MAKANYA JANGAN NAFSU!

3.2K 422 143
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Gue berjalan bersisian dengan Ola, menyusuri lorong rumah sakit yang gak terlalu ramai ini. Taufan sebenarnya memilih Rumah Sakit swasta, yang masih menerima BPJS. Cuman, entah kenapa, gue merasa, sepertinya mereka entah gengsi entah kenapa, untuk enggak pakai BPJS.

Gue akuin, dulu Taufan kerja di perusahaan swasta, yang benefit kesehatannya besar banget jumlahnya. Gue waktu itu jenguk Kenes melahirkan, dia pakai kamar VIP itu, di cover sepenuhnya sama perusahaan, termasuk biaya persalinannya. Itu waktu zaman Taufan masih cinta-cintanya sama Kenes.

Ola menenteng kantong belanjaan berisikan aneka roti dan pudding.

Gue merangkul pinggang Ola dengan mesra, karena dari tadi ada dokter-dokter muda yang lewat, sempet-sempetin lirik ke Ola. "Eh, maaf bu." Seorang dokter laki-laki, gak sengaja nyenggol lengan Ola. Tas Ola yang tadi dia cangklong di pundak, melorot dan jatuh tepat di samping dokter yang gue akuin, macem dokter-dokter ganteng di sosial media itu.

Yang nanti isian sosmednya, dia lagi nyetir sports car, brewok tipis, fotonya sok cool, sambil pamer jam tangan mahal dan bodynya fit bikin wanita kejang-kejang. Ganteng banget emang.

"Maaf, biar saya yang ambilkan." Katanya dengan suara seksi ala-ala Mas Andra gitu. Pasti kalau nyanyi dia fals juga kayak Mas Andra. Apa mendingan gue jawab dengan nyanyian? Biar suara bariton seksinya, ketelan sama suara keren gue kalau nyanyi? Entar gue disangka Saipul Jamil lagi, ujug-ujug nyanyi.

"Gak apa-apa dokter, saya saja." Ola mau jongkok tapi ribet sama bawaan. Gue akhirnya jongkok dan buru-buru ambil tas Ola, yang memang bentuknya tanpa ritsleting gitu. "Gak papa, saya saja dokter. Saya suaminya." Penting banget Gy. Selamat, anda hebat!

Gue bertemu pandang dengan dokter yang ganteng ini. Umur? Kayaknya akhir 20an lah. Brondong-brondong gini kan, gue khawatir tipenya Ola ya? Buktinya Ola mau sama gue.

Gue baca name tag nya, namanya dokter Arganta Adhitama Naim, spesialis jantung. Diiiih...nama sama gelarnya ganteng bener.

"Saya mohon maaf ya, Pak? Saya terburu-buru, karena dipanggil senior saya untuk mendampingi pemeriksaan." Jelas dokter ganteng itu, tanpa gue minta. Gue tersenyum sambil mengangguk dan mau angkat tas Ola, malah tumpah semua ambyar. Sampai ada mainan kecrek-kecreknya Gyana aja ngegelinding keluar dari tas Ola, menimbulkan bunyi krecek-krecek sambil bola itu ngegelinding entah kemana.

Gue sama dokter Arga itu, akhirnya malah kejar-kejaran sama bola warna warni dengan bunyi gemerincing heboh itu. Gue sempat dengar Ola 'hedeeuuuh' di belakang gue. Akhirnya dokter Arga, yang menang umur dari gue, yang berhasil ngejar bola super ramai itu.

Dia berjalan macem model cat walk, sambil nyerahin bola itu ke gue dengan sopan. Tas Ola sendiri, akhirnya dirapihin sama Ola sendiri. "Ini, Pak." Serahnya dengan sopan, sambil sedikit membungkukkan badannya. Ola tersenyum ramah sambil bilang "Maaf merepotkan dokter." Kata Ola dan dokter itu melirik ke Ola sambil senyum juga.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang