TANGGUNG JAWAB BESAR! (Pt.1)

2.1K 226 71
                                    

Alhamdulillah, setelah lewat dari enam jam dari obat demam yang kedua, Gyana demamnya benar-benar hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhamdulillah, setelah lewat dari enam jam dari obat demam yang kedua, Gyana demamnya benar-benar hilang. Walau tetap masih banyak gue gendongin, supaya enggak petakilan juga. Ola juga jadi lebih awas sama asupan cairan Gyana, yang jadinya kayak parno.

"Udah, kamu banyak istirahat dulu. Nanti acaranya kan, bakalan banyak terpusat sama kamu. Kamu kecapekan nanti." Gue mengusap kepala Ola dengan lembut, karena Ola dari tadi sibuk wara-wiri memastikan semua sudah rapih, sambil ribet banget, Gyana tadi makan apa? Gyana sudah minum belum? Dan lain sebagainya.

"Tadi, Gyana cemil apa? Ini Resti batal datang. Anaknya yang kedua, habis demam diare. Duh... Gyana diperhatikan ya Mas, pupnya. Jangan asal cebokin aja." Ola dan kecemasannya, tiap dengar anak orang lain sakit. Tapi, gue hanya memeluk dia singkat dan bisikin "Iyaaaa. Udah. Sekarang siapin diri kamu aja. Sana naik ke atas." Gue mencium kepalanya sambil mengusap lembut rambutnya.

Gyana sendiri, lagi sok ikut mandorin tukang pasang kursi dan meja bundar, sambil digendong Cucung. Masih kekeuh pakai kompres padahal sudah enggak demam. Belum mandi, masih bau acem, mulut masih belepotan nasi sama sop ayam masakan Utinya.

"CUUIIITTT!!!" Pekiknya panik, karena kandang Cuit mau dipindahin. Tadi uda ngejerit heboh, karena box ayam warna warni Atthaya juga dipindahin. Kolam karet dipindahin juga heboh. Rame lah pokoknya yang mandorin Gyana. "Cuman di pindaaah." Sahut Papa mertua dan Gyana tetap menjulurkan tangannya, sambil kembang kuncup, khawatir Cuit diculik kayaknya.

Papa mertua menengok ke balik pundaknya dan menatap gue "Yan! Ini Gyana bawa dulu, Yan. Papa mau nengok tukang-tukang dulu. Nanti takut kena debu." Titah Papa mertua langsung gue penuhi. Kalau cucu-cucu kesayangan Papa mertua, memang debu aja dosa kalau sampai berani nempel. Bisa di door nanti sama Papa mertua gue.

"Gyana aku mandiin dulu ya, Yang?" Tanya gue ke Ola dan Ola menggumam sambil mengetikan sesuatu di hp nya. "Sebentar, ini Nana kirim chat, katanya gak bisa datang, karena Rayqa sama Uma masih batuk pilek sampai muntah-muntah. Nanti Mas Andra aja yang datang bawa kembar." Jawabnya sambil menunduk dan gue akhirnya duduk dulu di samping Ola.

"Gak usah datang gak apa-apa sih. Kasihan Nana nanti ribet ditinggal Mas Andra." Jawab dan dan Ola ternyata bikin panggilan telepon ke Nana. "Assalamualaikum, La?" Suara Nana sendiri parau dan kayaknya udah tepar juga. "Wa'alaikumssalam, ya Allah Nana? Lo juga sakit?" Tanya Ola dan Nana berdehem "Yah gitu deh... ketularan juga akhirnya. Mas Andra sama Kembar dari dua hari, udah pisahan sama gue dan anak-anak. Gue tidur bertiga, Mas Andra juga tidur bertiga." Jawaban Nana dengan suara latar tangisan. Pasti Uma.

"Uma maunya Pappiiiiih. Mau Papiih, Mamiiiihh..." Rengeknya dan yang kedengaran hanya suara grasak grosok, entah Nana ngapain. "Iya, sabar. Nanti Papih pasti kesini kok, ya? Kan Papih selalu tetap kesini suapin Uma makan, kan?" Jawab Nana dan disambut Rayqa.

"Ayqa juga ah, suapin Papih." Suaranya bindeng, tapi nadanya tetep resek. Ola hanya ketawa dan Gyana tumben bodo amat sama suara-suara heboh di seberang sana. Anaknya lagi sibuk ngikutin tepuk tangan di siaran youtube anak-anak di TV, sambil badannya ajrut-ajrut kayak ada pernya.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang