42

1.3K 37 1
                                    

Yudanta di larikan ke rumah sakit saat kondisinya semakin menurun. Dara sangat takut, apalagi Yudanta hanya tidur, dan banyak diam tanpa ingin memeriksakan dirinya. Dengan rasa takut, Dara menghubungi Kale yang baru pulang, padahal dia baru dari rumah Yudanta. Bisa saja dia memanggil Dokter, tapi otaknya tidak bekarja dengan benar

Alasan Dara lebih memilih Kale karena dia tidak malu. Jika pada Brian, takut salah paham saja dengan Anggun walau itu tidak mungkin terjadi. Semalam Yudanta meluapkan rasa yang mengganjal di hatinya setelah itu, demamnya semakin tinggi.

"Sekarang dia tidak membutuhkan diriku lagi. Hanya kau yang ditunjuk olehnya untuk menggurus semua masalah yang ada," tutur Brian pada Kale di depan ruang UGD, karena Yudanta masih di sana. Dia tidak ingin di rawat, dia hanya ingin pulang.

"Bukan seperti itu. Aku menghubungimu semalam tapi kau tampak sibuk. Itu sebabnya aku berangkat sendiri, lagian orang yang harusnya Yuda temui tidak datang. Kenapa kau bicara seperti itu, saat kau juga sahabatnya," jelas Kale.

"Kenyataannya memang kau yang dia tunjuk saat jarak rumah ku lebih dekat dengannya." Brian seperti tidak terima saat Yudanta meminta Kale mengurus urusannya.

"Akan percuma saat menjelaskan apa yang kau yakini itu benar. Aku merasa tidak seperti yang kau katakan. Malah, Yuda selalu memerintahmu dan Anggun, kenapa di saat dia menceritakan satu masalahnya kau seperti tersaingi. Aku datang juga atas permintaan Dara, bukan Yuda," jelas Kale.

"Aku pikir kau semakin dekat dengannya. Apa kau lupa jika dia itu istri sahabatmu," sahut Brian. Entah kenapa Brian membahas itu, seperti mencari kesalahan Kale saja.

"Sebenarnya apa yang sedang kau bahas sekarang, kau  coba menyudutkanku," tegas Kale yang merasa Brian bicara yang tidak-tidak.

Saat pintu UGD terbuka terlihat ada Dara di balik pintu sedang diam sambil menantap ke arah Brian dan Kale yang sedang bicara. Dia tak sengaja mendengar obrolan mereka, awalnya dia ingin memanggil Kale agar membantunya mengambil pakaian untuk Yudanta.

"Bagaimana kondisinya?" Kale berjalan menghampiri Dara di ambang pintu. Mata Dara menatap ke Brian yang hanya diam.

Dara terkejut jika Brian berpikir seperti itu padanya dan Kale, padahal kenyataannya tidak begitu. "Aku ingin pulang, bisakah kalian menjaga Mas Yuda sebentar, walau dia memaksa pulang, tapi dokter ingin dia rawat inap, kondisinya sedang tidak baik," jelas Dara.

"Biar aku mengantarkanmu," sahut Kale.

"Tidak, Kak. Biar aku sendiri. Jaga Mas Yuda untukku. Tidak akan terjadi apapun padaku." Dara hanya tidak mau Brian semakin membenarkan pikirannya tentang kedekatan mereka.

"Tidak. Aku akan tetap mengantarkanmu. Ada Brian di sini, dia bisa menemaninya sebentar," tungkas Kale.

"Tidak, Kak. Dia menanyakan kalian di dalam. Biar aku menggunakan taksi saja." Dara berjalan meninggalkan mereka berdua.

Kale segera menngikuti Dara, namun Brian menghentikannya. "Kau lupa dia itu istri sahabatmu?" Brian memegang bahu Kale agar tidak pergi.

"Lalu kau pikir aku memiliki hubungan dengannya? Jika kau menuduhku, harusnya kau mengantarkannya. Yuda akan marah saat tau dia pulang sendiri," ucap Kale.

"Sekarang kau bahkan memerintahku." Brian mendorong tubuh Kale sampai membentar brankar yang perawat dorong.

Mendengar keributan itu, Dara menoleh ke arah merek berdua. Kale langsung mencengkram baju Brian, kenapa dia harus mendorongnya saat Kale hanya ingin mengatarkan Dara saja.

"Ada apa dengan kalian." Dara mendorong mereka berdua ke sisi yang berbeda dengan tenaga yang dia miliki. Tubuh mereka begitu berat saat Dara mendorongnya.

"Kau itu apa tidak merasa dia menyukaimu." Ucapan Brian membuat Dara terkejut dan langsung menatap Kale yang ada di sisi kanannya.

"Sebenarnya apa yang sedang kau katakan. Sejak tadi kau menyudutkanku. Aku bukan orang yang mau merebut milik temannya sepertimu. Kenapa kau menempatkan dirimu padaku?" Kale malah terpancing emosi Brian.

"Kau!!"

Kembali Brian berjalan menghampiri Kale, tapi Dara segera menarik lengan Brian, namun yang terjadi dia malah dihempaskan oleh Brian. Membuat tubuh Dara terjatuh di lantai yang dingin.

"Sebenarnya apa yang kau mau!" Kale mendorong Brian lebih keras. Dia sudah keterlaluan.

"Jangan berisik di rumah sakit. Kalian bisa berkelahi di jalan sana, jangan di sini." Seorang petugas keamanan menghampiri mereka dan memisahkan mereka berdua.

Dara sendiri dibantu untuk duduk di kursi tunggu. Brian dengan keras membuatnya terjatuh. Padahal dia hanya ingin menghentikan Brian.

"Saya tidak apa-apa. Terima kasih," tutur Dara pada sang perawat yang membantunya.

Setelahnya perawat itu masuk ke ruang UGD karena dia membawa obat yang harus dia gunakan, untuk pasien di dalam.

***

Di dalam ruang UGD, Yudanta menatap ke arah pintu sampai seorang perawat berjalan melewatinya.

"Maaf, kalau boleh tau ke mana istri saya yang tadi di sini?" tanya Yudanda. Dia pikir sudah sejak tadi, tapi Dara tak kunjung kembali saat dia bilang ingin bicara pada Dokter.

"Sepertinya masih bicara dengan Dokter."

"Ada apa di luar?" tanya salah satu petugas medis di sudut kanan Yudanta terbaring.

"Ada yang berkelahi, sepertinya juga karena seorang wanita. Pria satunya tadi sampai membanting wanita itu ke lantai. Entah sengaja atau tidak. Tapi aku lihat tadi dia datang dengan pasien yang masuk UGD, dia bilang istrinya, tapi dia luar malah diperebutkan 2 pria, bagaimana konsepnya," jelas perawat satunya.

Yudanta mendengar dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan. Dia belum berpikir jika itu Dara, karena Dara sedang bicara dengan Dokter.

"Kalian itu bicara apa, suaminya ada di samping kiri kalian. Jaga bicara kalian."

Srakk

Suara penyekat gorden terbuka saat Yudanta mendengar perawat yang baru masuk itu bicara tentang dirinya.

"Ada apa di luar?" tanya Yudanta.

"Oh, Tuan, maafkan saya. Saya--"

"Apa istri saya di luar?" Setelah mendapatkan anggukan dari perawat itu, Yudanta segera turun dan berjalan keluar. Melepaskan begitu saja selang infusnya.

Walau perawat melarangnya, tapi Yudanta tetap ingin keluar. Dia bahkan membentak perawat itu agar bisa keluar.

Saat pintu dibuka, dia melihat Dara sedang terduduk di kursi ruang tunggu. Dia segera berjalan ke tempat Dara dan seketika membuat Dara terkejut.

"Apa yang terjadi?" tanya Yudanta.

"Tidak ada apa-apa, Mas. Kenapa Mas di sini?" Dara mengalihkan pertanyaan Yudanta.

Walau Dara tidak menjawab apa yang ditanyakan suaminya, tapi dari luar rumah sakit. Terdengar suara gaduh, sepertinya ada yang bertengkar.

"Mas, jangan!" Dara menghentikan Yudanta yang begitu penasaran.

"Bukankah itu Kale? Berkelahi dengan siapa dia? Kau diam di sini. Aku segera kembali." Yudanta meminta Dara untuk tetap diam, tapi dia malah mengikuti Yudanta ke tempat kegaduhan itu berasal.

"Mas, Dara mohon." Jika Yudanta tau masalah ini dia akan semakin marah. Apalagi dua sahabatnya itu sedang berkelahi kerena salah paham.

Yudanta tidak mendengarkan apa yang Dara katakan, dia fokus dengan Kale yang sedang berkelahi, dan yang semakin membuatnya terkejut lawan Kale adalah Brian.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang