CARA MENEMPA BESI

3.9K 439 192
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


600 votes!! 300 comments!! NO SPAM!!

*****************************************


Gyana sukses tidur ngowoh di sofa bed walau sebenarnya sudah jam tanggung. Tadi, di rumah Pak Adit, gue sempat numpang sholat zuhur di Mushalla rumahnya. Gue sholatnya juga buru-buru, karena khawatir Gyana merepotkan yang punya rumah. Gyana gue ajak ke Mushalla soalnya, gak mau. Dia ngotot main sosotan aja.

Aurel yang ternyata les berenang dirumah, ditontonin Gyana sambil dia main perosotan. Gue cuma dengar suara 'Napain! Heeyy! Tamu napaiin? Binan yaah? Heeey. Tamu binan, yaah?' Lalu ada suara ngobrol Gyana dengan pak Adit, yang entah apa enggak jelas, sambil Gyana tertawa terpingkal-pingkal, diantara kalimatnya adalah 'Ayam Ana dulin dulin.'

Pas gue selesai sholat, ternyata Gyana lagi ngerjain Pak Adit, untuk tangkap ayam-ayamannya, diujung perosotan. Gue rasanya pingin salto. Klien milyaran rupiah gue, dikerjain anak gue buat nangkepin ayam guling-gulingnya, diujung perosotan. Mana Pak Aditnya mau aja lagi.

Gue cuman bisa 'Astaghfirullah al adzim. Pak, maaf Pak. Maaf.' Yang disambut tawa renyah Pak Adit.

Gue akhirnya sholat Ashar buru-buru juga, karena ini sudah mau masuk setengah enam sore. Gyana dan Ola masih dilantai bawah. Jadi, gue sekalian mandi aja.

Selesai mandi, gue membuka hp dan ada notifikasi chat dari grup pengurus Masjid, kalau rapat diadakan selepas sholat Maghrib. Gue kirain batal, karena tadinya ba'da Ashar. Cuman, gue ternyata kan belum sampai rumah, ketika ba'da Ashar tadi. Dan beberapa bapak-bapak yang harus WFO juga gak bisa datang. Akhirnya diundur sampai ba'da Maghrib.

Gue akhirnya sekalian ganti pakaian untuk ke Masjid, terus gue turun lagi kebawah. "Sayang." Panggil gue ke Ola, yang lagi berdiri dibalik meja pantry dan membongkar semua oleh-oleh dari Bu Marshella tadi.

Ola mendongak dan menautkan alisnya. Suka gitu, kalau lagi males jawab 'Kenapa, Mas?' pasti modal tatapan maut. Sama kayak anaknya. Eh anak gue juga sih. Kalau dipanggil Babanya, lagi males nyahutin, cuman ngelirik doang sambil lewat. Nanti sekalinya dicuekin? Guenya yang ditempel-tempel terus. Yang satu 'Mas Gy. Mas Gy.' Atau 'Ya makanya orang ngomong ditanggapin dong.' Atau 'Yah Mas Gynya enggak jawab. Cuman hmmm. Mana aku tahu!' kalau anaknya cuman satu kata 'BABAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!' Satu, tapi melengking dan panjang.

"Ini, kamu habis meeting sama klien. Apa gasak rumah klien? Banyak banget bawaan pulangnya?" Pertanyaan Ola, sukses bikin gue meringis. Karena memang sebanyak itu gasakan pulangnya si gemoy. "Gasakan Gyana itu, bukan aku. Perkara kelihatan dia doyan makan bapau, dibawain semua setokan sekeluarga kayaknya."

Gue memeluk Ola dari belakang, lalu melabuhkan kecupan di pundaknya "Cukup tadi istirahatnya? Mas Arya tadi berangkat praktik di Rumah Sakit, jam berapa?" Ola gak langsung menjawab pertanyaan gue, karena malah gayem bapau. Jangan bilang, yang diperut juga nanti jadi penggemar tue boya-boya. Bakalan ada keseruan apa lagi, dari si Adek nanti, ya? Tingkah apa lagi yang bakalan dia suguhkan?

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang