Jadi, akhirnya, selesai dari mengantarkan GYana ke day care, aku langsung menuju ke coffeecoustic dulu. Gyan memang minta aku, supaya ke kantor dia aja, cuman, aku kok ngapain juga nongkrong di kantor suami, dari pagi sampai sore? Akhirnya aku ke coffeecoustic, ngecek keadaan sekalian bicarain masalah re-branding sama anak-anak.
Deden si sad boy karena mantan tunangan, udah di pinang lelaki lain. Sekarang duduk di hadapanku. Aku jadi bingung, gimana mau memulai pembahasa ini. Sementara Johannes sama Angga lagi beda shift, tapi Angga janji, mampir sebentar.
Angga punya usaha distro, jadi, kalau dia lagi gak jaga disini, dia urus distro kecil-kecilannya. Basisnya lebih ke online, cuma dia juga buka offline store kecil, di garasi rumah orang tuanya. Bukan aku ngeledek usahanya, tapi kan usaha memang ada berbagai skala. Untuk ukurang coffee shop, tempat ini juga termasuk kecil-kecilan sih. Dibanding usahanya Zara, yang udah mau nembus franchising untuk lini bakerynya.
"Sehat, Den?" Tanyaku, karena sudah membaca, kemendungan wajah Deden. Deden yang dari tadi menunduk sambil menatap hp nya, mendongak sedikit dan senyum tipis banget. "Sehat, Mbak." Jawabnya lesu. Dia akhirnya meletakan note booknya di atas meja kerjaku dan berdehem, seperti berusaha melegakan dirinya sendiri.
"Den, aku manggil kamu kesini, karena kan, kamu udah tahu kan? Kalau Mas Gy itu, mau coffeecoustic di re-branding? Kita mau berubah konsep. Yang tadinya, coffee shop dengan tema live music, di setiap weekend. Terus udah berubah lagi, jadi co-working space. Dan sepertinya, belakangan ini co-working space kita cenderung sepi, terutama kalau weekend.,
Memang sih, kalau aku perhatikan nih ya? Sebenarnya, co-working space dengan menyediakan ruangan-ruangan khusus gitu, agak kurang diminati. Karena, mereka harus bayar ruangan + makanan dan minuman. Sedangkan, mereka kalau bayar co-working space sendiri diluar sana? Mereka bisa bawa tumbler dan makanan sendiri dari rumah. Lebih ekonomis.,
Segmen pekerja lepasan dan mahasiswa kita, rata-rata gak merasa terganggu, kerja di keramaian, karena orang sekarang, kalau kerja juga telinganya disumpal. Dan ramainya hanya pagi, sampai menjelang makan siang. Kalau mahasiswa, hanya sore.,
Weekend aku lihat sepi. Panggung kita juga udah kosong lama banget." Aku menghela nafasku lelah, karena lagi-lagi, aku harus merombak bisnis ini, supaya enggak tutup. Yang mana, harus merubah konsep.
"Mas Gy juga sih." Dan aku malah cemberut. "Dia sama temannya, malah co-ownership buat buka co-working space beneran. Kata dia, potensial banget." Protesku dan Deden hanya terkekeh sambil nunduk "Tapi kan, jauh Mbak sama lokasi kita. Dan lagian, bagus dong, bisnis Mas Gyan, semakin berkembang. Dari pada, Mas Gyan, karirnya mandeg disitu-situ aja? Gak bisa bergerak banyak buat kehidupan. Enggak enak lho Mbak, gak punya banyak kesempatan, untuk mengembangkan karir." Jawaban Deden, sukses bikin aku yang lagi meringis sambil mengusap lembut perutku, karena si Adek lagi salto-salto di perut, otomatis nengok dan menatap Deden. Kok, jadi ngelantur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby Crib Journey
RomanceKhusus buat yang masih mau lihat lanjutan OLAGYAN dan ekor-ekornya. find out yourself inside. Ini hanya kumpulan extra parts dari OLAGYAN jadi bisa update kapan aja, bisa juga berhenti kapan aja. so enjoooy