TANTIIIIT!!!

4.3K 501 184
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


600 Votes. 400 Comments. NO SPAM!! genggeus tauk, spam gitu. Okaay? Cuuusss..

*****


"Pasti Ibu-Ibu tadi, pada ngomongin aku, ya? Kelihatan banget, dari ekspresi muka mereka, pas nengok ke aku pas berdiri di ujung car port." Ola dan segala kepekaannya kalau lagi jadi pusat perhatian. Lucunya, dia gak peka kalau diperhatikan karena kelebihannya. Tapi, peka banget, kalau diperhatikan karena kekurangannya. Se negatif itu kah, kompetisi kehidupan kaum wanita? Gue enggak paham.

Dunia kaum laki-laki, jujur juga gak se sehat itu. Hasrat saling menjatuhkan itu juga ada. Perkara karir belum naik, mobil belum ganti, rumah belum punya, asset cuman sedikit, belum ikutan main saham dan lain sebagainya. Cuman, gak dijadikan kegiatan rutin banget, untuk saling menjatuhkan.

Yah gue gak bilang semua wanita begitu. Tapi, gue merasa frekuensinya lebih sering dari pada laki-laki. Solusi dari gue buat Ola, yang sering merasa terindimidasi sama Ibu-Ibu ini, memang salah satunya mengelola coffeecoustic. Walau gue tahu, pada akhirnya Ola bakalan ada titik berhentinya, karena mengelola rumah makan, café atau jenis food and beverage bisnis lainnya tuh, owner harus banyak turun langsung.

Usaha kami, bisa dibilang masih menengah, bahkan mungkin masih masuk UMKM. Karena sistim pengelolaan yang masih sangat mandiri, belum terstruktur dalam suatu bentuk organisasi. Jadi, memang masih harus kerja rodi.

Makanya, sekarang gue mikir, bentuk usaha lain, yang Ola bisa lebih nyaman mengelola, tapi bisa sambil bersama anak-anak juga. Bukan gak mau bantu Ola ngasuh anak. Tapi, gimana juga, pekerjaan gue bakalan menyita waktu lebih banyak.

Solusi lainnya adalah, gue meminta Ola sangat memilah sirkel pergaulannya, gak usah gak enakan untuk menolak ajakan bergabung di kegiatan yang sekiranya hanya bikin dia makan ati.

Karena, bekerja gak bisa selamanya jadi pelarian untuk istri gue, bisa kabur dari lingkungan yang gak sehat. Ada saatnya pasti, Ola gak mau kerja lagi, karena perkembangan anak-anak yang gak mau dia lewatkan.

"Biarin aja lah, Yang. Kita gak bisa bungkam orang berpendapat. Itu mulut mereka, akhlaq mereka, dosa mereka. Selama kita yakin, apa yang kita lakukan udah on track, jangan gentar." Jawab gue, sambil menurunkan Gyana dan sebongkah tempe dalam dekapannya.

Bayik itu langsung jeruntul masuk dan mengacungkan bongkahan tempe ke Mamanya. "Mamaaaa.... tempe doyen doong. Mamaa... mamaaa... mamaaaa..." Rengeknya sambil ngacungin tempe ke Ola, sampai dia mendongak maksimal. "MaaaammmmmAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA..!!" merasa dicuekin, Mbak Ana akhirnya mengerahkan suara terbaiknya. Menjerit. Selantang suara rakyat.

"Astagfirullah Aladzim, Mbak Ana. Iya sabar, Sayang. Mama lagi ngomong sama Baba." Tegur Ola pelan, sambil Ola duduk di sofa, supaya sejajar sama Gyana. Gyana manyun dan dorong tempe ke tangan Ola "Tempe doyyeeeen. Ayoooo." Katanya dan Ola menerima tempe itu.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang