88

459 21 3
                                    

"Apa kau sedang bersama Anggun?" tanya Yudanta dari sambungan telepon.

"Tidak, aku sedang di jalan menuju rumah sakit. Apa operasinya selesai?" tanya Brian.

"Ya, operasinya berjalan lancar. Bisakah kau cari Anggun. Dia berencana menggugurkan kandungannya," jelas Yudanta. Hal gila apa yang sedang Anggun rencanakan saat Brian seperti tidak terima dengan kehamilan kekasihnya.

Sejenak hening saat Brian terkejut dengan penuturan Yudanta. Memang sejak kemarin Anggun menghindarinya, dia tak tau kalau Anggun malah berencana untuk melakukan hal bodoh itu.

"Ya sudah, aku akan cari. Aku tidak bisa datang ke rumah sakit sekarang, aku tutup teleponnya," ucap Brian setelah panggilan teleponnya dimatikan.

Dara yang merasa khawatir, dia menatap Yudanta yang baru selesai bicara di telepon dengan Brian. Berharap mendapatkan kabar baik tentang Anggun, namun Yudanta menggeleng pelan. Syarat jika Brian tidak bersama Anggun.

"Cobalah untuk memejamkan mata, aku akan di sini bersamamu," tutur Yudanta sambil menyelimuti tubuh istrinya yang sedang menggigil. Dia tak lepas menggengaman tangan Dara yang mulai memejamkan mata.

Yudanta coba meminta pada anak buahnya yang lain untuk mencari di mana Anggun berada. Hal bodoh apa yang ingin dilakukan, pasti akan membuatnya menyesal.

"Cari dia di tempat biasa dia berada. Aku yakin di sedang di tempat itu."

Begitu erat hubungan kekeluargaan mereka hingga Yudanta ikut takut terjadi apa-apa pada Anggun yang ingin menggugurkan kandungannya. Padahal Yudanta sudah mengatakan jika dia yang akan bertanggung jawab saat Brian tidak mau, walau bukan dengan menikahi Anggun, tapi setidaknya Anggun tidak melakukan hal bodoh dengan menggugurkan kandungannya.. Namun, tidak bisa disalahkan, Anggun pasti sangat terluka apalagi orang yang begitu dia cintai menghamili wanita lain.

***

Keesokan harinya, mereka belum mendapatkan kabar dari Anggun. Entah ke mana dia pergi, di manapun dia tidak ditemukan. Brian bahkan mendatangi semua tempat dan juga teman Anggun, namun tetap saja dia tidak ada di manapun.

Siang ini Dara sudah lebih baik setelah operasi yang dilakukan kemarin. Dia juga sedang berharap kabar dari Anggun. Walau masih di atas tempat tidur, tapi kondisinya berangsur membaik. Tinggal proses pemulihan yang Dara harus jalani.

Di sudut ruang ada Yudanta yang baru tidur setelah sejak semalam dia tidak bisa tidur karena menjaga Dara dan mengkhawatirkan Anggun. Dia tidak bisa mencarinya sendiri, sejak pagi setelah perawat memberikan putri mereka, dia terus menggendongnya. Hingga Dara memaksa agar suaminya itu istirahat. Dia terlalu bahagia dengan kelahiran putri cantiknya.

"Bagaimana, Kak?" tanya Dara pada Kale yang baru masuk bersama Brian.

Brian tampak lesu dengan wajah ditekuk karena belum mendapatkan kabar dari Anggun. "Aku menyuruh Mas Yuda untuk istirahat. Sejak kemarin dia merasa khawatir, lagian kondisinya kemarin juga tidak baik," ucap Dara lagi.

"Aku tidak menemukan Anggun di manapun. Entah ke mana dia," jawab Brian.

"Apa dia tidak keluar negeri? Ke tempat orang tuanya?" tanya Dara.

"Entahlah, aku coba tanya nanti pada saudaranya. Aku harap sekarang dia tidak melakukan hal bodoh. Aku bahkan menanyakannya di setiap rumah sakit di Kota ini, tapi tetap tidak ada. Ini semua memang kebodohanku. Harusnya aku tidak berdebat dengannya, tapi aku--" Brian tak bisa lagi berpikir, dia sudah bingung dengan masalah Anggun. Sejak tadi dia sudah ingin meluapkan emosinya, tapi Kale terus saja menghentikannya.

"Maafkan aku, hari bahagia kelahiran putrimu, aku malah pusing mencari Anggun," tutur Brian.

"Sudahlah, Kak. Kenapa bicara seperti itu. Aku juga begitu khawatir dengan kondisi Mbak Anggun. Tapi Kak Brian harus tetap tenang, aku berharap Mbak Anggun segera memberi kabar," jelas Dara.

"Dia mirip sekali denganmu," ucap Kale saat menatap bayi kecil yang ada do box bayi samping tempat tidur Dara.

"Matanya seindah milik sang ayah," jawab Dara.

"Siapa namanya?" tanya Kale. Dia terus menatap bayi kecil menggemaskan itu.

"Alana Harsha Wijaya. Nama yang Mas Yuda berikan padanya. " jawab Dara.

"Maafkan aku, sebaiknya aku keluar." Brian memilih keluar, hatinya terasa tersayat saat menatap putri sahabatnya. Dia kembali ingat saat Anggun ingin menggugurkan kandungannya.

"Kau mau ke mana?" tanya Kale.

"Aku ingin di luar saja. Maafkan aku." Setelahnya Brian berjalan keluar ruang rawat Dara. Penyesalan terlihat jelas dalam wajah Brian sekarang.

Saat sedang asyik tidur, ponsel Yudanta yang memang dia letakkan di bawah bantalnya berdering. Yang awalnya dia tidur nyenyak segera menjawab telepon masuk dari salah satu orang suruhannya.

"Katakan," jawab Yudanta dengan malas. Dengan suara khas, dia sebenarnya masih mengantuk.

"Kau sudah pastikan dengan benar? Apa dia aman sekarang?" tanya Yudanta pada seseorang di sambungan telepon.

"Aku akan ke sana sekarang. Jangan biarkan dia pergi, terus awasi dia," tutur Yudanta lagi.

Setelahnya dia menutup sambungan telepon. Berusaha untuk duduk dan memijat kening yang terasa berdenyut sambil memejamkan mata. Tidak tau jika Dara dan Kale sedang menatapnya. Kepalanya terasa pusing saat bangun dari tidur.

"Ada apa? Apa kau mendapatkan kabar baik?" Pertanyaan Kale membuat Yudanta menatapnya.

"Kau di sini? Apa Brian juga ada?" Yudanta beranjak dan berjalan ke arah tempat tidur istrinya. Dia berhenti sejenak menatap sang putri yang terlelap begitu tenang.

"Dia ada di luar. Apa perlu aku panggilkan?" tanya Kale.

"Tidak perlu. Bisakah kau jaga Dara sebentar, biar aku pergi bersama Brian. Anak buah kita menemukan Anggun," jelas Yudanta.

"Bagaimana kondisi Mbak Anggun, Mas?" tanya Dara.

"Entahlah, ini kabar baik atau buruk. Aku ingin memastikannya dulu," jawab Yudanta.

"Apa maksud Mas?" Dara menatap serius sang suami. Berharap mendapatkan jawaban yang baik dari kondiri Anggun.

"Mereka menemukan Anggun dalam kondisi mabuk di sebuah Bar. Tapi aku masih ingin memastikan. Sebaiknya aku pergi sekarang. Tidak apa-apa kan aku tinggal sebentar? Aku janji tak akan lama," ujar Yudanta.

"Tidak bisakah aku saja yang pergi?" tanya Kale. Padahal juga sedang ada Kale, kenapa Yudanta tidak menyuruhnya saja. Kenapa dia malah meminta Kale menjaga Dara.

"Tidak. Kau di sini saja. Biar aku yang pergi. Sebaiknya aku pergi menjelaskan ini pada Brian," ujar Yudanta.

"Apa tidak terjadi apa-apa yang buruk pada Mbak Anggun, Mas?" Dara memegangi lengan suaminya. Berharap menjelaskan apa yang terjadi.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja." Yudanta tidak menjelaskan. Dia mencium kening Dara dan juga putrinya sebelum berjalan pergi.

Walaupun Yudanta sangat mengantuk, tapi dia tidak ingin sesuatu terjadi pada Anggun. Apalagi dengan kondisi hamil, dia berani mabuk. Tapi jika tidak penting, kenapa Yudanta merahasiakan ini.

Dara menatap punggung suaminya yang keluar dari ruang rawatnya. Dia berharap Anggun baik-baik saja. Bagaimanapun juga Anggun selalu menemaninya sejak mengenal Yudanta. Bisa dikatakan, Anggun kakak perempuan untuk Dara. Jika memang Anggun menggugurkan kandungannya, apa Anggun tidak merasa menyesal?

"Kau yakin dengan berita yang kau katakan?" tanya Brian setelah mendapat penjelasan dari Yudanta.

"Kita pastikan dulu. Jika ini memang kerjaan anak buah Dilla. Aku tidak akan tinggal diam."

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang