79

503 16 0
                                    

Yudanta menodongkan senjatanya tepat ke arah Juan yang tergeletak tak berdaya. Dia hanya tertawa melihat Yudanta marah padanya.

"Lakukan saja. Bunuh aku," ujar Juan yang tidak takut Yudanta menarik pelatuknya.

"Mas--" Dara memegangi lengan Yudanta agar menghentikan apa yang akan dia lakukan.

"Saat kau membunuhku, kau pikir akan hidup tenang setelahnya? Tidak mungkin. Kau pikir Galih tak akan membalasmu atas jebakan yang kau buat? Aku pikir dia akan lebih kejam menyiksamu. Kau harus menjaga istrimu dengan baik, jika tidak kau akan kehilangan dia. Karena targetnya bukan lagi dirimu, tapi istrimu. Semua akan hancur, itu yang akan kau dapatkan," jelas Juan. Dia menceritakan tentang Galih yang memiliki rencana untuk balas dendam.

"Aku tidak peduli," jawab Yudanta dengan santai. Dia semakin dekat dengan Juan yang terbaring di bawahnya.

Door door

Dua kali tembakan Yudanta tembakan tanpa ingin mendengarkan lagi apa yang akan Juan katakan. Dara memeluk tubuh Yudanta, namun dia tak bergeming karena emosinya.

"Mas--" panggil Dara.

"Akhhh!!" Teriakan Juan tak membuat Dara menatapnya iba. Yudanta benar-benar menembaknya di pergelangan kakinya dua kali.

Yudanta memejamkan mata, menghela nafas kasar saat Dara terus memeluknya. Dia melakukan apa yang dikatakan. Setidaknya memotongkan kaki Juan bisa membuatnya tersiksa.

"Maafkan aku, Mas," tutur Dara. Karena dia juga, Yudanta bisa semarah itu. Ini pertama kalinya untuk Dara melihat suaminya bersikap seperti ini. Hal yang para sahabatnya katakan memang benar adanya. Yudanta tak sebaik saat di hadapan Dara ketika dia marah. Makanya dia ditakuti dan menjadi ketua genk motor karena wibawanya.

Yudanta melepaskan pelukan Dara darinya. Dan lebih dekat dengan Juan, berjongkok di dekat Juan yang menggerang kesakitan. "Aku tak peduli rencana apa yang akan kalian lakukan. Aku hanya tak ingin kalian menjadikan Dara umpan. Lampiaskan dendam kalian padaku, tanpa menyeret Dara di dalamnya. Apa kau mengerti?" Yudanta membuat senjata yang di pegang masuk ke mulut Juan. Dia tak peduli jika tangannya akan kotor karena membunuh kakak iparnya. Biar Dara tau, apa yang dia katakan bukan hanya omong kosong semata.

"Bawa Dara pulang, aku masih ingin di sini," ucap Yudanta pada Kale tanpa menatap sahabatnya.

"Tidak. Aku ingin pulang bersama Mas saja," jawab Dara.

"Sudahlah, kita pulang. Jangan memaksanya. Dia tidak akan mendengarkanmu," bujuk Kale. Dia memegangi tubuh Dara yang akan menghampiri suaminya.

"Tidak, Kak. Aku ingin pergi bersama Mas Yuda," elak Dara.

"Apa kau tuli Kale! Bawa dia pergi, dan kalian bawa Juan pergi jauh dari sini. Bunuh jika dia melawan," pinta Yudanta yang kemudian berjalan ke dalam basecamp. Dia bahkan tak peduli tentang Dara yang terdorong Juan tadi. Emosinya menyelimuti hatinya.

"Dia tak akan mendengarkanmu. Biarkan dia tenang, akan percuma saat kau membujuknya," ucap Kale.

Sebaik apa Yudanta pada Dara, tapi dia tetaplah sama. Emosinya tidak akan reda, jika bukan Yudanta sendiri yang mengontrolnya. Hanya akan menjadi besar saat melawan kemauan Yudanta saat ini.

Dengan terpaksa Dara ikut pulang bersama Kale. Dia meninggalkan Yudanta di basecamp. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Kale.

"Apa Mas Yuda tidak akan berbuat hal bodoh, Kak?" Bukannya menjawab, Dara balik bertanya.

"Tidak selama kau membiarkannya tenang. Kau ingat saat di sirkuit motor waktu itu? Dia hanya menenangkan dirinya, karena saat seperti ini jika kita membantahnya, dia malah akan sangat marah. Makanya aku pernah bilang padamu, singa dingin itu berbeda saat bersamamu, tapi dia tetaplah singa dingin yang kukenal, jadi kau harus membiasakan dirimu dengan sifat sesungguhnya," jelas Kale.

"Lalu bagaimana dengan Juan?" tanya Dara. Bukan dia peduli, dia takut Yudanta benar membunuh kakaknya, bukankah itu akan membuat suaminya rugi.

"Aku tanyakan nanti, sekarang fokuslah pada dirimu. Kau ini sedang hamil, bagaimana jika ada masalah dengan calon bayimu. Tolong untuk saat ini kontrol emosimu, jangan keras kepala. Yudanta cukup tenang selama bersamamu. Jangan membuatnya harus menjadi Yudanta yang dulu," ucap Kale yang coba mengingatkan Dara.

Perjalanan pulang, Dara banyak diam. Dia terus memikirkan Yudanta. Walau perutnya sedikit kram tapi tidak begitu sakit. Dara memang keras kepala. Dia malah membuat Yudanta emosi.

Di rumah, Dara hanya diam sambil menatap ke arah pintu. Berharap suaminya segera pulang. Bahkan Yudanta tidak menjawab telepon darinya. Rasa bersalah dan khawatir bercampur menjadi satu, namun bisa apa Dara sekarang, karena ini juga kemauannya. Kale dari tadi bersamanya, dia sedang bicara dengan Brian dari sambungan telepon. Dia mengatakan jika sudah pulang, karena kondisinya tidak begitu parah, walau tetap saja dia harus menerima jahitan di kepalanya.

"Sudah larut malam, istirahatlah di kamar. Jangan membuat suamimu semakin marah saat tau kau hanya diam di sini," tegur Kale. Jam sudah menunjukan pukul 12 malam lewat, namun Dara masih tetap menunggu suaminya.

"Tolong percayalah padaku. Aku tak mau kau terus menunggu Yuda, dia baik-baik saja. Dia hanya tidur di basecamp, tidak melakukan apapun, jadi tenanglah," bujuk Kale agar istri sahabatnya itu menuruti apa yang dia katakan.

Dara kali ini menuruti tanpa membantah. Dia segera pergi ke kamarnya dan istirahat karena dia juga merasa pusing.

***

Di basecamp, Yudanta sedang termenung dengan minuman di tangannya. Dia tak tidur seperti yang Kale katakan. Dia masih memikirkan apa yang Juan katakan, tidak dipungkuri Yudanta tetap merasa takut saat mulut berkata tak peduli. Apalagi jika ini menyangkut Dara, apapun akan Yudanta lakukan untuk melindungi istri dan calon bayinya.

Entah sudah berapa kali teguk dia menuangkan minuman keras itu, tapi untuk sekarang hal ini yang membuat dirinya tenang. Walau basecamp ini miliknya, tapi Yudanta enggan untuk kembali menjadi ketua genk motor Dragon. Dia berharap lepas dari semua, seperti keinginan Dara. Walau dia tau jika itu semua hanya harapannya saja, dia seperti harus menjadi dirinya yang dulu.

"Seperti yang Bos minta, Juan sudah di singkirkan. Saya pastikan dia tak akan berani kembali, walau Galih yang membantunya," jelas seseorang yang menghampiri Yudanta.

"Tugasmu sekarang, terus awasi Galih. Dia tak akan tinggal diam, meskipun dia sedang di penjara. Jangan biarkan anak buahnya bertemu dengan istriku," jelas Yudanta.

"Baik, Bos. Tapi, akan janji Anda tetap--"

"Aku akan kembali pada posisiku saat kau bisa menyingkirkan penghianat." Yudanta menawarkan kembali pada genk motor saat mereka berhasil menyingkirkan Juan jauh dari Dara.

"Maaf jika saya memaksa Anda. Karena genk ini tak ada artinya tanpa ada Anda di dalamnya. Semua berantakan tanpa Anda," jelasnya.

"Aku harap tak akan menjadi berantakan setelah ada aku. Pastikan dengan tegas siapa kawan siapa lawan, jangan membuatku mundur saat hal sepele ini aku minta. Brian dan Kale bisa membantumu," ujar Yudanta.

Janjinya ingin melepas semua seperti mimpi untuk Yudanta. Dia mengiyakan apa yang mereka mau, menjadi ketua genk motor yang ditakuti.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang