93

477 17 3
                                    

"Yuda memiliki rencana dengan membebaskan Paman sekarang. Dia mencurigai kematian kakeknya," jelas Dilla pada sang Paman yang baru keluar dari tahanan, seperti yang Yudanta katakan.

"Aku harus mencari Juan, aku tidak bisa hancur sendiri. Ini semua karena dia, dan dia juga yang harus bertanggung jawab. Yuda tidak boleh sampai tau dia di mana, karena dia hanya ingin tau kakak iparnya itu dariku," sahut Galih.

Dia dibebaskan bersyarat, Leo yang membantu Yudanta bisa keluar penjara. Entah rencana apa yamg sedang Yudanta jalankan. Namun, bukankah dengan adanya Galih, itu akan membuat istrinya celaka. Belum lagi Juan dibantu Galih, walau sekarang Galih tidak bisa maksimal karena tidak bisa memprovokasi seperti pada Kaito.

"Kau gagal untuk menghancurkan persahabatan mereka. Padahal itu hal yang mudah, kebodohanmu itu karena kau terobsesi pada Yuda," ucap Galih.

"Paman sendiri tak memberiku sepeser pun saat aku juga yang kau buat repot. Jika ini bukan tentang apa yang Yuda miliki, aku tak akan sudi. Haruskah aku bunuh saja dia?" tanya Dilla tanpa bersalah.

Menjadi penguasa yang Dilla harapkan. Padahal dia tau pamannya juga mengharapkan itu. Akan seperti apa nantinya, mereka pasti akan berebut jika memang apa yang Yudanta miliki, mereka dapat. Dia memang berbeda dari perempuan yang lain. Dia terobsesi menjadi memimpin yang bisa membuat orang tunduk padanya. Dengan cara licik, dia akan membuat orang yang bersamanya menjadi umpan.

Dalam benaknya, penawaran Yudanta sepertinya bagus. Dia bisa memiliki semua harta dan kekuasaan milik Yudanta dengan menyingkirkan dalang kematian kakeknya.

"Kenapa kau malah melamun, apa kau merencanakan sesuatu?" tanya Galih.

"Tidak, hanya saja aku berpikir jika aku yang menjadi istri Yudanta, bukankah akan sangat mudah aku mendapatkan semua itu," jawabnya dengan senyum liciknya.

"Kau saja tak becus. Kau hanya bisa mengertak tanpa berpikir panjang. Kalau kau bisa, harusnya obat yang kau suntikkan itu bukan obat tidur, tapi racun. Jangan menggunakan perasaan saat ambisimu ingin mendapatkan apa yang anak sialan itu punya. Kau tidak berguna." Dilla menatap tak terima saat pamannya terus saja bicara menyudutkannya. Jujur saja dia sakit hati, namun jika dia melawan pamannya, apa yang bisa dia lakukan seorang diri.

"Fokus pada tujuan kita." Setelah mengatakannya, Galih pergi. Hari ini menjadi hari kebebasannya. Meski tau ini rencana Yudanta, namun dia tetap harus menikmati waktunya.

Dilla sama liciknya, seperti yang dikatakan Yudanta. Mereka hanya seorang penjilat. Tidak bisa hidup tanpa menjadi benalu orang lain. Perlakuan Galih pads Yudanta saja bisa sesadis itu, tapi tidak pernah Yudanta membalasnya. Karena itu semua juga permintaan kakeknya.

***

Di kediaman Yudanta Wijaya. Seorang ayah baru sedang menatap istrinya sedang mengurus Alana, putrinya. Walau ini hal pertama untuk Dara, namun dia sudah sangat ahli mengurus putrinya sendiri.

Dalam pikirannya, banyak tekanan yang Yudanta pikirkan. Akan tetapi dia harus tenang, agar istrinya tidak khawatir. Ketakutan pasti ada, hanya saja dia yakin dengan tindakan yang akan dia lakukan demi membuat mereka masuk perangkapnya.

"Ada apa, Mas?" tanya Dara saat melihat suaminya hanya banyak diam.

"Tidak. Lucu saja melihatnya malah tidur padahal kau belum selesai mendandaninya," jawab Yudanta. Senyum manis itu tersungging dibibirnya. Sorot matanya tak bisa berbohong, dia sedang menikmati menjadi ayah baru.

"Bukankah dia seperti ayahnya. Jago tidur," sahut Dara. Dia mengendong putrinya dan menyerahkan pada sang suami.

"Aku ingin kalian hidup layak, tanpa ada tekanan ataupun rasa takut." Sambil menatap Alana, Yudanta berharap anak dan istrinya bisa selamat dan bahagia seperti keluarga harmonis.

"Kita sudah hidup layak, Ayah. Itu juga karena Ayah. Kenapa bicara seperti itu. Apa yang membuat Mas banyak diam akhir-akhir ini?" tanya Dara. Sambil membereskan pakaian bayinya, Dara mengajak suaminya bicara.

Yudanta diam. Dia menatap lekat putrinya yang sedang memejamkan mata. Tak lama suara ketukan pintu terdengar, itu Kale meminta Yudanta untuk turun karena ada Leo.

"Aku mau semua bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Aku tak bisa membeberkan hasil visum itu saat pihak polisi memiliki hasilnya juga, meski itu palsu. Kita lakukan seperti rencanaku. Jika dengan ini tidak bisa membuat mereka berhenti, aku sendiri yang akan menghentikan ini semua." Yudanta sedang bicara serius dengan Leo.

Mungkin memang kakeknya tidak pernah bersikap baik padanya, tapi dia tetaplah keluarga. Memberikan kenikmatan meski itu dari pekerjaan yang tidak baik. Semua karena hasutan Galih yang terus ingin Kaito membenci cucunya sendiri.

"Dan lagi, jika aku bisa membuatnya menerima apa yang sudah dilakukan. Biarkan aku pergi. Aku tak ingin hidup selamanya seperti ini. Aku ingin bahagia dengan keluarga kecilku," pinta Yudanta.

"Ini semua milik Anda Tuan. Lalu siapa yang akan memiliki ini semua?" tanya Leo.

"Kau bisa berikan pada yayasan atau siapapun yang berhak untuk diberi. Mereka yang lebih membutuhkan. Aku tak ingin membuat putriku takut dengan ayahnya sendiri karena menjadi berandalan. Feeling ku berbeda saat aku akan tetap di dunia ini. Yang ada aku kehilangan mereka," tutur Yudanta.

"Tapi, Tuan--"

"Yang penting sekarang, kita jalankan rencana kita. Urusan ini semua, bagaimana nanti. Aku saja belum tau akan seperti apa, selamat atau tidak. Karena saat aku mengambil keputusan ini, itu artinya aku menyerahkan nyawaku," sahut Yudanta. Dia sudah yakin dengan apa yang dia rencanakan. Dia juga sudah matang memikirkan ini semua.

"Nanti jika aku yang tiada. Kau yang harus melindungi keluargaku dari mereka. Hal seperti saja menjadi rebutan, kalau bukan karenamu. Aku akan memberikan ini pada mereka," jelas Yudanta.

"Setidaknya buat usaha yang legal itu aman dalam genggaman Anda, itu yang harusnya Anda lakukan," ucap Leo.

"Aku tak segila Galih tentang harta. Tapi aku tak rela semua ini jatuh padanya begitu saja. Entahlah," ungkap Yudanta. Dia tak bisa membarikan semua ini pada Dara ataupun putri kecilnya. Bukankah itu sama saja meminta mereka menjadi sama seperti dirinya.

Luka hati atas perlakuan Galih sepertinya yang membuat Yudanta ingin membuat Galih ataupun Dilla bertanggung jawab atas perbuatannya. Biarkan semua yang kakeknya bangun berantakan, asal dia bisa membuat anak dan istrinya hidup layak. Tanpa melakukan ataupun mengenal tindakan kriminal. Cukup Yudanta yang mengenal dunia gelap itu, tidak dengan anak dan istrinya. Itupun jika dia bisa selamat melawan Galih, karena tak semudah menyingkirkan tikus.

"Tentang Juan, apa kau sudah mendapatkan kabar darinya?" tanya Yudanta.

"Saya masih mengusahakan. Dia sepertinya menganti identitas atas bantuan Galih, tapi saya pastikan dulu," jawab Leo.

"Aku berharap dia memang tiada," sahut Yudanta.

Budak Nafsu (Ketua Gangster)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang