51

1.1K 33 2
                                    

Yudanta sedang bersama Dara dan Kale untuk bertemu Juan di rumahnya. Namun, Yudanta tidak ikut turun. Dia ingin melihat apa yang Juan mau dari Dara. Tapi sejak tidak ada sautan dari Juan dari dalam rumah.

"Apa dia di rumah? Tidak ada siapapun di rumah," ucap Kale.

"Kak, bisa bantu aku naik ke sana?" Dara menunjuk ke pintu samping rumahnya.

"Lalu mau ke mana? Kau mau melompat dari sini?"

"Ya, aku mau masuk dari sana. Sepertinya ada motornya di dalam. Dia tidak mungkin tidak di rumah."

"Biar aku saja." Kale kemudian memanjat dari pintu samping dan mencari keberadaan Juan, tapi memang Juan tidak ada.

Segera mereka kembali ke mobil saat tidak menemukan Juan di manapun. Rasa khawatir Dara semakin besar saat tidak kunjung bertemu Juan.

"Dia tidak ada di rumah," ujar Kale.

"Aku yakin dia di rumah Kakek. Aku bisa membuat kakakmu selamat dari Kakek, tapi pilihannya kau harus merelakan diriku. Jika kau mau, aku akan menemui Kakek sekarang dan meminta kakakmu agar di selamatkan." Yudanta memberikan penawaran yang tidak masuk akal untuk Dara dengan mengorbankan dirinya.

"Tidak! Pasti ada cara lain," jawab Dara.

"Berjanjilah untuk bahagia, aku akan membuat kakakmu kembali padamu sekarang. Apa kau mau?" tanya Yudanta.

"Kenapa seperti mudah sekali kau bicara seperti itu saat aku begitu takut kehilanganmu. Apa kau anggap aku hanya budak nafsumu saja?" Dara yang sudah kesal semakin dibuat kesal oleh penawaran Yudanta.

"Kenapa kalian jadi berdebat. Kita pulang saja. Aku yang akan mencaritahu di mana dia berada. Bocah licik seperti Juan tidak akan mati dengan mudahnya."

Yudanta hanya menatap keluar jendela mobilnya. Dia sudah ingatkan Dara sebelumnya, namun dia masih saja ragu. Memang benar ini tentang kakaknya, tapi apa salah jika Yudanta ingin menyelamatkan dirinya.

"Tanyakan pada seseorang yang harusnya aku temui waktu itu. Aku yakin dia salah satu anak buah Kakek," jelas Yudanta.

"Aku tak melihatnya setelah kau menyuruhku menemuinya. Aku pikir dia sudah tiada. Tidak mungkin kakekmu meloloskan orang seperti dia semudah itu," jawab Kale.

"Kalau begitu apa yang aku katakan tadi menjadi pilihannya," sahut Yudanta.

"Tidak! Daripada begitu, lebih baik aku saja yang mati. Agar kau juga puas," imbuh Dara. Dia memotong obrolan mereka.

"Sudahlah, Dar."

"Apa kau masih menyimpan nomor Bos Cobra? Berikan ponselmu padaku," ucap Yudanta pada Kale.

Kale memberikan ponselnya yang Yudanta minta dan segera menghubunginya. Yudanta ingin minta bantuan pada Bos Cobra untuk mencari keberadaan Juan.

"Lama tidak bertemu. Bisa aku menemuimu hari ini?" tanya Yudanta melalui sambungan teleponnya.

"Aku pikir kabar kematianmu begitu cepat menyebar, lalu apa aku sedang bicara dari dunia lain?" Bos Cobra adalah ketua genk motor yang sudah lebih senior dari Yudanta, tapi karena Yudanta mereka bersahabat walau sempat ada konflik, semua sudah mereka selesaikan.

"Katakan apa yang kau inginkan. Aku tidak bisa menemuimu hari ini," ujar Bos Cobra.

"Aku memerlukan bantuanmu. Hanya mencari keberadaan seseorang, apa kau bisa membantuku?"

Yudanta kemudian menceritakan apa yang dia mau. Dia tidak mungkin meminta bantuan anak-anak Dragon karena mereka beberapa ada yang memang anggota gangster, Yudanta tidak ingin mengambil resiko.

"Apa tidak apa-apa saat kau menghubungi seseorang? Bagaiaman jika dia melaporkan pada Kakek, kalau kau masih hidup," ucap Dara.

"Bukankah ini yang kau mau? Aku sudah katakan padamu kemarin, tapi kau masih ragu. Tidak ada pilihan lain, nasibku bagaimana nanti. Kalau aku bisa hidup lagi, beruntunglah dirimu. Jika tidak, semua bagaimana diriku. Kau tidak perlu mengkhawatirkan kakakmu lagi." Ada rasa kesal saat mengatakannya. Yudanta merasa Dara mengujinya. Keraguan dirinya membuat Yudanta harus mengorbankan diri.

Dara menatap Yudanta yang memalingkan wajahnya pada Dara yang duduk di samping. Dia tidak bisa berpikir lagi, dia hanya mau melakukan kemauan Dara saat ini.

Sesampainya di rumah, Yudanta keluar mobil lebih dulu. Dara tau jika suaminya sedang marah padanya, harusnya memang sikapnya tidak begitu. Apa itu sama dengan Dara percaya dengan suaminya. Harusnya dia yakin akan apa yang pernah Yudanta katakan.

Jika Juan memilih untuk masuk penjara akan baik untuknya walau masih memikirkan hal lain, tapi apabila dia memilih untuk kabur, entahlah nyawanya tidak aman tertolong lagi.

"Apa dia sebelumnya mengatakan sesuatu padamu?" tanya Kale yang berjalan menghampiri Dara.

"Ya, dia hanya menyuruhku bicara pada Juan untuk masuk penjara agar aman dari kakeknya. Pilihan itu yang akan membuatnya aman," jelas Dara.

"Jika dia sudah bicara seperti itu biasanya dia tau sesuatu. Harusnya kau yakin saja padanya, walau terlihat diam, otaknya sedang mencari cara, dia tidak mungkin tinggal diam. Apalagi itu saudaramu," tutur Kale.

Ucapan Kale membuat Dara merasa bersalah. Bagaimana tidak, Dara memaksa Yudanta untuk mengatakan pada Bos Cobra jika dia masih hidup.

"Aku akan cari kabar Juan. Kau tenanglah, bagaimana dia nanti. Itu sudah resiko untuknya, semua yang kau lakukan pasti ada resikonya. Begitu juga dirimu, kau harus memilih merelakan siapa? Suamimu atau kakamu."

"Itu bukan pilihan, Kak. Aku tidak bisa memilih," sahut Dara.

"Lalu kau memilih keduanya? Tidak bisa, tetap saja pasti Yuda yang mati."

Mendengar kenyataan yang Kale katakan membuatnya semakin mengutuk diri, bagaimana bisa dia mementingkan dirinya saja, jika Yudanta tetap akan tidak selamat.

"Kau mau ke mana?" Pertanyaan Kale membuat Dara menatap ke arah tangga. Dia sana sudah ada Yudanta yang sudah siap dengan helmet ditangan.

"Diamlah di sini, jaga Dara." Yudanta tidak menatap Dara sama sekali. Dia langsung mengenakan helmet dan berjalan keluar.

"Sayang, tunggu! Kau mau ke mana?" tanya Dara. Dia memegangi lengan Yudanta yang tak menghiraukan dirinya.

"Aku keluar sebentar," jawab Yudanta.

"Tidak, aku tidak ingin Mas keluar. Tetap di rumah." Dara menghalangi Yudanta yang ingin pergi.

"Minggirlah, aku tidak akan lama." Jika sudah bicara sedatar ini, itu artinya Yudanta terburu-buru.

"Tidak. Aku tetap tidak memperbolehkan Mas pergi."

"Sebenarnya apa maumu? Kau ingin tau kondisi kakakmu kan? Jadi biarkan aku mencarinya. Kau tenanglah di rumah." Dengan suara yang sedikit nada tinggi Yudanta bicara pada istrinya.

Dara menatapnya terkejut. "Pergilah, aku hanya sebentar. Jika aku tidak pulang itu artinya aku mati." Yudanta kemudian berjalan melewati Dara yang masih mematung mendengar ucapan Yudanta.

"Aku pergi bersamamu." Kale berjalan menghampiri Yudanta. Dia tidak mau jika ini akan membuat sahabatnya terluka kembali. Urusan dengan Kaito bukan masalah yang gampang, dia tidak akan selamat seperti sebelumnya ketika Kaito tau Yudanta masih hidup.

"Jika Mas pergi, akupun akan pergi. Jangan harap aku kembali saat Mas memaksa untuk pergi," tutur Dara.

Yudanta yang sudah berada di atas motornya menatap Dara nanar. Entah apa yang dia mau. Padahal ini juga dia lakukan untuknya. Keraguan Dara membuat suaminya ingin berbuat apa yang dia mau, tapi malah salah di mata Dara.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang