BOSAN?

3.4K 355 169
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aku pernah dengar ada yang bilang, tanda-tanda seorang pria gak akan menjadi suami yang baik ada beberapa. Diantaranya adalah, tidak menunjukan kasih sayang yang nyata, tidak mau memenuhi kebutuhan pasangannya, pria yang tidak mau menundukan pandangan dan yang terakhir yang terpenting adalah pria yang bersikap kasar.

Kalau kita menemukan tanda-tanda seperti ini pada pasangan kita, sebaiknya mundur saja. Ini sih pendapatku. Lupakan bucin, kedepankan logika. Pernikahan itu perjalanan yang panjang, bisa enak, bisa gak enak. Bisa naik, bisa turun. Bisa baik, bisa buruk.

Bisa susah, bisa senang.

Jadi, stabilitas emosi itu buat aku penting, buat menjalankan pernikahan. Terutama tanggung jawab.

Ada juga yang bilang, menilik hati lelaki itu, dari bagaimana dia memperlakukan ibunya. Gyan memperlakukan Ibunya dengan sangat baik. Walau ada juga kasus dimana, memperlakukan Ibu dengan sangat baik, tapi enggak ke istri. Itu yang aku takutin dulu, waktu aku diajak ketemu Mamanya Mas Ibra. Aku punya perasaan yang gak enak.

Bukan nuduh Mas Ibra jahat, tapi, kayaknya aku tebel hati dan telinga, kalau nikah sama Mas Ibra. Mas Ibra gak bakalan membela aku semestinya, kayaknya. Dan pastinya, Mas Ibra bakalan mengharapkan istrinya bisa ngikutin kemauan ibunya, yang mungkin bakalan gak cocok, atau harus aku paksa cocok-cocokin. Yang mana aku... enggak senurut itu. Tahu diri aja.

Waktu pertama dikenalin dengan Mama mertuaku, aku bisa lihat pancaran kasih sayang Gyan ke Ibunya. Cara Gyan nanya 'Mama makan apa?' terus cara Gyan mencium tangan lalu pipi Ibunya. Cara Gyan memastikan mereka pulang dengan selamat. Aku bisa lihat gimana Gyan sayang sama Ibunya. Tapi, Gyan juga gak lupa, kalau ada aku disitu. Gak lantas aku dikacang gorengin dan seolah aku harus berusaha sendiri, untuk bisa blending sama keluarganya.

Walau hari itu, sempat terucap kalimat kurang menyenangkan... dimana Gyan mempersilahkan Gendis menikah duluan, yang langsung dihardik Mama mertuaku, karena merasa sungkan. Ada aku disitu, kok nyuruh adiknya nikah duluan. Sebenarnya, sisi positifnya disitu aku bisa merasakan Mama Dewi, gak bakalan biarin Gyan melukai aku. Negatifnya.... Gyan gak yakin mau nikahin aku.

Salah satu pertimbanganku, langsung meninggalkan Gyan begitu aku tahu dia bersama Kharisma main belakang... ya itu. Gyan memang gamang menikahi aku. Mau tapi gak mau susah sama-sama. Makanya, dia mudah nyerong.

Tapi... hari dimana aku bertemu keluarga Gyan juga bisa menjadi tolak ukur, kalau Gyan gak segan menyayangi. Ditambah Gyan yang cukup perhatian sama aku di fase awal kebersamaan kami.

Aku baru benar-benar yakin sama Gyan, setelah kami nyaris dua tahun lamanya putus. Satu tahun 100% putus dan satu tahun menggantung gak jelas. Tapi, di tahun kedua itu, Gyan gak lelah nunjukin niat dan keseriusannya. Niat nunjukin perubahan sikapnya. Dia nunjukin jelas-jelas keinginannya ke aku. Nunjukin jelas-jelas kalau dia sayang sama aku.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang