71

527 14 1
                                    

Kale di kejutkan dengan tangan Yudanta yang mengalir darah dari bahunya. Bos Mafia itu menusukan 2x pisau ke bahunya tanpa ampun.

"Cari Juan sekarang," pinta Yudanta sambil coba menekan luka di bahunya dengan handuk agar tidak terus mengeluarkan darah di sana.

"Kau harus mengobati lukamu dulu," ucap Kale.

"Apa kau tidak mendengarku! Cari Juan dan tanyakan di mana barang yang dia ambil. Kembalikan atau dia mau mati," tegas Yudanta dengan amarah yang tertahan.

"Juan? Bukankah dia di penjara."

"Kale, haruskah aku berdebat denganmu untuk itu. Cari dia, tanpa banyak bertanya." Penuh dengan penekanan, Yudanta menatap Kale dengan tajam.

"Ahhh!!!" Teriak Yudanta dengan marah. Dia melemparkan handuk penuh darah itu ke wastafel hotel. Dia berpikir Juan ada di penjara, nyatanya dia tau kalau Yudanta masih hidup.

Malam itu Yudanta gagal untuk istirahat. Dia harus mencari Juan yang mengaku suruhan Yudanta untuk mengambil sebagian barang yang harusnya milik Bos Mafia. Ulah gila apalagi yang Juan lakukan sekarang? Apa dia merasa dibohongi atas kematian Yudanta?

"Yuda, kau harus mengobati lukamu itu. Tidak akan baik saat kau terus membiarkannya," bujuk Brian yang segera menemui Yudanta setelah mendapatkan kabar dari Kale.

"Waktuku tak banyak. Hingga besok pagi aku tak mendapatkan Juan. Dia yang akan membunuhku. Apa itu yang kau inginkan? Jika tidak, pergi dan cari Juan untukku, bawa dia padaku dengan barang itu. Aku yakin ini ulah Galih, membantu Juan keluar dari penjara," jelas Yudanta. Dia membiarkan begitu saja luka di bahunya. Walau tidak begitu dalam, tapi tetap saja. Darah terus merembes ke handuk yang menutupi lukanya.

"Baiklah aku pergi sekarang. Apa kau yakin akan baik-baik sendiri?" tanya Brian.

"Iya. Agar lebih cepat, kita cari Juan sendiri-sendiri. Dan ya, apa kau sudah membuat penjagaan di rumah lebih ketat? Dia tidak akan diam saja, pasti dia akan bertemu dengan Dara. Pria gila itu membuatku harus mengorbankan nyawa."

Mereka bertiga mencari keberadaan Juan, dengan Yudanta yang terluka. Juan berbohong pada salah satu anak buah Bos Mafia, dia bilang salah satu dari sahabat Yudanta. Itu sebabnya anak buah Bos Mafia percaya saja. Dia mengambil beberapa bagian narkoboy yang baru Yudanta serahkan pada Bos Mafia.

"Kau memang belum mati," tutur seseorang yang sedang berlutut dengan tangan diikat kebelakang.

"Di mana barang itu, kembalikan padaku," sahut Yudanta.

"Barang apa? Kenapa kau seperti sedang menuduhku. Apa kau sedang marah karena aku menusukmu?" Dia Juan, kakak Dara yang akhirnya bisa ditemukan. Mereka membawanya ke sebuah tempat yang lama tidak digunakan.

"Tutup mulutmu itu!" Bentak Brian.

"Baiklah aku akan tutup mulut, tapi bagaimana adik iparku ini mendapatkan jawaban saat aku hanya diam," ujar Juan.

"Katakan apa yang kau mau, lalu berikan barang itu," sahut Yudanta. Dia tidak memiliki waktu untuk berdebat dengan Juan yang terus saja bicara.

Juan diam. Dia tidak mengatakan apapun. Malah tersenyum melihat Yudanta yang tampak gelisah karen sudah ditekan oleh Bos Mafia.

"Katakan dengan cepat. Kau memang Kakak dari istriku, lalu kau anggap aku takut padamu?" Yudanta mengambil senjata dan menodongkan tepat pada kepala Juan yang masih saja tertawa dengan pelakukan Yudanta padanya.

Doorrr

Satu tembakan mengarah ke paha sebelah kiri Juan yang sontak berteriak karena rasa sakit karena peluru menembus kulitnya.

"Kau gila!!" Teriak Juan.

"Kau sudah tau aku gila, jadi katakan saja di mana barang itu? Kau hanya akan membuatku menarik pelatuk ini lagi jika kau tidak menjawabnya." Amarah seperti ini jarang keluar dari Yudanta, tapi jika sudah seperti ini, itu artinya Yudanta hilang kesabaran. Bagaimana tidak, Juan menjebaknya. Dan taruhan nyawa karena kebodohan Juan.

"Barang itu sudah tidak ada," jawab Juan.

"Kau serius dengan ucapanmu?" tanya Kale yang ikut panik. Jika memang begitu, habis sudah riwayat Yudanta karena Juan.

Yudanta hanya memejamkan mata. Dia tidak habis pikir dengan apa yang Juan lakukan. Membuat Yudanta susah, itu tujuan Juan.

"Percuma saja kita hanya membuang waktu." Yudanta begitu saja pergi. Membiarkan Juan dengan posisi yang sama dengan peluru yang menyrempet paha kirinya.

"Kenapa kau begitu mudahnya menyerah. Aku masih ingin bicara denganmu. Aku tidak menjualnya, aku sudah mengembalikan barang itu pada pemiliknya seperti kemauanmu." Mendengar ucapan Juan, langkah Yudanta berhenti. Dia menghela nafas karena sudah bertindak gegabah dengan menembak Juan. Tapi untuk apa Juan melakukan itu?

"Tenang, aku hanya melakukan seperti yang kau lakukan. Berbohong itu menyenangkan memang, tanpa peduli orang yang dibohongi teraniaya," tutur Juan.

Juan merasa dibohongi oleh Yudanta, belum lagi dia di jebak oleh kakeknya untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan pada Yudanta. Kejam memang, tapi bukankah itu seperti sebuah karma?

"Hubungi saja jika kau tak percaya padaku. Aku memang sudah mengembalikannya," ucap Juan.

"Lalu apa yang kau inginkan dariku?" Yudanta berbalik badan dan menatap Juan dengan posisi yang sama.

"Tidak ada. Hanya aku ingin bermain denganmu. Kau mengambil Dara dariku, dan kalian meninggalkanku dengan tersiksa di penjara," gerutu Juan. Selama setahun ini Juan memang mendekam di penjara, pikir Yudanta itu akan aman untuknya, namun Juan malah menyalahkan Yudanta akan apa yang dia rasakan.

"Apa kau sudah puas untuk bermain denganku?" tanya Yudanta. Rencana untuk istirahat gagal Yudanta lakukan, dia mencari Juan untuk mengambil barang itu. Bahunya yang terluka dia biarkan begitu saja, walau tau darah mengalir dari 2 tusukan yang dia dapat.

"Belum. Aku tidak rela kau bahagia dengan adik kurang ajarku itu. Kalian menari di atas penderitaanku. Karena ulahmu aku hancur, kau membuat kebohongan itu. Lalu kakekmu mengambil semuanya dariku," tuturnya sambil menatap tajam ke arah Yudanta yang sudah di hadapannya.

"Lalu apa yang ingin kau lakukan sekarang?" Yudanta tampak tenang mendengarkan keluhan Juan. Walau ada kelegaan saat barang yang Juan ambil sudah di kembalikan, dia tetap tak bisa lolos dari Kakak ipar gilanya itu.

"Aku ingin membunuhmu!" tegas Juan dengan penuh menekanan.

Tanpa pikir panjang, Yudanta melepaskan ikatan tangan Juan. Kale dan Brian yang awalnya hanya diam sambil menatapnya, coba untuk menghentikann, tapi tidak digubris oleh Yudanta.

"Lakukan apa yang kau mau, tapi dengan tanganmu sendiri kau bisa membunuhku." Yudanta melemparkan senjatanya lebih jauh dari tempatnya berdiri.

"Apa kau sudah gila, Yuda. Dia hanya akan membuatmu babak belur," ucap Brian yang menghalangi Yudanta untuk menyerahkan dirinya menjadi samsak.

"Tidak akan lama. Dia hanya akan menghajarku 15 menit saja. Biarkan dia puaskan apa yang menurutnya baik, daripada dia meluapkan kekesalannya pada Dara." Yudanta membiarkan Juan memukulinya, tanpa menggunakan senjata. Mungkin dengan itu dia akan merasa sedikit puas, itu pikirnya.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang