Trigger warning.
Bakalan bikin nangis sedikit, ya.
*****
Bang Adrian akhirnya berpamitan ke Zara. Ketika berpamitan, tentu adegan syahdu diperlihatkan kembali. Gak lebay gimana-gimana sih, cuman mereka tuh kalau lagi bersama, memang kerasa banget harmonisnya. Kelihatan banget saling mengisinya, saling menghormatinya. Zara mengantar Bang Adrian sampai ke mobilnya lagi, mencium punggung tangan dan kali ini Bang Adrian menyentuh lembut belakang kepala Zara, untuk mencium kening, lalu puncak kepala istrinya. Ditutup dengan usapan lembut di puncak kepala dan pipi, lalu bang Adrian berangkat.
Zara yang memintaku menunggu di lobby day care, berlari kecil diatas sepatu wedges yang tingginya kurang lebih 7cm itu. "Maaf ya, nyuruh nunggu." Ucapnya lembut dan santun banget. Zara menepuk lengan bajunya dan menengok ke balik pundaknya. Hujan gerimis mulai turun.
"Buru-buru gak? Pingin ajak sarapan bareng dulu. Eh brunch sih yah, kalau jam segini. Aku belum sempet sarapan dari pagi." Jelasnya dan aku melihat pergelangan tangan.
"Mmm... boleh deh, ayok. Mau dimana?" Tanyaku ke Zara dan Zara nunjuk ke arah kantornya dan mengamit lenganku "Disini aja deh. Hujan, nanti malah kena macet. Aku tadi order beberapa makanan. Tenaang, gak ada bau daun bawang kok. Bisa, kan?" Tanyanya dan aku mengangguk.
Bolehlah, datang habis zuhur aja ke coffeecoustic. Kegiatanku hari ini, hanya cek pembukuan café dan penjualan NALA. Aku bakalan nunggu sampai closing di jam sembilan malam. Khusus malam minggu, biasanya Gyan yang datang kesana, nunggu sampai closing di jam sepuluh malam. Sejak ada Gyana, Gyan gak izinin aku nongkrong lagi sampai malam disana.
Setelah proses utak atik, obrak abrik, rombak sana rombak sini, kami batal membuat nuansa family restaurant untuk coffeecoustic. Kami putuskan justru, coffeecoustic kita fokuskan ke penjualan varian minuman, makanan dari hot kitchen dengan menu yang lebih dirampingkan hanya menjual yang best seller saja, pastry dan tidak ada lagi menu snack atau finger food. Pengemasan juga lebih siap untuk di takeaway.
Berhubung lahan sudah milik pribadi, jadi kami biarkan dulu beberapa bagian kosong dan akan kami pikirkan kembali untuk penggunaannya. Yang penting, penjualan naik, bukan varian yang bertambah. Karena, kalau diperhatikan, fenomena coffee shop sekarang, mengusung tema praktis dan simpel.
"Bu, ini pesanannya sudah datang." Seorang security datang membawa dua kantong paper bag. Zara menerimanya dan kami melanjutkan langkah kami menuju kantor.
"Si Abang..." Kalimat pembuka Zara, ketika kami masuk ruangannya dan dia mengajakku duduk dan meletakan kotak-kotak makanan di atas meja kaca kecil di depan kami. "Dinas ke Bandung mendadak, gantikan Mas Ale, karena Mas Ale mendadak sakit. Jadilah dia subuh-subuh langsung kasih tahu aku, dia harus ke Bandung. Grabak grubuk deh pagi-pagi, atur supir yang siap keluar kota nginap, atur barang bawaan, eh berujung malah tote bag isi perlengkapanku yang ketinggalan di mobil Abang. Sebenarnya kebawa sama supir, diangkut ke mobil Abang, disangka barang bawaan Abang." Zara menjelaskan, sambil tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby Crib Journey
RomanceKhusus buat yang masih mau lihat lanjutan OLAGYAN dan ekor-ekornya. find out yourself inside. Ini hanya kumpulan extra parts dari OLAGYAN jadi bisa update kapan aja, bisa juga berhenti kapan aja. so enjoooy