu, tapi sekarang turunlah dari sini. Aku mohon," pinta Yuda yang tak hentinya membujuk Dara.
"Tidak mau! Aku ingin melakukan apa yang aku mau." Dara bersikeras dengan keputusannya. Dia bahkan seperti bersiap melompat saat melihat kerata api yang melaju.
"Jangan ... jangan lakukan itu!" Teriak Yuda.
"Biarkan aku mati!!! Aku ingin mati!!" Teriak Dara saat Brian berhasil memeganginya di bantu 2 orang lain untuk memegangi tubuhnya.
Brian segera membantu Dara turun dari tepi jembatan, tidak membiarkan Dara melakukan hal bodoh lagi.
Dara kemudian menangis meraung-raung saat Brian memegangi tubuhnya yang ingin pergi sampai Yuda berjalan menghampiri mereka.
Plakk
Tamparan keras membuat Yuda terdiam saat dia baru duduk di hadapannya. Dara memperlakukannya dengan kasar, meskipun dia tau kesalahan bermula dari dirinya.
"Kau!!" Brian yang tak terima dengan sikap Dara, tampak ingin marah pada Dara yang menatap tajam Yuda.
"Biarkan dia bersamaku. Dia tunanganku," ucap Yuda pada 2 orang yang membantu Brian. Setelahnya mereka pergi membiarkan mereka bertiga bicara.
"Pukul aku sampai puas, tapi aku mohon untuk tidak melalukan hal seperti ini. Aku mohon padamu," pinta Yuda dengan melipat kedua tangannya agar Dara tidak melakukan hal bodoh ini.
"Apa yang ada di pikiranmu itu. Kau tidak lihat Yuda khawatir padamu. Dia meninggalkan rumah sakit untuk mencari dirimu, tapi kau malah menamparnya," tegur Brian pada Dara. Dia memang jarang bicara, tapi ini hal bodoh yang Dara lakukan.
"Sudahlah, sebaiknya kita pulang. Kita pulang sekarang, hm?" tanya Yuda. Dia begitu lembuh bicara dengan Dara.
"Pergi dariku! Tolong jangan mengikutiku lagi. Ini hidupku, aku berhak atas hidupku, aku mohon," ucap Dara, dia memohon agar Yuda tidak terus mengikutinya.
"Kau itu memang ...." Brian yang hilang kesabaran, menggendong tubuh Dara di bahunya. Dia tidak peduli jika gadis di gendongannya akan terus berontak.
Dara tak hentinya berteriak agar Brian menurunkannya, tapi tak ada respon dari Brian. "Kau berbeda saat berurusan dengannya. Apa spesialnya gadis ini di matamu," ucap Brian, ketika dia berhasil memasukkan Dara ke mobil walau dengan perlawanan.
Yuda tidak menjawab perkataan temannya itu, dia hanya masuk dan duduk di samping Dara yang masih menangis.
Di perjalanan pulang, Dara yang sejak tadi menangis, sekarang cukup tenang. Dia menatap jalanan kota di malam hari.
"Apa menyiksaku tidak cukup untukmu? Aku mau bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan, jadi jangan coba mengakhiri hidupmu lagi," ucap Yuda.
"Kau begitu mudahnya bicara seperti itu. Aku tidak mau hidup dengan pria bejat sepertimu. Kau hanya akan mengingatkan diriku pada luka yang kau berikan," sahut Dara.
"Kalau begitu apa mau mu selain mengakhiri hidup?" tanya Yuda.
"Aku ingin pergi darimu!" tegas Dara.
"Apa kau yakin dengan apa yang kau mau?" tanya Yuda.
"Tentu yakin. Sedetikpun aku tidak mau hidup bersamamu," jelas Dara. Mengapa permintaan Dara begitu menyakitkan untuk Yuda. Bisakah dia pergi saat Yuda ingin Dara bersamanya.
"Baiklah, kau bisa pergi. Tapi, aku mau kau tetap hidup. Jangan mencoba untuk mengakhiri hidupmu. Karena aku mau bertanggung jawab atas kesalahan yang aku perbuat." Kali ini Yuda begitu yakin, jika melepaskan Dara adalah pilihan yang tepat.
Dia hanya berharap, jika Dara tidak akan mengakhiri hidupnya lagi saat tidak bersama Yuda. "Kita antarkan dia pulang. Itu yang dia mau," ucap Yuda pada Brian yang sedang mengemudi.
Yuda kembali menuruti apa yang menjadi kemauan Dara, tidak peduli jika dia tidak akan bertemu dengan gadis yang membuat dirinya penasaran.
"Tolong jangan mati. Bertahanlah hidup. Jika kau merasa tersudutkan, datanglah padaku," jelas Yuda.
"Aku tidak membutuhkanmu!" Dengan lantang, Dara menjawan ucapan Yuda, setelahnya berjalan masuk ke rumah.
Untuk kesekian kalinya Dara menolak Yuda, dia benar-benar tidak peduli jika Yuda akan marah padanya. Walau kenyataannya, Yuda bicara dengan lembut padanya.
"Gadis itu tidak ada sopan santun padamu. Harusnya kau lebih keras padanya agar dia paham," ujar Brian yang sejak tadi hanya diam.
"Sebaiknya kita pulang, bahuku terasa sangat sakit," keluh Yuda, karena Dara lagi, dia melupakan lukanya.
"Siapa suruh kau keras kepala. Oh ya, jika dia kau lepaskan, bukankah Juan memiliki hutang padamu?" tanya Brian.
"Biarkan saja. Tetap awasi Dara, suruh beberapa orang mengawasinya, dan laporkan padaku semua apa yang dia lakukan." Yuda masih saja peduli dengan Dara, padahal dia diperlakukan tidak baik oleh gadis manis itu.
Perjalanan pulang, otak Yuda terus saja memikirkan tentang Dara yang begitu kecewa padanya. Namun, setiap orang memang berbeda saat menyelesaikan masalahnya, apalagi gadis polos seperti Dara akan sangat kehilangan dan hancur atas apa yang dia alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Budak Nafsu (Ketua Gangster)
Romance⭐️ jangan lupa Budayakan Follow dulu sebelum baca🥰 13/10/2023