SAWANG SINAWANG

2.9K 351 143
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Udah Pada bosan belum? Hahahahaha.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Dulu, aku ingat banget, waktu menjelang rangkaian hari prosesi pernikahanku, aku dan Papa berdiri berdampingan sambil mengamati tukang-tukang dekorasi dan pasang tenda di rumah.

Papa yang bersikukuh mau mandorin tukang pasang tenda sendiri, seharian itu sibuk aja mondar mandir sambil nanyain ini dan itu. Mana ini nya? Mana itunya? Sungguh diluar dugaan. Mas Arya aja sampai geleng-geleng heran, lihat Papa yang percampuran antara mellow dan tegang, menghadapi hari pernikahanku.

'Dasar, bontot kesayangan nyebelin.' Kalau kata Mas Arya.

Tapi, ada satu yang gak akan pernah aku lupa di hari itu. jadi.....aku ceritakan sedikit ya? Pembicaraanku dan Papa di malam itu.

Dekorasi untuk proses pengajian, siraman dan midodareni sudah berdiri tegak, hanya tinggal bunga-bunga yang belum terpasang sepenuhnya. Beberapa bunga yang awet, bakalan dipasang malam, yang sekiranya mudah layu, nanti subuh-subuh dipasang. Baru, besok bakalan ada dekorasi ulang, untuk persiapan akad nikah.

Pelaminan kecil, lengkap dengan backdrop berupa gebyok Jawa, sudah berdiri di ruang tamu. Sesuai adat, maka gebyok dipasang menghadap ke pintu utama. Satu buah dipan kayu berukir yang muat di duduki dua orang ada ditengah. Di kanan dan kiri dipan itu, ada dua pasang kursi kayu berukir juga, dengan sandaran bantal bermotif batik.

Satu pasang untuk Mama dan Papa, satu pasang untuk Mama Dewi dan Om nya Gyan dari pihak Mama, yang selama ini menempati rumah warisan eyangnya Gyan di Malang sana. Tadinya mau Om Akhdan, tapi Mama mertuaku sungkan, karena gak enak mau duduk berdampingan. Mending sama Om dari Malang saja, karena beliau adalah saudara dari garis ayahnya Mama mertuaku.

AC floor sebanyak empat buah sudah dipasang. Dua di ruang tamu, dimana pelaminan berada, dua di ruang tengah dimana pengajian bakalan digelar. Pokoknya satu rumah, mendadak adem sejuk.

Aku dan Papa, duduk di pelaminan dengan aku menggelendot manja sama Papa. Rasanya, antara sedih dan senang. Sedih, karena aku gak bakalan jadi anak Papa lagi. Senang, karena akhir dari kisah pencarian pasanganku, adalah aku menikahi pria yang memang aku pilih sendiri. Aku cintai, aku sayangi dan aku nilai sendiri. Balik lagi seperti kata Gyan....kan sudah milih sendiri, ya tanggung jawab sama pilihan.

Ada sebuah percakapan yang bakalan aku kenang selalu di malam itu. Papa adalah orang yang selalu bicara, sarat akan makna. Sesuai prinsipnya, hanya bicara yang manfaat saja. Papa gak pernah menghina orang, gak pernah memandang milik orang lain dengan sebelah mata. Pengamalan yang banyak ditiru Mas Arya dan semoga saja aku. Walau aku sempat gagal, karena terpengaruh Mama dan Mama terpengaruh lingkungannya.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang