44

1.2K 44 8
                                    

"Aku mohon Mas cukup!!" Dara menghentikan apa yang Yudanta lakukan pada Kale. Dia memukul beberapa kali pada tubuh Kale yang hanya diam tanpa melawan. Kepalanya cukup sakit, tapi mereka malah membuat ulah. Bukannya tau situasinya, mereka malah mendebatkan hal seperti ini.

"Kenapa kau terlihat membelanya, apa kau memang menyukainya?" tanya Yudanta. Kali ini tatapan tajam itu mengarah pada Dara.

"Tidak, Mas. Aku bersumpah demi hidupku, aku tidak berani curang padamu, Kak Kale tidak bersalah," ucap Dara. Matanya sudah derai air mata, dia sudah ketakutan, tapi dia berusaha untuk membiarkan rasa takutnya.

"Kau terus menutupi kesalahanmu saat mereka memiliki bukti. Apa kau ingin aku memukulmu juga?!" Bentak Yudanta.

"Yuda, cukup!" Kale menghalangi Yudanta yang sudah mengangkat tangannya.

Sikap mereka berdua terlihat aneh, tanpa menjelaskan tapi mereka saling melindungi. Membuat Yudanta tergiring pada opini Brian. Padahal tinggal mengatakan saja alasan mereka.

"Aku tidak peduli pada apapun saat kalian melukai hatiku!" Yudanta menarik baju Kale dan mendorongnya.

"Tinggal katakan apa yang kau lakukan itu saja. Kenapa kalian terkesan menutupi. Katakan apa yang terjadi di sana?" Yudanta menunjuk tepat di wajah Kale yang ada di bawahnya. Dan saat akan memukul Kale, lengannya segera Dara pegang agar Yudanta tidak memukul Kale lagi.

"Oke, aku akan jelaskan kenapa kita di Ve Cafe. Tapi aku mohon Mas tenanglah dulu. Mas akan menyesali apa yang Mas lakukan pada Kak Kale sekarang. Kenapa aku ke Cafe itu, karena Kak Juan ingin membuat onar di sini. Aku tidak ingin dia mengusik istirahat Mas, hanya itu. Mas tau apa yang ingin dia lakukan? Dia memintaku untuk membunuhmu," jelas Dara. Dia sudah menangis mengatakan itu, padahal dia ingin menutupi itu karena takut memberatkan pikiran Yudanta.

"Mas tidak percaya padaku?" Dara berjalan untuk mengambil ponselnya, dia langsung menghubungi Juan agar apa yang dia katakan tidak dianggap salah.

Juan tidak langsung menjawan telepon dari Dara, harapannya Juan segera menjawab agar Yudanta mendengar sendiri tentang kebenaran cerita Dara.

"Ada apa menelpon? Apa kau sudah pikirkan? Kau ingin membunuh pria yang sudah membunuh kedua orang tua kita?" tanya Juan dari balik sambungan telepon. Juan langsung mengatakan hal itu pada Dara saat sambungan teleponnya terhubung.

Dara menatap Yudanta yang masih diam saat Juan belum menyelesaikan ucapannya. Sedangkan Anggun dan Brian tampak terkejut dengan apa yang dia dengar. Jadi apa yang dia tau itu salah, dan kabar itu membuat Yudanta menghajar Kale.

"Sedikitpun aku tidak ingin melakukan apa yang kau mau. Karena suamiku tidak bersalah, Kau saja yang mendapatkan kabar yang salah," jawab Dara yang masih menatap Yudanta.

"Kau jangan tergila-gila karena dia kaya raya. Kau itu hanya dijadikan budaknya saja. Apa untungnya hidup dengan seorang pembunuh. Tapi aku tidak akan sepertimu, yang mudah tergiur dengan uang saat orang tuamu mati karena suamimu itu. Sadarlah, Dar, kau itu hanya diperalat saja," ucap Juan.

"Lantas kalau aku memang memperalat adikmu apa yang akan kau lakukan. Bukankah kau menjual adikmu padaku? Aku tidak seburuk dirimu," sahut Yudanta. Dia menyela ucapan Juan yang sedang bicara pada Dara.

"Oh kau rupanya. Gadis bodoh itu memberitahumu tentang rencanaku? Harusnya dia cukup membunuhmu saja," jawab Juan.

"Kau menuduhku tentang hal yang tidak aku lakukan. Saat kau sendiri buruk. Siapa yang berharap aku mati? Apa kakekku? Jika iya, datanglah besok. Aku akan melakukan apapun yang dia mau. Seperti memberikan kuasaku pada pria sepertimu," ujar Yudanta. Dia menantang Juan yang jelas sudah gila. Karena kekuasaan dia rela melakukan apapun untuk mendapatkannya.

"Tentu. Besok di Jl Simpang Balapan, datanglah. Aku menunggumu." Setelah menjelaskannya, Yudanta menutup sambungan teleponnya.

Yudanta menatap tajam ke arah Dara yang hanya diam dengan air mata yang terus menetes dan bersuara. Sikap suaminya berbeda saat dia sedang marah, dan ini kedua kalinya untuk Dara melihat Yudanta marah.

"Kenapa kau tidak mengatakan padaku?" tanya Yudanta.

"Kenapa Mas tidak percaya padaku?" Bukannya menjawab, Dara balik bertanya. Dia tidak bisa menghentikan Yudanta untuk memukuk Kale yang sebenarnya membantunya.

"Akh!!" Teriak Yudanta. Dia melempar ponsel Dara sampai pecah. Dia begitu marah saat mendengar penjelasan Brian yang mendapatkan kabar burung, dan dia percaya begitu saja.

"Aku pikir Mas bisa mendengarkanku, tapi aku salah. Sifat seseorang tetaplah sama." Dara pergi meninggalkan mereka bertiga setelah mengatakan itu. Hatinya terasa sangat sakit, ketika tuduhan dari Brian diiyakan saja oleh Yudanta tanpa ingin memahami jika mereka melakukan ini karena tidak mau membebani Yudanta.

Brian tertunduk malu saat satu alasan tentang hubungan Dara dan Kale terjawab. Dia hanya mengambil kesempatan untuk mengadukan ini pada Yudanta, saat di merasa Yudanta tidak adil padanya.

"Kenapa kalian seperti ini. Dan kau Brian. Apa yang sebenarnya kau keluhkan dariku? Aku lebih dominan menyuruhmu untuk mengurus keperluanku. Kenapa kau berpikir Kale yang hanya aku percayai? Kau bahkan menggiringku pada masalah perselingkuhan yang kau sebutkan. Apa kau merasa terasingi oleh Kale? Apa begitu?" tanya Yudanta. Dia terduduk di lantai yang dingin dengan menatap kosong.

"Aku tidak habis pikir kenapa kalian bisa bertengkar seperti ini. Aku bahkan hampir tak mempercayai istriku sendiri," imbuh Yudanta.

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak bersikap seperti itu sebelum aku menemukan kebenarannya," jawab Brian.

"Asal kalian tau, aku hanya memiliki kalian dalam hidupmu. Saat kalian saling menuduh, siapa lagi yang bisa aku percayai? Katakan?" Yudanta sudah terlalu banyak tekanan akhir-akhir ini, dan sekarang masalah baru datang diantara para sahabatnya.

"Jika kalian merasa aku tidak adil, sebaiknya tidak perlu lagi datang. Pergi dari sini. Jangan pernah menganggapku. Kalian hanya akan saling bunuh jika terus bersamaku." Yudanta berdiri perlahan, berjalan meninggalkan mereka bertiga yang hanya diam.

Kale sendiri merasa bersalah kenapa tidak terus terang pada Yudanta, tapi janji tetaplah janji, dan itu harus ditepati.

"Aku menyesal, tolong maafkan aku." Brian menghalagi jalan Yudanta. Masalah ini terjadi karenanya. Dia juga yang membuat Yudanta ragu pada Dara, membuat Dara harus berkata jujur.

"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi." Yudanta mendorong pelan tubuh Brian. Kekecewaan Yudanta membuatnya mengusir para sahabatnya. Percuma saja jika mereka bersama, yang ada mereka akan saling menuduh dan merasa iri satu sama lain.

Sahabat yang Yudanta pikir bisa diandalkan, bisa dipercaya bahkan menganggapnya keluarga. Ternyata membuat hatinya terluka.

Yudanta bersandar di depan kamarnya, dia tidak masuk. Dia malu pada Dara yang tidak mempercayainya. Padahal dia yang membuat Dara percaya dan yakin. Sekarang dia begitu saja percaya ucapan Brian yang jelas salah.

Hati Yudanta hancur bukan karena Juan ingin membunuhnya, tapi dia harus melihat 2 sahabatnya saling pukul saat kebenaran itu tidak Brian ketahui.

"Mas--" panggil Dara saat melihat Yudanta yang ada di depan kamar.

"Maafkan aku." Suara Yudanta bergetar saat mengatakan kata maaf pada Dara.

Dara memang kecewa tapi dia ingat jika kondisi Yudanta sedang tidak baik. Apalagi dia menenggak whiskey yang sengaja dia minum tadi.

"Tolong maafkan aku." Kembali Yudanta meminta maaf atas kesalahan dirinya menuduh Dara yang ingin melindunginya.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang