30

3K 73 0
                                        

Senyum mengembang dari sepasang kekasih yang sedang bersama. Mereka tampak bahagia walau sang pria sedang tidak dalam kondisi baik.

"Jangan terus ketawa, ayo jalan," ucap Dara pada Yudanta yang sedang belajar berjalan. Sejak tadi dia tidak dengan serius belajar berjalan tanpa penyangga.

"Aku merasa diriku sudah jompo saja. Melelahkan sekali," gerutunya. Jujur dia lelah, tapi dia merasa lucu saja.

"Pegangan dengan tiang di sampingnya. Jangan berdiri dengan satu kaki begitu. Akan terasa sakit nanti," ujar Dara.

"Sebentar ...." Yudanta hampir terjatuh sebelum Dara dengan cepat menopang tubuhnya. Bukannya kesakitan, Yudanta malah tertawa.

"Sayang, sudahlah. Kau terus saja tertawa. Sebentar, aku ambilkan kursi." Dara sedikit berlari setelah membuat Yudanta tegak dengan penyangganya.

Dara datang membawa kursi, membiarkan Yudanta untuk duduk. "Aku lelah sekali. Biarkan sajalah," ujar Yudanta.

"Baru juga 5 menit. Tidak sebelum kau selesai seperti Dokter katakan. Aku akan membantumu," jawab Dara.

"Ada apa? Apa dia mengerutu lagi?" tanya Anggun yang baru datang. Beberapa hari di rumah sakit, Yudanta memaksa untuk pulang.

"Ingin sekali ku ganti kaki ini dengan kaki boneka manekin," gerutu Yudanta.

"Siapa suruh kau bertindak bodoh," imbuh Anggun.

"Jika aku tidak dengan cara mengemudiku tingkat dewa, mobil itu sudah terbalik. Sepertinya aku harus ikut perlombaan drift," sahutnya. Dia terlalu frustasi dengan kondisi kakinya. Mungkin jika tangan, dia masih bisa menggunakan tangan kanannya. Untuk kaki, dia kesulitan untuk sekedar berdiri.

"Ya, benar juga. Harusnya kau tidak melakukan atraksi di jalan raya. Atau kau ingin lagi. Oh ya, Brian bilang kakekmu semalam mencari di basecamp. Apa dia datang ke sini?" tanya Anggun.

Yudanta menatap Anggun, matanya menunjuk ke Dara yang hanya diam di hadapan Yudanta. Jika sudah berurusan dengan kakeknya, itu akan sangat bahaya.

"Nggun, temani dia mencari gaun pengantin. Aku mau menikahinya waktu dekat," ujar Yudanta menggalihkan pembicaraannya. Dia tidak ingin saat Anggun membahas kakeknya, Dara ikut berkomentar.

"Benarkah? Kenapa cepat sekali. Apa dia sudah hamil?" Anggun yang tampak terkejut menatap Dara yang masih diam.

"Aku harap begitu. Tapi wajahmu itu seperti kau mengejekku. Apa Brian tidak berkeinginan menikahimu?" Yudanta membalikan ucapan Anggun.

"Untuk apa saat aku bisa seperti sekarang tanpa menikah," jawabnya enteng.

"Susah bicara denganmu. Ada apa? Kenapa hanya diam?" Yudanta mengangkat dagu Dara dan mendapatkan senyuman manis.

"Tidak apa-apa. Kepalaku hanya terasa pusing saja, tapi tidak apa-apa," jelas Dara.

"Kita sudahi acara belajar berjalan ini, sebaiknya kita ke kamar." Yudanta berdiri dan mengambil penyangganya. Dia berjalan sambil di bantu Dara.

"Apa memang hamil sungguhan?" tanya Anggun tak percaya. Dia mengikuti mereka masuk.

"Kalau begitu kita menikah saja hari ini. Bagaimana?" Yudanta menghentikan langkahnya, dan menatap Dara.

"Jangan bercanda. Sejak tadi kau tertawa dan menggodaku. Aku hanya pusing, tidak hamil," elak Dara.

Dara kemudian berjalan ke kamar membaringkan tubuhnya di samping Yudanta yang ikut memejamkan mata.

***

Yudanta sedang menikmati tidurnya, saat Dara kedatangan seorang tamu di rumah Yudanta. Dia merasa haus, dan coba mengambil minum sampai seseorang membuatnya terkejut.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang