Are You Ready?

4.9K 554 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari yang gak akan pernah gue lupa adalah, hari dimana gue dan Ola bawa pulang Gyana. Gue merasa, hari itu adalah hari dimana gue dan Ola benar-benar gunting pita selamat datang pada kehidupan menjadi orang tua.

Gue bahkan ingat setiap detail dari proses kepulangan kami dari Rumah Sakit.

Total kami dirumah sakit itu kurang lebih tujuh hari, karena Gyana sempat disinar dulu selama dua hari. Hari dimana Ola nangis kejer, karena enggak ngerti maksud dari bayi bilirubinnya tinggi. Sebenarnya dokternya jelasin sih, tapi Ola keburu kejer-kejer duluan nangisnya. Jadi dia gak dengerin.

Makanya gue tenang, karena gue yang akhirnya dengarin penjelasan dokternya. Jadi bilirubin Gyana itu agak tinggi dari batas normal. Sebenarnya gak berbahaya, tapi untuk saat itu aja. Dokter gak mengizinkan Gyana dibawa pulang dulu, karena dokter mau Gyana pulang dalam kondisi benar-benar baik.

Dokter menjelaskan, kalau gak di terapi sinar dan dipakaikan billy blanket, dikhawatirkan bilirubin meningkat tajam ketika bayi dirumah dan orang tua baru, gak menyadari perubahan pada bayi. Sering terjadi, bayi sudah terlalu tinggi bilirubinnya dan terlalu kuning, akhirnya terjadi kerusakan organ hati dan bayi meninggal.

Tapi yang dengar cuman gue, Ola enggak. Dia keburu nangis kejer-kejer begitu di bilang Gyana kuning dan harus disinar dulu. Yaudah, paling enggak gue dengar dan gue siaran ulang ke Ola, setelah dia tenang. Ola sesenggukan sambil duduk ditepi brankar dan masih gue peluk "Nanti nenenya gimana?" Tanyanya dan gue mengusap lembut kepala Ola sambil sesekali gue cium "Kata dokter, kamu sering-sering pompa. Gyana gak boleh kelamaan dikeluarin dari tempat sinarnya. Nanti suster kamar bayi yang bantu minumn ASI kamu, ke Gyana pakai alatnya. Gyana tetap dapat ASI.,

Makanya, kamu coba tenang, nanti ASI nya kata dokternya bisa turun. Hasil pompaan kamu, waktu semalam payudara kamu bengkak sudah bagus banget kata susternya. Sudah banyak untuk usia bayi masih lima hari.,

Ayo semangat dong, Mama." Gue mencium kepala Ola lagi dan Ola malah nangis sesenggukan lagi.

"Pasti gara-gara telat aku nenenin, Mas..." Rengeknya lagi dan gue menggeleng sambil mengusap-usap kepalanya lagi "Enggak, Sayang. Kamu gak telat ngasih dia ASI. Kan susternya sudah bilang, Gyana lagian hari ketiga udah bisa nenen sama kamu, kan?" Tanya gue dan Ola mendongak dengan muka basah kuyup. Ini Gyana nanti kalau nengis seheboh Mamanya gak ya? Gaya-gayanya sih iya.

"Dia nenen tuh gak lebih dari lima belas menit lho, Mas. Padahal kalau cerita teman-teman, mereka nyusuin bisa sampai ketiduran karena gak selesai-selesai." Jawabnya dan gue ketawa sambil mengusap pipinya yang basah. Gue narik tissue dan jepit hidung Ola, karena dia nangis sampai ingusan pemirsa.

Ola untung masih inget, buat buang ingusnya sendiri. Gak pasrah aja gue jepit hidungnya dan biarin gue yang buangin ingusnya.

"Sayang. Kan suster sudah bilang, malah sampai kasih lihat kamu chart nya. Berapa Ml yang Gyana butuhin saat ini asupan ASInya? Sedikit banget, kan? Makanya nenennya cuman sebentar dia udahan. Ya karena sudah kenyang, Sayang." Jelas gue dan Ola masih sesenggukan walau dia mulai tenang "Kata dokter juga kan, Gyana itu disinar, supaya pulang bilirubinnya kadarnya aman. Yang penting, banyak dijemur kalau pagi, terus disusui sering-sering, nanti lama-lama terbuang sendiri." Gue mengusap kepala Ola dan mengusap keningnya.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang