Dalam kamar, Dara hanya termenung. Otaknya terus memikirkan tentang ucapan Novi. Haruskah dia bertanya kebenaran cerita Anggun pada orang yang bersangkutan? Tapi dia malu memulainya.
"Kau memang bodoh, Dar," gerutu Dara.
Dara tidak bisa tidur, dia gelisah. Jam menunjukan pukul 01.15 saat Dara memutuskan untuk membuang egonya dan kembali ke kamar Yudanta.
Benar saja, Yudanta tidak mengunci pintunya. Dia membuka lebar pintu kamar agar Dara bisa masuk. Perlahan Dara menutup pintu dan berjalan menghampiri Yudanta yang tidur pulas.
Hati Dara ragu. Dia seperti ingin, tapi tak ingin saat akan berbaring di samping Yudanta. Dia hanya berdiri mematung menatap pria yang mencintainya itu tertidur.
"Tidak. Kau harus buang egomu itu. Ya, kau harus membuangnya." Dara perlahan menyelinap dari balik selimut yang Yudanta kenakan. Dia berbaring di samping Yudanta yang bertelanjang dada di balik selimut. yang menutupinya.
"Kau di sini," gumam Yudanta dengan mata terpejam. Dia tau jika Dara tidak akan mau tidur sendiri.
"Aku kesal padamu. Kau begitu tenangnya terlelap di sini saat aku terus memikirkan ucapan Mbak Anggun," gerutu Dara yang tidak bisa menahannya lagi.
"Memangnya ada apa? Apa yang aku lakukan hingga kau begitu kesal padaku, dan apa yang Anggun katakan padamu?" tanya Yudanta.
"Apa kau pernah berpacaran dengannya?" Dara sungguh-sungguh menayakan kebenaran itu.
Yudanta yang terkejut membuka mata dan menatap Dara. "Kau terkejut mendengar itu. Apa itu memang benar?" tanya Dara lagi.
"Katakan apa yang dia ceritakan padamu. Nanti aku akan menjawabnya dengan sangat jujur," ucap Yudanta.
"Tidak. Kau jahat padaku. Walau aku bukan wanita baik-baik, tapi aku juga memiliki rasa," sahut Dara, dia enggan untuk menceritakan keluhannya pada Yudanta.
"Tolong ceritakan, atau aku harus menghubungi Anggun sekarang?" Yudanta tidak tau apa yang sebenarnya Anggun sampaikan pada Dara.
Dara bersembunyi di dada bidang Yudanta, dia mulai meneteskan air mata. Padahal belum juga tau apa itu benar atau salah.
"Sayang, ceritakan. Apa yang Anggun katakan padamu?" tanya Yudanta dengan lemah lembut. Dia tidak mau membentak Dara lagi.
"Mbak Anggun bilang kalau kau pernah tidur bersamanya, dia juga menyukaimu. Apa kalian memiliki hubungan di belakang Kak Brian? Kalian jahat sekali," jelas Dara, yang sontak membuat Yudanta terkejut dengan penjelasan Dara.
"Anggun bilang begitu padamu?" Yudanta meyakinkan Dara akan jawaban yang dia jelaskan.
"Iya, kenapa rasanya sakit sekali. Kenapa kau jahat sekali." Dara memukul pelan tubuh Yudanta, dia bersembunyi dalam pelukan pria yang selama ini melindunginya.
Yudanta tersenyum. Dia paham kenapa Dara kesal padanya, jadi sebabnya dia cemburu pada Yudanta tentang kedekatannya dengan Anggun. Padahal itu tidak sepenuhnya benar.
"Kau malah menertawaiku. Sebaiknya aku tidur di kamar sebelah." Saat akan bangun, Yudanta menarik lengannya dan memeluknya erat, dia juga mencium kening Dara lama.
"Boleh aku cerita padamu. Kau bisa pastikan kebenaran ini pada Kale ataupun Brian. Mereka tidak akan membohongimu," ujar Yudanta.
"Tidak mau. Nanti Mbak Anggun malah bertengkar dengan Kak Brian. Aku tidak mau. Kau saja yang kenapa bisa sejahat itu. Dia kan temanmu, kenapa kau menjalin hubungan itu. Dan kenapa kau ingin bersamaku saat ada Mbak Anggun bersamamu," ungkap Dara dengan derai air mata.
"Aku dan Anggun tidak pernah memiliki hubungan apapun. Dia cinta matinya Brian. Bagaimana aku bisa merebut cintanya saat Anggun hampir mati karena menyelamatkan Brian. Itu tidak benar terjadi," jelas Yudanta. Penjelasannya berbeda dengan apa yang Anggun katakan.
"Aku dikenalkan dengan pacar Brian karena dia juga anak motor. Walau dia wanita dia sesekali ikut balapan juga. Aku bersumpah tidak pernah memiliki hubungan dengan Anggun. Sebentar ...." Yudanta bangun dan mengambil ponselnya. Dia menghubungi Brian yang memang sedang bersama Anggun di basecamp.
Dara yang ada di pelukan Yudanta, mendengarkan dengan seksama apa yang sedang mereka bahas. Bukannya minta maaf, Anggun dan Brian bersamaan menggucapkan selamat ulang tahun pada Yudanta.
"Simpan ucapan kalian. Nggun, sebenarnya apa yang kau katakan pada calon istriku? Kurang aja sekali kau bilang aku pernah bercinta denganmu," ujar Yudanta.
Terdengar Anggun tertawa saat Yudanta bicara tentang hal itu. "Apa Dara marah padamu karena itu? Kalau begitu rencanaku berhasil," ucap Anggun dengan tertawa puas.
"Tapi Mbak Anggun tadi bilang--"
"Aku baru mengenal Yudanta 3 tahun ini, tidak selama persahabatan Yudanta dengan Brian dan Kale. Apa yang aku katakan tidak benar, aku hanya menggodamu saja. Aku ingin tau apa Darapuspita bisa mengutarakan perasaannya, membalas cinta Yudanta yang malang itu. Nyatanya aku berhasil, bukan. Kau memang sudah mencintai Singa dingin itu, jadi tak perlu Yuda susah payah membuktikan ketulusan hatimu," jelas Anggun. Dia mengerjai Dara. Dia hanya ingin melihat sekuat apa perasaan Dara pada Yudanta.
"Jahat sekali ...." Tangis Dara pecah saat Anggun menjelaskan semuanya.
"Kau puas sekarang? Setidaknya beri aku kado yang indah, bukan malah tangisan kekasihku," gerutu Yudanta.
"Maafkan aku. Kau tau bagaimana aku pada Brian, jadi tenanglah, aku tidak akan mau bercinta denganmu," ujar Anggun.
"Ya sudah sana, lanjutkan kegiatanmu. Aku tutup teleponnya. Hampir saja dia membuatku patah hati." Yudanta menutup sambungan teleponnya.
Dara menangis dalam dekapan Yudanta. Tidak perlu lagi Yudanta meragukan perasaan Dara lagi. Karena dengan jelas dia mengatakan jika dia merasa cemburu.
"Maafkan aku," ucap Dara di tengah isak tangisnya.
"Jangan meminta maaf. Anggun hanya tidak tau kalau kau sudah mengutarakan perasaanmu. Jangan pikirkan lagi. Lain kali jika ada yang menggangu pikiranmu, jangan mudah percaya. Tanyakan padaku, apa itu benar atau tidak. Meskipun aku cowok bejat, tapi tidak sembarang wanita yang aku ajak bercinta. Seburuk itu aku di matamu?"
"Bukan begitu tapi ... ya sudahlah. Aku malas membahasnya. Kau jahat padaku." Dara membalikkan tubuhnya membelakangi Yudanta.
Melihat Dara yang merajuk, dia kemudian menarik tubuh Dara lebih dekat padanya. Dia bisa mencium pundak Dara yang masih kesal.
"Aku mencintaimu," ungkap Yudanta.
Dara membalikkan tubuhnya lagi. Dia mencium bibir Yudanta yang tersenyum padanya. "Aku juga mencintaimu," jawab Dara dengan kembali mencium bibir Yudanta.
Kali ini Yudanta menatap Dara yang terbaring di bawahnya. Membalas ciuman Dara dengan melumatnya pelan. Kado ulang tahun ke 28 tahun dia dapatkan dari Dara yang mengakui perasaannya, tidak lagi ada batasan antara mereka berdua saat ini.
"Apa kau ingin mencobanya?" tanya Yudanta.
"Aku takut," jawab Dara ketika Yudanta mengajaknya bercinta.
"Perlahan saja." Yudanta coba membuka piyama yang Dara kenakan. Dengan bibir yang kembali mencumbu dengan pelan agar Dar tidak merasa takut.
"Akh!" Rintihan lirih terdengar saat bibir Yudanta turun ke leher dan semakin turun ke area dada.
Dara memegang erat bantal yang dia kenakan, dia coba melawan rasa takut itu. Membiarkan Yudanta menjelajahi tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Budak Nafsu (Ketua Gangster)
Romance⭐️ jangan lupa Budayakan Follow dulu sebelum baca🥰 13/10/2023