99

336 16 3
                                    

Sesampainya di rumah, Yudanta meluapkan kemarahannya pada beberapa orang penjaga rumah. Dara sebelumnya menyalahkan karena Alana diculik. Padahal ini bukan rencana Yudanta.

Dengan kondisi tubuh yang tidak baik-baik saja, Yudanta memaksa untuk pergi dari rumah sakit. Rencana yang dia pikir akan berhasil, nyatanya dia kecolongan. Dia terlalu fokus dengan kondisi kesehatannya, sampai melupakan keamanan di rumah.

"Yuda sudahlah, lebih baik kita mencarinya." Kale menghentikan Yudanta yang terus meluapkan kekesalannya pada orang yang dia anggap bertanggung jawab di rumah.

"Akh!!" Teriak Yudanta.

Tak peduli dengan ucapan Kale, Yudanta berjalan ke mana dia menyimpan senjatanya. Dia membawa beberapa senjata dan berjalan ke arah pintu. Langkahnya terhenti saat melihat Dara. Istrinya itu tampak hancur, dia terus saja menangis. Ada Anggun bersamanya, ada rasa bersalah pada diri Anggun. Karena keteledorannya, ini semua terjadi.

"Aku pergi bersamamu." Brian membuyarkan pandangan Yudanta yang menatap Dara.

"Dia ingin aku datang sendiri. Kalian tetappah di sini. Jika ada yang ikut dan membuat putriku celaka, aku akan menghabisi kalian." Dengan sorot mata marah, Yudanta berjalan pergi. Tanpa berpamitan dengan Dara yang merasa kecewa pada Yudanta, ini semua karena Yudanta juga.

"Tidak. Kita pergi bersamamu!" Kale menghentikan langkah kaki Yudanta yang akan masuk mobil.

"Haruskah aku menodongkan senjataku padamu. Minggir!!" tegas Yudanta. Dia ingin pergi sendiri. Tak ingin sesuatu terjadi pada putrinya.

"Tapi, Yud--"

Door!!

Yudanta melepaskan tembakan agar Brian ataupun Kale tidak bersikeras ikut karena Galih ingin dia pergi sendiri. Yudanta tak ingin mengambil resiko. Apalagi melihat Dara yang terpukul atas kejadian ini, membuatnya harus bertanggung jawab.

"Aku tidak akan menggulangi ucapanku. Pergi dari hadapanku!"

Mereka berdua kemudian membiarkan Yudanta masuk mobil. Di dalam setelah duduk di bangku kemudi, Yudanta masih sempat untuk menatap Dara yang tak peduli dia pergi. Dara berpikir ini rencana Yudanta.

Merasa Dara tak menatapnya, Yudanta memilih melajukan mobil pergi meninggalkan rumah menuju tempat yang Galih sampaikan. Kondisinya sedang tak baik, tapi dia memaksa untuk pergi. Sesekali dia akan terbatuk dan memutahkan darah, belum lagi rasa sakit di perut begitu menyiksa untuknya. Namun, ini tentang keselamatan putrinya, dia sendiri yang harus pergi.

***

Yudanta masuk ke sebuah gedung yang katanya ada Galih di sana. Dia datang sendiri seperti permintaan Galih. Saat masuk dia melihat ada Juan di sana, tak lama Galih juga berjalan ke arah Yudanta yang masih fokus pada Juan di sana. Dia pikir rencananya akan berhasil, sayangnya Juan malah pergi menemui Galih.

"Mana putriku?" tanya Yudanta, tak ingin basa-basi lagi. Tujuan dia datang untuk membawa putrinya.

"Kau licik. Kau menjebakku agar menjadi target Polisi saat kau adalah pemimpin Mafia, menggantikan kakekmu," sahut Galih. Dia duduk di bangku yang ada di sana. Membiarkan Yudanta berdiri dihadapannya.

Yudanta masih fokus pada Juan yang ada di hadapannya. Rencananya bukan seperti ini, Juan harusnya menjadi tersangka seperti keinginan Yudanta.

"Ada apa? Apa kau merencanakan sesuatu dengan kakak iparmu ini. Kau bahkan membuat laporan jika Juan meracunimu. Apa kau ingin membuatnya bersuara agar menyebut namaku, supaya aku mendekam di penjara seperti keinginanmu. Yang kau janjikan semua omong kosong, ini semua jebakan, bukan begitu Yuda? Jawab aku!!" bentak Galih.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang