17

3.4K 62 1
                                    

Follow dulu baru lanjut baca
Happy Reading
.
.
♥️

Dara memejamkan mata saat Yudanta melepaskan bibirnya dari bibir Dara. Dia seperti menikmati dengan apa yang Yudanta lakukan padanya.

"Apa kau merasa tidak nyaman dengan itu?" Pertanyaan Yudanta membuat Dara membuka mata. Dia menatap Yudanta dan melepaskan genggaman erat pada tangan Yudanta.

"Aku--"

"Ada yang mencarimu di bawah. Bisa kau turun sekarang?" Terlihat Anggun berdiri di ambang pintu, melihat sepasang kekasih itu sedang berciuman.

Seketika kedatangan Anggun membuat Dara malu. Pipinya memerah karena malu, dan itu membuat Yudanta tersenyum gemas.

"Tidak apa-apa. Relax saja. Sebaiknya aku turun. Dan kau, Anggun, mulai sekarang biasakan untuk mengetuk pintu sebelum masuk, kau membuatnya seperti kepiting rebus," ujar Yudanta.

"Maafkan aku. Di bawah ada yang mencarimu, sepertinya anggota genk Cobra menyerang salah satu dari anggota kita," jelas Anggun.

"Aku turun setelah ini. Suruh Brian yang mengurusnya," jawab Yudanta.

Setelah Anggun turun, Dara menarik lengan Yudanta yang akan menyusul pergi. "Apa terjadi sesuatu?" tanya Dara.

"Hanya masalah kecil. Tenanglah, lebih baik kau tidur sekarang, nanti aku menyusul." Yudanta mencium kening Dara sebelum dia pergi. Dia memberikan hal yang membuat Dara nyaman. Siapa yang tidak akan luluh jika Yudanta terus bersikap hangat.

Dara tersenyum mengingat sikap hangat Yudanta, dia memegang bibir yang baru Yudanta cium. Perasaan apa yang sedang dia rasakan sekarang, kenapa dia malah seperti orang gila. Apa semudah itu dia bisa merasakan cinta? Atau Dara hanya merasa jika Yudanta memberikan kenyamanan untuknya, sebatas kenyaman saja tidak dengan perasaan cinta.

***

Di lantai bawah, Yudanta sedang bicara dengan anggota genk motornya. Dia mendengarkan penjelasan jika genk Cobra menyerang genk Lion. Padahal permusuhan mereka sudah perdamaian. Yudanta sendiri yang melakukan kesepakatan perdamaian.

"Apa kau yakin itu dari genk Cobra?" tanya Yudanta.

"Ya, aku jelas melihat lambang genk Cobra di lengan jaketnya, tidak mungkin aku salah," jelas seseorang yang melaporkan kejadian penyerangan itu pada Yudanta.

"Besok biar aku yang datang. Bisa kau kirimkan gambar yang sempat kau ambil pada Brian? Nanti hubungi ketua genk nya, besok aku yang datang," jelas Yudanta.

Padahal malam ini dia berharap untuk istirahat karena tubuhnya sangat lelah, namun gagal lagi saat mereka datang untuk bicara. Dan butuh waktu yang panjang saat mereka sudah membahas hal itu.

"Istirahatlah, kau seharian ini sangat sibuk," ujar Kale. Dia yang menemani Yudanta hari ini sejak pagi, dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi, tapi Yudanta masih terjaga.

Di rumah besar itu, Yudanta hanya memiliki keluarga yang sekarang menemaninya. Seperti Kale, Brian, Anggun dan beberapa orang yang ada di rumahnya. Tidak ada keluarga lagi, karena sang Kakek memang tidak peduli padanya.

"Kau istirahatlah juga. Aku tidak mau kau besok kesiangan karena aku," ujar Yudanta. Dia beranjak untuk pergi ke kamarnya. Meninggalkan Kale yang hanya mengiyakan ucapan Yudanta.

Perlahan Yudanta membuka pintu kamarnya. Dia harus terbiasa  adanya Dara dengannya saat ini. Gadis polos itu terlihat sudah terlelap dengan posisi duduk bersandar head board tempat tidur, dengan buku yang ada di pangkuannya. Sepertinya dia memang menunggu Yudanta yang sedang bertemu dengan anggotanya.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang