I'M JUST BEING A FATHER!

3.5K 459 234
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yuukks!!! 600 Votes and 300 comments. NO SPAM COMMENTS!!



Gue akhirnya sukses juga pamitan dari rumah Pak Adit, setelah terjadi proses tarik-tarikan sama Gyana, karena si menul-menul ini masih kepingin main perosotan, setelah dia sukses menggenggam sebutir bapau isi ayam kecap. Gue yang akhirnya jadi kejar-kejaran sama anak gue, didalam rumah orang, lengkap dengan tangisan dan air mata berderai-derai? Yang punya rumah dapat bonus dikit... Gyana pup.

Malu? Yah, gimana?

Kalau mau jujur rasanya pasti ada malu-malunya. Yah Alhamdulillah, ini anaknya masih dua tahun, ya? Alhasil, gue cuman bisa meringis numpang toilet, untuk ganti popoknya Gyana.

Gue menggendong heboh Gyana ke toilet, karena takut keburu semerbak kemana-mana. Yang mana, akhirnya beneran kejadian. Si sarapan telor dadar, membuahkan hasil, aroma aduhay kemana-mana. Pak Adit dan istri, kenapa juga posenya harus berdampingan di pintu geser dekat kolam renang, sambil menggendong putri bungsu mereka.

Akhirnya gue harus melewati mereka dan 'Waduuuh.' Celetukan spontan Pak Adit, sambil tertawa, karena memang aromanya sreeeeeeeng banget.

Istri pak Adit juga hanya tertawa melihat kami. Gyana juga cengar cengir bodo amat.

Emang Gyana belum lulus toilet training? Kalau dirumah, Gyana sudah mulai lancar sih, mau pup, sempat kita angkat ke potty. Buang air kecil juga, setiap 30 menit sekali, kami dudukin di potty. Sambil kita jelaskan situasi yang terjadi, ini pup apa pipis? Cuman yah gitu, rasa sama laporannya masih suka gak singkron.

Tercatat gue udah kurang lebih tiga kali, mengeakuasi pup gelinding di lantai kamar mandi, karena Gyana dengan muka memerah menuju ngedennya, bilang 'Annnnaaaa pppppuuup' dengan suara menggeram, itu diucapkan ketika posisinya benar-benar udah diujung. Belum sempat gue dudukin di potty, sudah ada yang meluncur dengan mulusnya.

Ola? Cuman bisa ngempet ketawa. Karena jelas bukan dia yang harus bersihkan. Gimana mau bersihkan? Perut sebesar itu?

Gue? Cuman bisa nyengir. Karena lagi-lagi itu jatahnya Baba.

Gyana? 'Aaaaaaaaahhh...' karena perutnya lega, lalu ditutup cengirang dan tepuk tangan 'Hoyyeeeee Ana pinnttaaal? Iya Baba? Ana pintal?' karena memang selalu kami puji 'Gyana pintaaar, pipis di toilet gak di popoook.' Sambil tepuk tangan heboh.

Yasudahlah, hitung-hitung, kenangan nanti di hari tua, kan? Mungkin, ketika gue menjabat tangan pria yang entah nanti siapa, yang berani-beraninya ngucap ijab qabul atas Gyana? Mungkin setelahnya gue akan menangisi hari-hari itu. Hari gue menggendong, nyebokin, nyuapin, diompolin, ketablok tangan gempal, iler wanginya, bersin tepat dimuka guenya, bahkan tendangan aduhaynya ketika gue kelonin.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang