"Lihatinnya, kenapa sambil nangis?" Tanya gue ke Ola yang lagi menyangga kepala dengan tangannya, ngelihatin bayi di tengah-tengah kami berdua, dengan air mata yang gak berhenti beleleran itu. Gue cuman bisa ketawa sambil mengusap lembut kepala Ola dan sesekali menyeka air matanya yang terus aja terjun.
"Mas Gy niih! Enggak peka!" Omelnya sambil sekarang dia menyeka air matanya sendiri dengan kesal. Yang di tengah, dari tadi bodo amat, tetap asik dengan alam mimpinya, sambil tangannya terentang bebas dan kakinya melebar kesana kemari semau dia. Masih berbalut piyama jumpsuit bermotif telur ceplok di sekujur tubuhnya.
"Uuu...Oyangnya Babaaa..." Kata gue dan Ola ngeplak lengan gue pedes banget. gue cuman bisa meringis sambil menggosok lengan gue sambil menatap penuh protes ke Ola. Ola cuman membalas tatapan gue sambil manyun, hidung sentrat sentrut dan air mata masih berlinang-linang.
"Ya kan...mellow tahu rasanya!" Protesnya lagi dan gue akhirnya bangkit dari posisi gue. Sedikit merangkak melintasi si bayi telur ceplok, untuk mendekat ke Mama ceplok. Eh maksudnya ke Mama Nen. Eh maksudnya... Mamanya Gyanaaaaa. Hehehehehe, lupa, udah enggak dipanggil Nen lagi si Mama.
Gue memposisikan diri di belakang Ola dan memeluknya. Akhirnya kami berdua duduk bersila, dengan gue memeluk Ola dari belakang dan menyandarkan dagu gue di bahu Ola. Gue mengusap lembut perut Ola, yang dulu ada rumah bagi Gyana selama sembilan bulan lamanya.
Jujur... gue sendiri juga mellow. Hari ini, satu tahun yang lalu, gue sama Ola lagi menginap di Rumah Sakit. Berduaan aja, walau sebenarnya bertiga, cuman Gyana masih di dalam perut. Masih kami panggil si nugget. Satu tahun yang lalu, perut Ola besar banget, yang ternyata isinya juga memang sebulat itu pas lahir.
Gyana Amaranggana Ahmad, putri kecil kami, anugerah terindah dalam hidup kami. Cinta kasih kami berdua, yang hadir benar-benar disaat yang terindah. Buah kesabaran Ola dan gue, dalam menghadapi berbagai cobaan. Hadiah dari Allah, yang setiap detiknya, selalu kami syukuri datangnya.
"It's been a year.." Bisik gue di telinga Ola dan Ola kembali terisak-isak. Gue terkekeh dan mengusap perut Ola dengan lembut "Dulu.... dia disini, ya?" Bisik gue lagi dan Ola semakin merengek karena dia semakin mellow. Iya..gue sedikit gangguin dia juga sih. Karena momen Ola mellow gini tuh lucu. Walau, gue sendiri juga mellow our baby ginyanya udah mau pecah telor.
"Jam berapa waktu itu, Yang?" Tanya gue ke Ola dan Ola menarik nafasnya sambil ada suara ingus kesedot dikit "Sepuluh lewat lima belas menit." Jawab Ola dengan suara yang parau, sedikit berbisik karena si bayi piyama telor ceplok, sekarang ngulet dan bobonya miring, menghadap ke kami. Mulutnya, seperti biasa enyot-enyot dan jari-jari gendutnya, nguwek-uwek sprei lalu dia kembali pulas.
Mata yang dihiasi dengan bulu mata yang panjang dan sedikit lentik itu, masih terpejam rapat. Pipi yang ketimpa sebelah sampai menjret, seolah dia bobo di atas pipisnya. Paha montok bermotif telor ceplok, menyilang di atas kaki lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby Crib Journey
RomanceKhusus buat yang masih mau lihat lanjutan OLAGYAN dan ekor-ekornya. find out yourself inside. Ini hanya kumpulan extra parts dari OLAGYAN jadi bisa update kapan aja, bisa juga berhenti kapan aja. so enjoooy