87

476 20 1
                                    

Setelah mengantarkan Dara ke rumah sakit untuk mengecek kehamilannya, Yudanta segera bertemu dengan Dilla yang memaksa untuk bertemu. Awalnya dia tak mau, tapi dia memaksa untuk datang menemui Dara yang sedang bersamanya di rumah sakit.

"Katakan ada apa?" Yudanta tak ingin basa-basi lagi. Dia langsung menanyakan apa tujuan Dilla memintanya bertemu.

"Tidak ada. Aku hanya ingin memastikan saja apa dirimu sudah bangun dari tidur panjangmu. Jika belum, aku bisa menciummu untuk bangun seperti putri tidur," jelasnya tanpa merasa malu sudah membuat Yudanta tidur panjang.

"Aku pikir bukan itu niatmu untuk bertemu denganku. Apa kau butuh dana untuk usahamu? Aku pikir apa yang kau rintis tak akan berjalan saat kau hanya mengandalkan pamanmu. Bahkan dia sedang di penjara," ujar Yudanta. Dia tau jika genk Dilla masih menjadi benalu pada usaha Kaito yang direbut oleh Galih, saat usaha itu berantakan. Dilla membutuhkan gelontoran materi untuk bisa berkembang, dan salah satu cara dengan meminta itu dari Yudanta.

"Jika bisa semudah itu. Bisakah kau berikan aku apa yang kau pikirkan. Tak banyak, atau kau ingin aku mencelakai istrimu yang sedang hamil besar," ancam Dilla.

"Jangan coba menyentuhnya. Jika tidak, aku bisa merebut apa yang kau miliki dengan mudahnya. Kau ingin bukti dari apa yang aku katakan?" Yudanta tak ingin lebih dekat dengan Dilla, dia tak tau apa yang sedang dipegang oleh wanita gila itu.

"Oh ... tenanglah. Kau tetaplah menjadi atasan saat seperti ini. Galih tak berguna itu hanya membuatku harus mengemis di hadapanmu saat ini," ucap Dilla.

"Bukankah sejak dulu juga begitu. Aku rasa kalian menjatuhkan harga diri kalian demi uang. Aku apresiasi itu, jadi katakan apa yang kau rencanakan. Saat kau tak ingin mengatakannya, sebaiknya kau pergi. Aku tak mau melihatmu lagi," sahut Yudanta. Dia tak takut, cukup sekali saja dia kecolongan atas apa yang Dilla lakukan karena wanita gila.

Yudanta mendengarkan apa yang Dilla rencanakan, namun dari ini Yudanta memiliki niat. Jika dia bisa membuat Dilla tertunduk padanya. Dia akan dengan mudah melawan Galih.

"Hanya itu? Aku akan berikan tapi dengan syarat memberikan bagian yang akan aku dapat dari hasilmu," ucap Yudanta. Dia percaya jika Dilla pasti akan melakukan kecurangan. Dia sama-sama gilanya dengan Galih, jadi jika apa yang dia dapat dibagi dengannya, itu akan sulit.

"Kau sengaja menjebakku agar tunduk padamu?" Dilla menatap tak setuju dengan keputusan Yudanta.

"Terserah saja. Lalukan apa yang kau mau, aku hanya menawarkan itu. Pikirkan baik-baik, huhungi aku jika kau menerimanya," tutur Yudanta. Dia memilih beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Dilla.

Jika rencananya kali ini berhasil, Yudanta akan pastikan Dilla harus tunduk padanya. Entah rencana apa yang ingin dia lakukan saat Yudanta berharap lepas dari pekerjaan ini.

"Sudah masuk?" tanya Yudanta saat sampai di rumah sakit.

"Baru masuk, Tuan," jawab penjaga yang bersama Dara saat Yudanta meninggalkannya bertemu dengan Dilla.

Yudanta segera masuk dan duduk di samping Dara yang sedang mendengarkan penjelasan Dokter. Tatapan Dara begitu khawatir pada Yudanta yang baru masuk.

"Ada apa?" tanya Yudanta.

"Apa Dara belum mengatakannya padamu tentang kondisi kehamilannya?" tanya Dokter yang memang saudara Anggun, itu sebabnya mereka terlihat akrab.

"Memangnya ada apa, Dok?"

"Istrimu mengalami Placenta praevia atau plasenta previa adalah kondisi di mana plasenta bayi menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir bayi (mulut rahim). Kondisi ini juga  dapat menyebabkan perdarahan hebat baik sebelum maupun saat proses persalinan. Bukankah dia sering mengalami kram? Kalau bisa kita lakukan tindakan operasi secepatnya, tidak bisa menunggu lagi," jelas Sang Dokter. Yudanta langsung menatap istrinya saat mendengarkan penjelasan Dokter.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang