Jangan lupa like yaaa!!!
Happy Reading
🥰Gadis bertubuh ringkih sedang terbaring dengan tubuh penuh luka lebam. Dia menangisi apa yang sudah hilang dari dirinya, seseorang yang tidur di sampingnya sudah merenggut kesuciannya karena sang kakak.
Dia menjadi budak nafsu seseorang di sampingnya mulai sekarang. Bahkan semalaman dia sudah menyetubuhinya berkali-kali. Sampai bagian bawah milik gadis itu terasa perih. Bahkan caranya bercinta juga membuat tubuh gadis itu merah-merah, karena memang pria itu menyetubuhinya dengan kondisi mabuk.
"Apa kau akan terus menangis? Sudah jangan terus menangis," ucap Yuda lirih dengan mata terpejam.
Namun, gadis cantik itu masih saja menangis, membuat Yuda membuka mata dan menatap Dara yang masih meneteskan air mata, karena kesuciannya di renggut pria yang tak dia kenal.
"Aku katakan padamu, mulai detik ini berusahalah untuk menyukaiku, karena saat aku sudah memilih seseorang, aku tidak akan melepaskannya." Yuda berusaha duduk di samping Dara dan menatap gadis itu.
Yuda menyeka air mata Dara yang terus menangis. Sikapnya berbeda, tidak seperti semalam yang kasar dan tak peduli dengan tangis Dara.
"Puaskan dirimu menangis. Kau tidak akan mendapatkan lagi apa yang sudah hilang, jadi nikmati ini semua. Kau tidak akan lagi mendapatkan perlakuan buruk dari kakakmu, dia tidak akan berani menyentuhmu, karena kau ini milikku. Sudah jangan menangis. Haruskah aku membantu membersihkan tubuhmu?" Ucapan Yuda begitu halus. Entah dia merasa bersalah atau bagaimana, pria di samping Dara bersikap hangat sekarang.
Dengan bantuan Yuda, dia membawa Dara ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dia tidak kuat untuk sekedar berdiri karena rasa perih di bagian bawah miliknya. Yuda menggendong dan mendudukkan di wastafel, membantu Dara untuk menggosok giginya.
"Namamu Dara kan? Aku, Yuda. Maaf tentang semalam. Aku selalu bersikap berbeda saat aku mabuk. Harusnya aku tidak begitu kasar padamu." Yuda berdiri di hadapan Dara yang masih terduduk di samping wastafel.
Sepertinya Yuda memang merasa bersalah dengan perlakuannya pada Dara, sampai gadis di hadapannya ini tidak bicara apapun. Dia hanya tertunduk merasa malu.
"Aku bantu untuk membersihkan tubuhmu juga?" tanya Yuda.
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri," jawab Dara dengan suara lirih.
"Baiklah, aku tinggal kalau begitu. Panggil aku kalau sudah selesai," ucap Yuda. Sebelum keluar kamar mandi, dia membantu Dara turun dan setelahnya pergi, membiarkan Dara membersihkan tubuhnya agar lebih segar.
Dara di kamar mandi sendiri, dia menangis di bawah guyuran shower yang menyalah. Dia kembali menangis dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Kakaknya begitu tega menjadikan dia barang taruhan, padahal hanya Dara yang dia miliki.
Sambil menunggu Dara di kamar mandi, Yuda membaringkan tubuhnya kembali. Kepala sedikit sakit, mungkin juga efek mabuk berat semalam. Sejenak dia menatap kosong ke arah atas, mengingat sikapnya pada Dara yang begitu kasar. Dia mengutuk dirinya karena hal itu, bagaimana dia bisa bersikap kasar pada wanita yang sempat membuat jantungnya berdebar.
***
Setelah puas menangis di kamar mandi, Dara berjalan perlahan ke luar. Dia tidak memanggil Yuda, dia berjalan begitu saja dengan rambut yang basah.
Di dalam kamar yang tidak terlalu besar itu, terlihat Yuda sedang berbaring dengan selimut menutupi sebagaian tubuhnya. Dengan ragu, Dara duduk di ujung tempat tidur, tak berani membangunkan Yuda yang sedang tertidur karena menunggu Dara yang menangis di dalam kamar mandi.
Sejenak dia menatap ke sekitar kamar dengan nuansa hitam gold, walau kecil, tapi rapi dan ada beberapa poster yang tertempel di dinding. Sampai Dara melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia kembali berdiri dan berjalan ke meja kecil di samping Yuda yang tertidur.
Dara mengambil kalung berliontin bulan sabit dan melihatnya dengan seksama. Dia seperti mengenal benda itu, tapi benda itu hilang setahun yang lain. Kalung peninggalan ibunya itu kenapa bisa berada di kamar Yuda. Apa Juan memberikannya pada Yuda untuk taruhan?
"Tidak, aku tidak mau. Pergilah!" Dara yang sedang fokus dengan kalung itu, terkejut saat mendengar Yuda yang mengigau. Dia melihat Yuda tidak tenang dalam tidurnya, sampai hal yang mengejutkan terjadi saat Yuda menarik lengan Dara dan membuatnya jatuh dalam pelukan pria yang merenggut kesuciannya itu.
Nafas Yuda memburu, seperti sudah di kejar sesuatu yang membuatnya takut. "Sakit--" rintihan Dara membuat Yuda tersadar dan segera melepaskan genggaman tangan Dara.
"Kau sudah selesai." Yuda langsung duduk dan bersandar. Dia juga terkejut saat tau Dara yang ada di atas tubuhnya.
Yuda memijat kening ketikan rasa sakit di kepalanya belum juga hilang. "Maafkan aku," tutur Yuda tapi dengan kepala tertunduk karena rasa sakit di kepalanya.
"Apa terasa sangat sakit?" Dara memberanikan diri untuk bicara.
"Tidak, hanya sakit kepala biasa saja. Efek mabuk semalam. Kenapa kau tidak membangunkanku saat akan keluar kamar mandi?" tanya Yuda.
"Bagian bawaku memang perih, tapi aku tidak lumpuh," jawab Dara.
Yuda hanya mengangguk menjawab ucapan Dara. "Boleh aku pulang setelah ini? Haruskah aku tetap di kamarmu sampai kau benar-benar puas menyetubuhiku." Pertanyaan Dara membuat Yuda menatapnya.
"Apa kau tidak nyaman di sini? Tinggal saja di sini, agar kakakmu tidak memukulimu lagi," jelas Yuda.
"Kau bahkan tau aku dipukuli oleh kakakku. Apa itu sebabnya kau juga ingin menyiksaku?" tanya Dara.
"Aku sudah katakan, kau itu milikku sekarang, dan aku akan membuatmu jatuh hati padaku, tanpa ada kata aku menyiksamu," jelas Yuda. Dia memegangi tangan Dara dan lebih dekat dengan gadis manis di hadapannya.
Mata mereka saling bertemu. Mereka menatap satu sama lain beberapa saat. "Pulanglah kalau kau mau. Mungkin juga kau akan menjadi bulan-bulanan kakakmu." Yuda melepaskan genggaman tangannya dan bersandar di dinding tempat tidurnya.
"Aku sudah biasa seperti itu. Setidaknya kakakku tidak mengambil kesucianku," tegas Dara dan langsung membuat Yuda terdiam.
"Terserah kau saja." Yuda membaringkan tubuhnya kembali, membiarkan Dara yang ingin pulang. Hari ini Yuda hanya ingin tidur, karena semalaman dia bercinta dengan Dara.
Dara memilih meninggalkan kamar Yuda, dia menatap ke sekitar rumah yang Yuda gunakan untuk basecamp mereka juga. Ada beberapa orang yang terlihat tertidur di lantai beralaskan karpet bulu. Ada juga cewek di tengah-tengah mereka, tapi mereka tampak lelap saat jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
Perlahan Dara keluar dari rumah itu. Dia pikir akan mendapati rumah yang kotor, nyatanya tidak. Rumah yang tidak begitu besar, tapi juga tidak kecil dengan halaman yang luas itu tampak indah karena ada beberapa pohon besar dan juga taman kecil di sisi rumah.
"Kau Adik Juan?" tanya seseorang menghampiri Dara yang ingin pulang.
"Siapa Anda?" tanya Dara dengan rasa takut. Dia melangkah saat pria itu mendekatinya.
"Kau juga menjadi budak nafsu Yuda mulai sekarang, dan itu artinya aku juga boleh menjadikanmu budak sex ku." Pria itu tiba-tiba memegang tangan Dara dan membuatnya ketakutan.
"Tidak. Aku tidak mau. Jangan!" Teriak Dara saat pria itu mengajak kembali Dara yang akan keluar dari pagar basecamp Yuda.
Seakan tidak peduli dengan apa yang Dara katakan, pria itu membawa Dara ke belakang rumah. Dara terus coba menarik lengannya agar bisa lepas dari pria itu.
"Jangan ! Tolong jangan!" Rasa perihnya saja masih terasa, bagaimana pria yang menyeret Dara itu akan menyetubuhinya.
"Yuda sudah mengambil kesucianmu, itu artinya aku boleh mencobanya juga," jawab pria itu.
"Tidak! Tolong jangan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Budak Nafsu (Ketua Gangster)
Romance⭐️ jangan lupa Budayakan Follow dulu sebelum baca🥰 13/10/2023